Lost Control 1

Belum selesai dengan satu masalah, Sarah harus kembali mendapatkan masalah. Naura satu-satunya keluarga yang dia miliki. Tapi sekarang pergi untuk selamanya. Dari jutaan rasa sakit, mengapa kehilangan orang yang sangat di sayang menjadi rasa sakit terbesar?

“Sarah, minum dulu ya,” ujar Libra sambil menyodorkan segelas air putih. Setelah Sarah pingsan, Libra langsung membawa Sarah ke rumah.

Sarah mengulurkan tangannya untuk menerima gelas dari Libra. Sebelum minum, dia mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru ruangan. Dia melihat dinding rumah yang berwarna putih, lemari dan meja rias yang berwarna senada.

Di sebelahnya ada seorang anak kecil yang sedang duduk sambil menatapnya.

“Bunda gak apa-apa?” tanya Ava sambil memegang lengan Sarah.

Sarah meneguk air putih yang ada di tangannya dengan bantuan Libra. Setelah itu dia tersenyum ke arah Ava dan mengangguk, menandakan bahwa dia baik-baik saja.

“Istirahat aja, biar gue yang ngurus Ava untuk sementara waktu,” ujar Libra lembut. Dia tahu jika Sarah tidak baik-baik saja. Sarah terluka, dia butuh waktu untuk menerima semuanya.

“Bunda, Ava pengen pup,” rengek Ava sambil menggoyang-goyang lengan Sarah.

“Sama Om Ibra aja, ya.” Ujar Libra seraya berjalan memutari ranjang menuju Ava. Dia menggendong Ava dan membawanya ke kamar mandi yang ada di luar kamar Sarah.

Setelah Libra menutup pintu, cairan bening tiba-tiba tumpah dari mata Sarah. Dia menangis sambil memegangi dadanya yang terasa begitu sakit.

“Mah, katanya mau nemenin Sarah. Kenapa Mamah bohong? Sarah takut sendirian, Mah. Sarah gak bisa berdiri sendiri,” rengek Sarah di sela tangisnya.

Baru saja dia bercerai dengan Arzan, kini justru Naura pergi meninggalkannya. Dunia Sarah terasa hancur, dia merasa tak ada artinya lagi.

“Hiks...hiks...hiks.” Sarah terus menangis. Dia tak sanggup menanggung ini semua. Dia ingin pergi menyusul Naura, berbisik bahwa dia butuh Naura.

“Mah, Sarah boleh nyusul Mama gak? Sarah gak mau sendirian,” rengek Sarah dengan suara bergetar. Pipinya sudah basah oleh air mata, tubuhnya begitu lemas, bahkan untuk beranjak dari tempat tidur saja dia tak sanggup.

Ketika mendengar suara langkah kaki menuju kamarnya, Sarah langsung menghapus air mata dan mengatur napas. Dia tak mau jika Ava melihatnya sedang menangis.

Klek...

Pintu terbuka, memperlihatkan sosok lelaki tampan dengan rambut berwarna grey. Dia berdiri sambil memandangi Sarah. Untuk sejenak mata mereka beradu.

“Sarah, are you okay?” tanya Libra seraya berjalan ke arah Sarah.

“Ava lagi tidur,” tambahnya.

Sarah menggeleng, dia menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Dia tak mau terlihat lemah di depan Libra.

Libra terus berjalan mendekati Sarah, duduk di sebelahnya dan memeluk Sarah dengan erat. Dengan sayang dia mengelus rambut Sarah, berharap jika sahabatnya itu baik-baik saja.

Pertahanan Sarah runtuh. Dia kembali menumpahkan cairan bening seperti kristal dari pelupuk matanya. Tubuhnya bergetar hebat. Kedua tangannya memeluk Libra dengan erat, bahkan sangat erat.

“Ibra, gue..gue-”

“Hust, gue ada disini nemenin lo,” bisik Libra sambil terus mengelus-elus punggung Sarah.

Lama mereka berpelukan, kaos Libra sampai basah karena air mata Sarah. Tapi Libra tak peduli, entah air mata ataupun ingus tak masalah baginya. Yang terpenting adalah kondisi Sarah. Dia berharap jika setelah ini kondisi sahabatnya itu membaik. Mungkin tangis akan membuatnya lega.

