Semua persiapan sudah siap, kartu undangan pun sudah disebar. Hotel untuk acara pernikahan pun sudah disewa untuk tiga hari kedepannya. Arga tidak mau teman-teman sekantornya memandang rendah dirinya, makanya Arga memilih hotel bintang lima sebagai tempat pernikahannya nanti.
**Empat hari sebelum hari Pernikahan**
Amelia bersiap-siap untuk pulang, ia mengganti seragam kerjanya dengan pakaian biasa.
"Mel?" panggil Sari, teman satu kerjanya.
"Iya, Sar! Ada apa?"
"Mel, aku mau minta tolong!" ucap Sari dengan wajah memelas.
"Mau minta tolong apa, Sari?" tanya Amelia.
"Besok, aku ada shift malam, tapi ayahku lagi dirawat di Rumah Sakit! nggak ada yang nungguin di sana! Aku minta tolong, kita change shift ya?"
"Tolong banget, Mel!" ucap Sari memelas.
"Ehm, gimana ya?"
"Soalnya, besok hari terakhirku bekerja!"
"Please, Mel!"
"Untuk yang terakhir kalinya!"
"Setelah ini kamu kan gak kerja lagi! mau ya Mel!"
"Oke deh! aku mau!"
"Tapi kamu janji datang ke pernikahanku!""
"Tenang saja, Mel!"
"Pasti aku datang, numpang makan di tempat kamu!"
"He....he....he!"
"Ish, kamu ini mintanya gratisan!" goda Amelia.
Mereka pun berpisah di pintu keluar hotel ini. Amelia berjalan melangkahkan kakinya, seperti biasa menunggu calon suaminya di tempat biasa. Namun sebuah notifikasi masuk, bahwa calon suaminya hari ini tidak bisa menjemputnya karena ada kerja lembur hari ini. Amelia pun pulang dengan menaiki bus.
Rasa lelah dan letih menggelayut di tubuhnya.
Memang kalau belum mandi dan bersih-bersih, rasa capek itu tidak akan cepat hilang. Ia pun memutuskan untuk mandi.
Selesai mandi Amelia menggunakan daster selutut, terlihat cantik dan segar. Sedikit ia memoles wajahnya, karena sejak lahir ia memang memiliki wajah yang sangat cantik seperti bundanya. Amelia keluar kamar, ia melihat bunda sedang sibuk mengolah makanan untuk makan malam keluarga ini.
"Sedang apa, Bun?" tanya Amelia sambil memeluk bundanya dari belakang.
"Amelia! Bunda kaget," ucap bundanya.
He...He....He
"Maaf, Bun!"
"Yok, bantuin Bunda!"
Amelia yang selalu membantu bundanya memasak, membuat tangannya mahir di urusan dapur. Amelia sangat lihai mengolah bahan-bahan yang ada di depannya.
Amelia langsung hafal, bundanya akan memasak apa. Sayur Sop, ayam crispy, tempe dan tahu goreng serta sambel kecapnya.
Bagi keluarga mereka makanan seperti itu adalah makanan yang sangat istimewa.
Orang tua Amelia tidak pernah mengajarkan anaknya untuk bersifat boros. Karena menurut ayah Amelia, Sifat boros adalah salah satu sifat yang tidak baik.
Setelah makan malam selesai, keluarga kecil itu sedikit berbincang-bincang dengan putrinya, yang sebentar lagi akan menjadi milik suaminya. Ayah dan bunda memberikan nasehat-nasehat bijak mengenai sebuah ikatan suci. Amelia mendengarkan dengan seksama, dan menganggukkan kepalanya jika ia mengerti, namun jika Amelia tidak mengerti ia akan langsung bertanya kepada ayahnya.
Mata Amelia merasa berat, badannya juga sudah terlalu lelah bekerja. Bunda menyuruh Amelia beristirahat. Dia pun menurut perkataan bunda dan Ayah. Amelia merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu empuk, kamarnya kecil namun sangat rapi dan bersih.
Tidak terasa matanya sudah tertutup dan berada di alam mimpi.
Ia bermimpi menjadi seorang pengantin yang bahagia, calon suaminya menyematkan cincin di jari manisnya, ia sangat bahagia.
Di sisi lain, Arga masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia lembur sampai larut malam, karena selama 10 hari ia akan mengambil cuti.
Pekerjaan telah selesai, dia pun memutuskan untuk pulang. Badannya sudah terlalu capek dan lelah.
Ia menyalakan mesin mobilnya, melaju meninggalkan area parkir Perusahaan tempatnya bekerja.
Di pintu keluar, dia melihat seorang wanita cantik sedang berdiri menunggu dan mengamati sekelilingnya.
