Part 5 (Revisi)

*“Ku harap bisa bergabung dalam perusahaan impianku ini” *– Wina–

Wina POV

Tring …

Pintu lift pun terbuka. Saat itu pun aku disambut cahaya lampu yang menyilaukan netra. Bergegas ku langkahkan kakiku keluar dari kotak yang berisikan beberapa insan berpakaian formal sebelum kembali tertutup. Sejenak aku terdiam saat pintu lift itu tertutup dibelakangku. Baru ku sadari, hanya aku saja yang turun di lantai ini. Kuedarkan pandangan ke sekitar. Di depanku terpampang banner setinggi ku bertuliskan informasi tentang program pencarian bakat yang baru berjalan. Sebuah highlight tahun ini yang membuatku nekat mengirimkan CV untuk bergabung dalam acara ini.

Kanan kiri terlihat lorong kosong dengan dinding berwarna putih. Sepi, itu yang aku rasakan sekarang. Kucari petunjuk yang bisa mengantarkanku ke sakura room, tapi tidak ada petunjuk sama sekali. Akhirnya ku ambil lorong sebelah kanan, karena feelingku mengatakan demikian

Sepanjang aku melangkah, hanya ada pintu berwarna putih yang tertutup. Selain itu, banyak belokan yang berujung buntu. Seperti labirin, celetuk ku sambil membaca nama-nama yang terpasang di setiap pintu. Sangkin sepinya, yang terdengar hanya suara derap sepatuku yang bersentuhan dengan lantai vinyl putih. Saat aku membaca setiap nama yang menempel pada pintu, ternyata nama-nama itu berdasarkan alfabet.

“R … berarti habis ini S”, ucapku. Kupercepat langkahku untuk mencari sakura room mengingat waktu pertemuan sudah tiba.

“Sakura room, akhirnya “, ucapku senang. Tanpa menunggu lama, ku ketuk pintu didepanku ini tiga kali.

Tok tok tok

Suara ketukan menggema sepanjang lorong. Clingak clinguk kulihat lorong yang masih kosong seperti lantai ini tidak berpenghuni.  Tiba-tiba hembusan dingin terasa di tengkukku. Ku gosok tengkukku, kubalikkan tubuhku hingga aku membelakangi pintu yang bertuliskan sakura room itu. Was-was sekaligus takut yang ku rasakan saat ini. Seketika bulu kudukku berdiri dan detak jantung kembali berpacu cepat.

“Aish… siang bolong aja serem, gimana kalau malam”, ucapku sambil tetap menelisik sekitar.

Saat aku ingin mengetuk kembali, tiba-tiba terdengar jawaban yang sangat kencang dari dalam ruangan.

“MASUK”

Aku yang masih terselimuti rasa takut pun terlonjak kaget. “Masya Allah… aish… bikin kaget”, ucapku sambil mengelus dada.

Aku pun segera menyentuh handle pintu, membukanya perlahan dan terlihat layout ruangan minimalis tersebut. Sama seperti lorong itu, ruangan ini pun didominasi dengan warna putih. Hanya saja, dalam ruangan ini tidak ada perabotan layaknya ruangan kantor pada umumnya. Disana hanya ada dua kursi single, meja kecil, sebuah map berwarna hitam, itu pun dipangku oleh seorang pria tampan.

Eh… salah ruangan gak ya?, batinku.

“Selamat siang Sir”, sapaku sambil membungkukkan badan.

“Selamat siang, silahkan”, balasnya mempersilahkanku masuk dan duduk di kursi kosong di hadapannya.

“Xiè xiè”. Aku pun mendatarkan pantatku di kursi single di hadapannya. Suasana hening  juga hanya berdua dengan pria tampan membuatku grogi.

“Santai saja, jangan grogi”, ucapnya dan aku hanya bisa tersenyum malu sebagai jawabannya.

“Sebelumnya perkenalkan, nama saya Kun Wang Zhao. Saya sebagai Direktur Utama di perusahaan ini”, jelasnya.

“Baiklah, langsung saja ya. Silahkan perkenalkan diri anda”, pintanya.

Aku pun memperkenalkan diri selengkap yang aku bisa. Mulai dari nama lengkap, pendidikan, hingga pengalaman berorganisasi. Pernyataan standar yang biasanya sudah tertera lebih lengkapnya di CV yang sekarang pria itu pegang. Sesi tanya jawab pun dimulai. Beberapa pertanyaan standar terjawab dengan lugas. Hingga sampailah di pertanyaan terakhir, “Mengapa Anda memilih perusahaan ini ?”