***

Hari-hari di lalui Sarah dengan begitu berat. Dia harus mengurus Ava sendiri, pergi bekerja, dan mengerjakan semuanya sendiri. Ketika dirinya bekerja, Ava di titipkan ke tetangga sebelah.

“Bunda, temenin Ava main, yuk,” ajak Ava di suatu malam.

“Main sendiri aja, ya. Bunda lagi sibuk,” sahut Sarah tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

“Tapi Ava maunya sama Bunda,” rengek Ava lagi. Dia merasa kesepian karena tidak ada yang bisa di ajak bermain bersama.

“Mending tidur aja ya sayang, udah jam sembilan loh,” kata Sarah masih dengan nada santai. Kali ini dia menoleh sekilas ke arah Ava.

“Gak mau Bunda, Ava maunya main sama Bunda,” rengek Ava dengan manja. Kali ini Ava mendekat dan menarik-narik lengan Sarah.

“Ava! Bunda tuh lagi sibuk! Mending kamu main sendiri aja!” bentak Sarah dengan nada keras. Dia tidak menyadari jika bentakannya membuat Ava takut, bahkan menangis.

“Hiks, Bunda jahat!” seru Ava sambil menangis keras. Tangisnya benar-benar mengusik ketenangan Sarah.

“Ava! Kalo kamu gak diem, bakal Bunda seret kamu keluar. Biarin kamu di luar di makan hantu!” teriak Sarah sambil menutup laptopnya dengan keras. Matanya menatap Ava dengan sebal. Terlihat jelas kilat kemarahan di mata Sarah.

Seketika Ava terdiam. Dia takut dengan hantu, dia juga takut akan di marahi oleh bundanya lagi. Dengan takut-takut, Ava membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu pura-pura tertidur sampai akhirnya benar-benar tidur.

Kerasnya hidup membuat Sarah mudah marah. Sering kali dia melampiaskan amarahnya kepada Ava, padahal Ava tidak tahu apa-apa. Dia hanya anak kecil yang butuh kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Satu hal yang Sarah tidak tahu, Ava masih menunggu ayah dan neneknya pulang. Dia ingin bermain dengan neneknya, ingin di manja oleh ayahnya. Tapi Sarah benar-benar tidak tahu.

Sarah menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Sejak jam tujuh malam dirinya di sibukkan dengan pekerjaan. Dia hanya berhenti ketika Ava lapar.

Karena emosinya belum juga reda, Sarah memilih keluar kamar menuju balkon. Dia berdiri di balkon sambil menikmati semilirnya angin. Ternyata sejuknya angin malam mampu meredakan emosinya.

Di malam yang sunyi dan dingin ini, Sarah kembali mengingat kebersamaannya bersama Arzan dan Naura. Dua orang itu benar-benar memiliki tempat tersendiri di hati Sarah.

Sarah bertanya-tanya kepada semesta, mengapa dirinya harus kehilangan dua orang sekaligus? Apa rencana Tuhan di balik semua ini? Apakah Tuhan memiliki rencana yang lebih indah?

Namun semesta belum memberikan jawaban apa-apa. Semesta masih menutup mulut rapat-rapat.

Cukup lama Sarah berada di balkon sambil memutar memori bersama Naura. Rasanya baru kemarin dia menangis di pelukan mamanya, tapi kini dia tak akan bisa merasakan pelukan hangat itu lagi.

“I miss you, Mom,” lirih Sarah sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.

Mata Sarah langsung tertuju pada anak semata wayangnya. Beberapa menit yang lalu dia membentak Ava dengan kasar. Ada penyesalan di hatinya, namun mau bagaimana lagi, dirinya sedang tak karuan. Menghadapi dunia terasa begitu melelahkan bagi Sarah, apalagi tak ada tempat untuk berkeluh kesah lagi.

Sarah naik ke atas ranjang, lalu mengusap puncak kepala Ava dan mengecupnya dengan sayang.

“Maafin Bunda ya sayang,” bisiknya dengan nada penuh penyesalan. Dia terus menatap Ava, mengamati wajah Ava yang begitu mirip dengan mantan suaminya.

“Kalo gini gimana caranya gue ngelupain lo? Setiap kali gue liat Ava, rasanya gue lagi liat lo dalam versi anak-anak,” lirih Sarah sambil menahan tangis.

