Karena tak ada sahutan dari luar, Vola berhenti mengumpat, ia duduk disudut ruangan dengan berjongkok.
"Bodohnya aku, coba dari awal aku tidak peduli dengan isi kotak tersebut dan melihat isi datanya, mungkin takkan jadi seperti ini," kata Vola sambil memukul-mukul kepalanya menyesal.
"Semoga saja Fitri dan Rini juga tak terlibat masalah ini," ujarnya sambil mengengam tangannya.
Vola hanya termenung tanpa ia sadari ia tertidur bersender di dinding ruangan itu.
Cklek
Pintu ruang tersebut terbuka, para pelayan mengantarkan makanan dan sehelai selimut.
Vola terbangun mendengar suara dentingan piring tersebut.
"Nona sudah bangun, ayo di makan," ujar pelayan setengah baya itu.
"Terima kasih Bibi," kata Vola melahap makannya karena ia sangat lapar.
"Pelan-pelan Nona nanti tersedak," kata bibi pelayan itu.
"Bi, ini udah jam berapa?" Tanya Vola dengan nasi yang masih di mulutnya.
"sudah pukul 00:30 menit," jawab pelayan itu.
"Oh baiklah, aku akan cari cara untuk keluar dari sini," kata Vola dalam hati.
Vola menghabiskan makanannya dan melirik kearah luar pintu, ternyata ada 2 orang pengawal yang berbadan besar.
"Bagaimana cara aku keluar jika pengawalnya di sini?" Tanya Vola dalam hati.
"Ya sudah saya pergi dulu ya," kata bibi pelayan itu.
"Terima kasih Bi," ujar Vola.
"Bagaimana aku keluar?" Tanya Vola kebingungan.
"Pengawal aku mau ke kamar mandi," teriak Vola.
"Di dalam sana ada kamar mandi," kata pengawal tersebut.
"Ha?" Vola kebingungan di sini sama sekali tidak ada pintu.
"Dimana?" Teriak Vola kebingungan. Karena yang ia lihat hanya dinding berwarna coklat.
"Coba dekati dinding yang berwarna coklat dan dan lihat di sana ada tombol," jelas pengawal itu.
Vola mencoba mendekatinya, ternyata benar disana ada tombol berwarna hitam. Ia pun memencet tombol tersebut, ternyata benar pintu terbuka dari balik tembok coklat itu.
"Sungguh rumah yang mewah, ruang kosong saja toiletnya canggih," kata Vola sambil menganguk- angguk.
Ia pun masuk toilet tersebut dan melihat-lihat, kira-kira ada sebuah jendela kecil untuk di lewatinya. Yang di lihat hanya lubang pentelasi, hanya tikus yang muat di sana.
Akhirnya Vola kembali ke tempat semula untunglah ada selimut yang kasih tadi. Vola membalutnya dengan selimut tersebut. Ia berusaha tidur meski dingin terasa.
Tok... tok...
Cklek.
"Nona ayo bangun," panggil bibi pelayan.
"Hoaaaam... Kenapa Bibi sudah datang?" Tanya Vola yang masih mengantuk.
"Iya saya sedang mengantarkan sarapan," ujar Bibi pelayan.
"Emangnya sudah jam berapa Bi?" Tanya Vola mengucek-ngucek matanya.
"Jam 09:00 pagi," kata Bibi itu lagi.
"Apaaaa...! Saya harus kuliah Bik," kata Vola berdiri hendak pergi keluar.
"Maaf Nona, Tuan bilang Anda tidak boleh kemana-mana," ujar bibi.
"Apa dia gila! Mengurung seseorangan itu sebuah kejahatan, apa dia tak pernah sekolah, sehingga tidak mengerti hukum," omel Vola.
"Sssstttt... jangan kencang-kencang bicaranya, jika Tuan dengar, habislah Nona" kata bibi menutup mulut Vola.
"Apa dia sekejam itu?" Tanya Vola mengangkat alisnya.
"Dia tidak kejam, cuma dia tidak suka sama seseorang yang menantangnya," kata bibi lagi.
"Tapi bagaimana denganku, aku tak boleh bolos kuliah," kata Vola.
"Maafkan Bibi juga tak bisa apa-apa," ujar bibi. "Ya sudah Bibi kedapur dulu," sambungnya lagi.
"Ya Bi terima kasih," ucap Vola. Melihat makanan enak Vola tak bisa menahannya, ia langsung melahap makanan itu sampai habis.
