Part 4 (Revisi)

“Sangat ceroboh dan bikin malu, habislah sudah… ”

–Wina–

Wina POV

“Ya ampun, 15 menit lagi!” ucapku sambil berlari menaiki anak tangga. Sangking banyaknya, aku selalu melewati satu anak tangga di depannya. Aku yang notabene sangat disiplin dan menghargai waktu, sebisa mungkin aku tidak boleh terlambat barang 1 menit pun. Namun hari ini aku sangat ceroboh hingga hampir terlambat hingga …

 “ Eh… aaagh…”

Hampir saja dahi mulusku mencium anak tangga di depanku jika saja tangan yang melingkar di pinggangku tidak menahannya. Lengan kokoh ini terasa jelas di tubuhku, rasa hangat darinya menjalar lembut di sekitar pinggang hingga perutku. Membuatku nyaman dan melupakan dengan apa yang sedang terjadi sekarang.

“Hati-hati, jangan buru-buru nanti jatuh”, bisiknya.

Seketika itu aku menoleh ke samping kanan. Ke arah sumber suara yang terasa hangat karena hembusan nafasnya di telingaku. Saat itu aku melihat sorot matanya yang indah sedang memancarkan kekhawatiran. Dan wajahnya yang putih adalah bonus dari sosok tampan sekaligus cantik itu. “Gila … cakep… “, batinku.

“Miss, are you ok?”, tanyanya saat melihatku hanya diam tanpa ada niatan berkedip sedetikpun.

“Ah iya, terimakasih”, jawabku sambil membenarkan posisi tubuhku yang mulai nyaman dalam dekapannya. Semburan urat malu mulai aktif dan menjalar di sekitar pipi tembemku.

“Ayo masuk, udara sudah mulai dingin. Pipi anda sudah merah juga, pasti karena anda terlalu lama di luar. Anda bisa terkena flu nanti. Mari …”, ajaknya sambil mensejajarkan langkahnya.

Aku hanya mengangguk tanda setuju. Entah kenapa mulutku kelu, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun didepannya. Saat ini aku hanya ingin menutup wajahku dan menjauh darinya. Rasa malu ini sangat… sangat tidak baik untuk kesehatan jantungku. Karena dia berdetak sangat cepat dari biasanya. Apalagi mendengar penuturannya tadi, ingin rasanya aku tenggelamkan wajahku saat ini. Pipiku merah bukan karena udara dingin, tapi karena malu sampai ke ubun-ubun. Aish… bisa-bisanya ceroboh gini, batinku sambil mengimbangi langkahnya.

“Anda bukan dari sini ya”, tanyanya kepo.

“iya”, jawabku sambil tersenyum.

“Seharusnya anda memakai pakaian lebih atau syal minimal supaya anda tidak terkena flu”

“Iya, tadi sudah disiapkan syalnya. Tapi aku pikir tidak akan dingin jadi aku tinggalkan”

Dia pun hanya angguk setelah mendengarkan penjelasan singkatku. “Ternyata anda sudah pandai menggunakan bahasa kami ya”

“Ini juga masih belajar. Maaf jika ada beberapa kesalahan dalam pengucapannya”, ucapku malu-malu.

“Tidak-tidak. Anda terlihat seperti sudah lama tinggal disini. Sangat lancar”

“Xiè xiè”

Percakapan kami pun berlanjut hingga didepan mataku terpampang 2 pintu kembar menjulang tinggi dengan bingkai berwarna tembaga yang mendukung keunikan gedung ini. Kami masuk melewati pintu sebelah kiri, karena pintu kanan ternyata untuk arah sebaliknya, dari dalam ke luar. Dia masuk duluan dan aku mengikutinya dari belakang, hingga langkahnya terhenti ketika kami sudah masuk ke area lobby. Reflek aku pun ikut berhenti. Dan seperti sebelumnya, hampir saja aku menabrak punggung kekarnya jika aku masih melanjutkan langkahku. Sepertinya hari ini adalah hari kecerobohanku.

“Anda ingin kemana?”, tanyanya sambil bergeser ke samping hanya untuk melihatku lebih jelas.

“Emmm… Sakura room “, jawabku sambil membaca email yang ada di ponselku.

“Ah.. sakura room ada di lantai 4. Anda bisa menggunakan lift yang ada di sebelah kanan”, jelasnya sambil menunjuk lift yang ada di sisi kanan lobby.

Sambil tersenyum aku pun menjawab, “Baik, terimakasih banyak atas bantuannya”. Ku bungkukkan tubuh 45 derajat sebelum melangkah pergi dari sisinya. Bow adalah salah satu culture di negara ini dan juga tata krama yang harus aku lakukan mengingat aku adalah orang asing. Jangan sampai dideportasi hanya karena tidak mengikuti tata krama yang berlaku.

“Dan terimakasih juga atas bantuannya tadi. Jika tidak ada anda, mungkin dahi saya sudah tidak berbentuk”, ucapku sambil menyentuh dahi.

“Méi wèntí. Lain kali hati-hati”, ucapnya sambil tersenyum.

“Hǎo”

Segera ku langkahkan kakiku ke arah lift yang tadi ditunjukkannya. Setelah aku sampai depannya, ku arahkan jariku ke tombol naik di samping pintu yang tertutup itu. Sesekali ku lihat smartwatch ku, berharap waktu berhenti sejenak supaya aku sampai tanpa terlambat. Ku tatap angka yang berubah perlahan dalam hitungan mundur. Saat hati mulai gusar karena ketakutan tak berdasar ini, ku tolehkan wajahku ke arah sosok tampan yang tadi menemaniku. Berharap sosok itu masih ada di posisi awal. Namun harapan tidak selalu sesuai dengan ekspektasi. Ternyata sosok itu sudah hilang. Sedikit rasa kecewa pun menjalar dalam hati. Saat teringat bahwa aku melupakan hal yang seharusnya aku lakukan, reflek telapak tanganku mendarat tepat di dahiku yang tertutup sebagian poni panjangku. “Hadeh… kenapa bisa lupa tanya nama sih”

Akhirnya pintu lift pun terbuka lebar. Ku langkahkan kakiku masuk kedalam setelah sebagian orang keluar dan mengosongkannya. Dinding berhias cermin mendominasi ruangan yang hanya memuat 30 orang. Beberapa ukiran khas pun tak luput di beberapa ujung dinding.

Jantungku mulai berdetak lebih cepat saat mengetahui lift akan memasuki lantai 4. Saat pintu lift terbuka dan aku keluar dari ruangan yang penuh dengan orang itu, rasanya perutku seperti diobok-obok. Mules. Dada mulai sesak. Rasanya tubuh lemas dan tidak nyaman. Hal yang sudah biasa terjadi saat aku stress dan grogi. “Huff… you can do it Wina”, ucapku sambil mengatur nafas, meredakan rasa tak nyaman yang menghampiriku saat ini.

Dan tanpa ku sadari sedari tadi, saat aku mencari sosok tampan itu dan ternyata sudah tidak ada di posisinya, ternyata dia tidak benar-benar pergi. Saat itu dia sedang duduk di sofa lobby. Duduk santai, kaki kanan yang ditimpa ke kaki satunya dan kedua tangan yang disandarkan ke pinggiran sofa empuk itu tersenyum tipis saat melihat tingkah lakuku. Senyum tipis yang mengandung arti tersembunyi dan tidak ada yang tau kecuali dia sendiri.

Semoga bertemu lagi, nona manis…, batinnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!