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE, TAMBAHKAN FAVORIT, DAN BERI HADIAH UNTUK NOVEL INI ❤️

Episodes
1 Berpisah Lebih Baik
2 Hinaan Tetangga
3 Goresan Luka
4 Lost Control 1
5 Lost Control 2
6 Lembaran Baru
7 Fuckboy
8 Larut Malam
9 Maafkan Bunda
10 Kehadiran Tak Terduga
11 Pertanyaan
12 Suasana Canggung
13 Sosok Libra
14 Ucapan Pedas
15 Perdebatan
16 Sebongkah Kerinduan
17 Kembali Satu Atap
18 Kehidupan Baru
19 Gerimis Malam
20 Kesibukan Baru
21 Anak Bermata Biru
22 Libra
23 Tragedi Tetangga Sebelah
24 Penusukan Pria Bertato
25 Makan Malam Menyenangkan
26 Dukungan Sarah
27 Mama Libra
28 Momen Segera Berakhir
29 Hingga Larut Malam
30 Keributan di Pagi Hari
31 Jangan Pulang Dulu
32 Victoria Tigen
33 Desakan Mirna
34 Bertemu Mantan Suami
35 Terbukanya Luka Lama
36 Wanita Pencemburu
37 Membuat Darah Berdesir
38 Hari Pertama Pindah
39 Egois
40 Hal Baik Setelah Hal Buruk
41 Tak Sempat Bicara
42 Ava Sakit?
43 Kepedulian Libra
44 Benci Setelah Cinta
45 Pelukan Hangat
46 Rasa yang Sulit
47 Permohonan Maaf Arzan
48 Kecelakaan Maut
49 Tatapan Kosong
50 Lepas Kendali
51 Suicide
52 Perkelahian
53 Penuh Perhatian
54 Party
55 Lelaki Asing
56 Kekhawatiran Libra
57 Dejavu
58 Dunia Baru
59 Di Bawah Sinar Bulan
60 First Date
61 Menyemangati Diri Sendiri
62 Hari Pertama Kuliah
63 Mengubur Perasaan
64 Pelukan Sayang
65 Ungkapan Perasaan
66 Kekuatan Cinta
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Berpisah Lebih Baik
2
Hinaan Tetangga
3
Goresan Luka
4
Lost Control 1
5
Lost Control 2
6
Lembaran Baru
7
Fuckboy
8
Larut Malam
9
Maafkan Bunda
10
Kehadiran Tak Terduga
11
Pertanyaan
12
Suasana Canggung
13
Sosok Libra
14
Ucapan Pedas
15
Perdebatan
16
Sebongkah Kerinduan
17
Kembali Satu Atap
18
Kehidupan Baru
19
Gerimis Malam
20
Kesibukan Baru
21
Anak Bermata Biru
22
Libra
23
Tragedi Tetangga Sebelah
24
Penusukan Pria Bertato
25
Makan Malam Menyenangkan
26
Dukungan Sarah
27
Mama Libra
28
Momen Segera Berakhir
29
Hingga Larut Malam
30
Keributan di Pagi Hari
31
Jangan Pulang Dulu
32
Victoria Tigen
33
Desakan Mirna
34
Bertemu Mantan Suami
35
Terbukanya Luka Lama
36
Wanita Pencemburu
37
Membuat Darah Berdesir
38
Hari Pertama Pindah
39
Egois
40
Hal Baik Setelah Hal Buruk
41
Tak Sempat Bicara
42
Ava Sakit?
43
Kepedulian Libra
44
Benci Setelah Cinta
45
Pelukan Hangat
46
Rasa yang Sulit
47
Permohonan Maaf Arzan
48
Kecelakaan Maut
49
Tatapan Kosong
50
Lepas Kendali
51
Suicide
52
Perkelahian
53
Penuh Perhatian
54
Party
55
Lelaki Asing
56
Kekhawatiran Libra
57
Dejavu
58
Dunia Baru
59
Di Bawah Sinar Bulan
60
First Date
61
Menyemangati Diri Sendiri
62
Hari Pertama Kuliah
63
Mengubur Perasaan
64
Pelukan Sayang
65
Ungkapan Perasaan
66
Kekuatan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!