"Saya pikir kamu akan mogok makan dan merengek ingin keluar, sepertinya kamu baik-baik saja, jika begitu tinggallah di sini lebih lama lagi," ujar Bilow melipat tangannya sambil bersender di pintu.
"Sejak kapan dia datang?" Tanya Vola dalam hati.
"Aku ngak mau mati dengan sia-sia di sini, aku harus punya energi untuk melarikan diri, ups...," Vola keceplosan dan langsung menutup mulutnya.
"Astaga, apa yang aku ucapkan, aku telah membocorkan rahasianya," kata Vola pelan memandang kesamping kirinya.
"Percuma rasanya kamu kuliah, tapi otakmu bodoh!" Ujar Bilow menusuk jantung hati Vola. Vola langsung memegang dadanya, ngak di tusuk kok sakit ya?
"Kamu...," Vola tak bisa berkata-kata sambil mengengam erat tangannya.
"Tutup kembali pintunya," perintah Bilow.
"Baik Tuan," ujar pengawal itu.
"Hey... kalian tau 'kan menyiksa seseorang itu sebuah kejahatan, Kalian akan di hukum, lihat saja jika aku keluar nanti, aku akan lapor Polisi," teriak Vola sambil menendang-nendang pintu tersebut.
"Dia masih saja bodoh," ujar Bilow tersenyum.
"Kalian jika tidak mengeluarkanku, keluargaku akan datang dan menghukum kalian, jika waktu itu sampai, kalian terimalah akibatnya," teriak Vola memukul- mukul pintu itu lagi.
"Tuan apa baik-baik saja jika mengurungnya, bagaimana jika yang dia bicarakan benar, jika sampai keluarganya akan menuntut kita," kata Bibi pelayan khawatir. Bibi Asih adalah kepala pelayan di rumah Bilow, dia yang mengurus segala sesuatu tentang rumah itu, namun ia sangat baik hati.
"Tenang saja, dia hanya mengertak, dia punya keluarga tapi dia tak di sayang, dia hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil, lebih kecil dari ruang kosong itu" jelas Bilow.
"Sungguh anak yang malang," ujar Bibi Asih. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan" sambungnya lagi sambil menundukan kepalanya.
"Bi, tolong perhatikan pola makannya" ucap Bilow.
"Baik Tuan" kata bibi dan pergi.
***
"Arrghhhhh... sampai kapan aku akan dikurung, membosankan!" Teriak Vola. Ia melihat keluar jendela, ia berusaha mengetuk jendelanya, ternyata sangat kuat.
"Huh, membosankan! Ponsel juga ngak ada, mau ngapain juga," gerutu Vola. Akhirnya Vola memilih tidur. karena hanya di beri selimut, ia bergulung di selimutnya.
Pintu terbuka.
Bilow menatap Vola yang tidur sangat jelek, membuat bilow tersenyum.
"Wanita satu ini, tingkat kewaspadaanya sangat rendah, dia malah tidur nyenyak di rumah musuh," kata Bilow menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang sempat di tendang Vola tadi.
"Jhoni, bawakan kasur ke sini," ujar Bilow.
"Baik Tuan," kata pengawal itu langsung pergi.
Datanglah Jhoni membawa tempat tidur untuk Vola. Bilow mengangkat Vola ke atasnya. Setelah merasa sudah selesai Bilow pergi dan kembali menutup pintunya.
Tak berapa lama.
Bruuk.
"Aduuh!" Teriak Vola kesakitan. Ia jatuh dari tempat tidur.
"Ha? Sejak kapan ada tempat tidur di sini, apa aku bermimpi? tapi kenapa rasa sakitnya terasa sekali," ujarnya kebingungan.
Ia melirik tempat tidur yang ia sekarang duduki. Sangat empuk dan mewah. Beda sekali dengan tempat tidur di kontrakan kecilnya, loncat-loncat aja ngak ada mantul, keras banget, udah gitu tipis malah kayak seperti tidur di lantai.
"Ya... ya... setidaknya ia punya hati sedikitlah," ujar Vola mengangguk-angguk.
BERSAMBUNG.
JANGAN LUPA LIKE DAN SARAN.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
masih menyimak dulu
2023-04-15
0
Akun Vivo
lanjut Thor
2022-09-30
0
Faiza
saya mampir , terimakasih ya,,,!!! salam kenal,,, 🤗
2022-03-27
0