Sejak aku terdiam, mencoba mencari jawaban terbaik dalam kepalaku yang dapat memuaskan pria itu. “Saya memilih perusahaan ini karena perusahaan ini adalah salah satu perusahaan terbesar di kota ini dan jika saya boleh jujur… “ ku tarik nafas sejenak sebelum melanjutkannya, “ saya sangat ingin bergabung dalam perusahaan ini karena saya sangat menyukai salah satu program yang sedang berjalan saat ini Mr. Wang ”.

“Program? Program pencarian bakat maksud anda?”, tanyanya penasaran. Tanpa sadar dia menutup map yang sedari tadi terbuka di pangkuannya dan dicondongkannya tubuhnya ke depan.

“Betul Mr.”

“Kenapa anda menyukainya?”

“Karena program tersebut sangat menginspirasi saya, selalu membangkitkan semangat, banyak motivasi dan kutipan membangun di akhir sesi acara yang membuat saya ingin mengejar mimpi-mimpi saya yang belum saya raih dan menjadikan saya seseorang yang pantang menyerah”. Mr. Wang terdiam. Sesekali menganggukkan kepala, namun sorot matanya yang tajam tak lepas dari pandangannya padaku.

“Terkadang saya menangis saat membaca quotes dalam program ini”. Tanpa sadar, ku genggam jemariku, memilin satu sama lain menahan emosi yang hampir menyeruak.

“Kenapa?”, tanya Mr. Wang

“Karena quotes yang disampaikan sangat related dengan apa yang sedang saya alami”, jawabku sambil tersenyum dengan mata berkaca-kaca, “dan setelahnya saya mendapatkan dorongan semangat karenanya”. Ternyata aku tidak sekuat itu. Air mata yang dari tadi kutahan akhirnya lolos juga dari penjaganya. Langsung ku basuh pipiku yang mulai basah dan mencoba kembali tersenyum di depannya. Namun air mata ini tidak kunjung berhenti. Pada akhirnya aku menunduk, terisak dalam diam.

Dia terdiam saat aku mulai menangis dalam diam di hadapannya. Segera dia bangit dari kursinya, berjongkok di depanku dan menyodorkan sapu tangan biru dongker padaku. Terkejut? Tentu, itu yang ada di dalam kepalaku saat ini. Ku tatap matanya yang berada tepat di hadapanku. Ternyata dia memiliki mata indah dengan warna dark chocolate yang menambah level ketampanannya. Aku gak lagi syuting film korea kan?

“Ambillah”, pintanya saat melihatku hanya diam tanpa kata

“Terimakasih”, jawabku dengan suara serak. Akhirnya sapu tangan itu beralih di tanganku.

Dengan sabar dia menungguku saat ku membasuh wajah yang sudah basah. Dirasa aku mulai tenang, dia mulai bersuara. “Terimakasih sudah menyukai program kami”, ucapnya sambil menatap mataku yang terlihat sembab.

“Saya selaku pimpinan dalam program ini sangat senang jika program kami dapat memotivasi anda. Saya juga tidak menyangka akan sebesar ini impact dari program ini, terutama pada anda”

“Méi wèntí. Maaf saya terlalu jujur Sir”, ucapku tak enak. Bagaimana tidak, ini baru tahap wawancara sudah pake acara nangis-nangisan. Tiba-tiba aku takut. Takut dia tidak terima akan kejujuranku yang berakibat tidak diterima dan pada akhirnya aku harus kembali ke negaraku. Huff… seandainya aku bisa mengontrol emosiku, batinku.

“Tidak… tidak… saya lebih senang jika ada yang berbicara jujur, apalagi terkait program yang sedang saya pegang. Jika ada yang kurang, kami dapat langsung memperbaikinya”

Setelah mendengar jawabannya, ku tatap kedua mata yang sedang memancarkan aura semangat, apalagi saat membicarakan program ini. Aku pun tersenyum lega karena kemungkinan di depak dari sini menjadi sedikit.

“Baiklah, apakah anda sudah siap mendengarkan hasilnya”

Langsung? Sekarang? , batinku. Reflek ku anggukkan kepala pertanda aku siap.

Aku yang bergulat dengan pikiranku sendiri, sampai tidak sadar kalau dia sudah berdiri dihadapanku.

“Selamat bergabung dan selamat datang di perusahaan ini. Semoga kita dapat bekerja sama”, ucapnya sambil menjabat tanganku.

Aku pun berdiri menyambutnya. “Terimakasih banyak Mr.Wang. Saya akan semaksimal mungkin membantu perusahaan. Mohon bantuannya”, jawabku senang. Tak bisa ditutupi lagi rasa bahagia yang tercetak jelas, hingga senyum pepsodent pun tak luput menghiasi wajahku

***

Hai kak, jangan lupa gift, vote, like dan subscribe ya ...

makasi kakak xoxo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!