Arga menghampirinya, mobilnya berhenti tepat di depan wanita cantik itu.
"Permisi?" sapa Arga, sambil menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Ehm, iya!" jawab wanita itu dengan ramah.
"Nona sedang menunggu siapa? Ini sudah malam! Tidak baik seorang wanita cantik masih berada diluar rumah!" ucapnya.
"Saya sedang menunggu taksi, Pak!"ucapnya.
"Taksi jam segini sudah tidak ada yang lewat!" ujarnya lagi.
"Aduh, bagaimana ya?" wanita tersebut nampak kebingungan.
"Naiklah, saya akan mengantarkan kamu pulang!" tawar Arga.
"Bapak tidak keberatan?"
"Tidak masalah! Naiklah!" wanita tersebut pun naik ke mobil Arga.
"Di mana alamat mu?" tanya Arga.
"Ehm, di Jalan Sudirman, Pak !"
"Turunkan saya di depan gang saja!" ujarnya.
"Baiklah!" jawab Arga, Arga pun menjalankan mobilnya ke Jalan Sudirman terlebih dahulu, kebetulan jalannya searah dengan Apartemen miliknya.
"Siapa namamu?"
"Tadi pagi kita juga sempat bertemu, tapi saya tidak tahu nama kamu!"
"Oh, iya! Perkenalkan nama saya Ratih Wulandari, Pak!"
"Panggil saja Ratih!"
"Saya karyawan baru!"
"Oh!"
"Maaf, saya boleh tahu nama bapak?" tanya Ratih.
"Arga Mahendra! Seorang Manager pemasaran!" sahut Arga penuh penekanan.
"Wah, ternyata dia seorang Manager!"
"Ehm, boleh juga!" batin Ratih.
"Itu ,Pak! Gangnya sudah terlihat! Saya berhenti di sini saja!"
Arga pun memberhentikan mobilnya tepat di gang, Ratih turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih. Setelah mobil Arga sudah tidak terlihat lagi, Ratih masuk ke gang. Karena memang rumah Ratih, harus melewati gang yang berkelok-kelok terlebih dahulu.
Sampai rumah Ratih harus diperlihatkan dengan pertengkaran kedua orang tuanya.
Ratih langsung memasuki kamarnya, dibanting pintu kamarnya.
BRAKK....(kira-kira begitu ya )
Ratih duduk sambil memegang lututnya, ia menangis tersedu-sedu. Pertengkaran orang tuanya, masih terdengar jelas. Terdengar suara barang-barang dibanting dan terakhir suara pukulan dan tamparan yang dilayangkan ayahnya kepada ibunya, membuat ibunya menjerit dan menangis.
Ratih merasa tidak tahan mendengarnya, ia pun keluar dari kamar untuk menolong ibunya.
"Ibu?"
"Sudah cukup, Yah!"
"Kenapa ayah terus memukuli ibu?"
"Kasihan ibu,Yah?" ucap Ratih.
"Hiks.....hiks.....hiks!" tangis Ratih.
"Kamu jangan ikut-ikutan, Ratih!"
"Kamu jangan membela wanita ini!"
"Kalau kau masih ikut-ikutan! Kamu juga akan ku pukul!" ancam Ayahnya.
"Pergilah ke kamar mu, Nak!" pinta ibunya.
"Hiks....hiks.....hiks!"
"Emang apa kesalahan ibu, Yah?"
"Kesalahan ibu mu banyak! Karena dia tidak bisa memberikan ayahmu uang!" teriak ayah Ratih.
"Ayah mau uang! Ini akan kuberikan uang!" Ratih mengeluarkan semua uangnya di dalam dompet, ia berikan kepada ayahnya.
"Sekarang pergilah! Jangan sakiti ibu lagi!" ucap Ratih seraya memeluk ibunya erat.
"Hiks....hiks....hiks!"
"Bagus! Bagus! Ini aku suka!" pria itu pun pergi meninggalkan rumah.
"Ibu tidak apa-apa?" tanya Ratih.
"Tidak apa-apa, Sayang!"
"Bibir ibu terluka! Biar Ratih obatin!" Ratih mengambil kotak P3K, dengan telaten mengobati luka ibunya, dan memberikan salep ke tubuh ibunya yang lebam-lebam.
Setelah mengobati ibunya, Ratih ke dapur untuk memasak. Hari ini Ratih memasak nasi goreng dengan telor ceplok saja. Memang karena bahan yang tersedia hanya nasi dan telor.
Ratih karyawan baru, makanya ia belum menerima gaji pertamanya.
to be continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Setitik Embun
Belum dapat feel-nya...
2022-08-15
0
El 1
semangat kak Cahya
2022-06-20
0
Senajudifa
kutukan cinta hadir
2022-06-10
1