Bab 4

Bi Eli masuk ke kamar sambil membawa nampan berisi makanan. Bi Eli meletakkan nampan di atas meja dan menyuruh Salwa untuk makan. Setelah itu barulah dia akan menjelaskan pada keponakannya tentang pekerjaan yang harus dia kerjakan.

"Salwa bukan bekerja di sini, Bik. Trus dimana?" tanya Salwa.

" Di rumah anaknya," jawab Bi Eli.

"Makanlah dulu, nanti keburu dingin makanannya," kata Bik Eli.

Salwa dan Bik Eli langsung menyantap makanan di meja tanpa bersuara. Selesai makan Salwa membawa piring kotor ke dapur dan langsung mencucinya. Setelah itu Salwa kembali ke kamar untuk menemui bibinya.

"Pekerjaan apa yang harus Salwa lakukan, Bik?" tanya Salwa.

"Cuma bersih-bersih rumah aja, kalo udah selesai bisa santai. Wong cuma nungguin rumah kosong kok." Jawaban bibik bikin bulu kuduk Salwa merinding.

"Rumah kosong Bik!" Salwa membulatkan matanya.

"Kenapa? Takut ya? Di sana ada mang Ateng sama bik Lilis, kamu gak perlu takut." Bik Eli memandang wajah Salwa. "Bik Lilis lagi sakit, makanya kamu untuk sementara waktu kerja di sana. Kalo Bik Lilis sudah sembuh, kamu balik kerja lagi di sini." Bik Eli menjelaskan.

"Baik Bik," ucap Salwa.

Malam semakin larut, Bik Eli mengajak Salwa untuk tidur. Besok dia akan mengantarkan Salwa ke tempat kerjanya yang baru.

Keesokan harinya, Bik Eli dan supir mengantar Salwa. Mereka mengendarai mobil milik bu Mala. Sesampainya di tempat tujuan, Bik Eli menjelaskan pekerjaan apa yang harus dikerjakan oleh Salwa. Bik Eli tidak lupa mengenalkan Salwa pada bik Lilis dan juga mang Ateng. Setelah urusannya selesai, bik Eli kembali ke rumah majikannya.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh bik Eli, Salwa langsung mengerjakan tugasnya. Membersihkan rumah bukanlah hal yang baru untuk Salwa, dia sudah terbiasa melakukan pekerjaan itu.

"Salwa!" Terdengar suara bik Lilis memanggilnya. Salwa buru-buru mendatangi kamar bik Lilis.

"Bibi, panggil saya?" tanya Salwa.

"Sini, duduk." Bi Lilis menepuk kasurnya yang masih kosong.

Salwa duduk di tepi kasur, "Ada apa bik?" tanya Salwa.

"Bik Eli sudah menceritakan semua keadaanmu, bukan bermaksud untuk menebar aibmu. Tapi, untuk berjaga-jaga agar kami tidak kaget jika suatu saat nanti kamu hamil. Maksud bibi memanggil kamu kemari cuma mau bilang, jika nanti kamu merasa pusing ataupun mual, kamu ngomong sama bibi atau paman. Takutnya, mual dan pusing itu tanda kalo kamu sedang hamil, 'kan bisa bahaya kalo hamil tapi kamu harus mengerjakan semua pekerjaan rumah." Bik Lilis memberi penjelasan pada Salwa.

"Iya, Bik. Salwa ngerti, terima kasih." Salwa merasa bahagia karena masih ada yang peduli pada keadaanya.

"Kalo butuh apa-apa, jangan takut. Ngomong aja sama bibik dan mamang." Tiba-tiba mang Ateng masuk sambil membawa obat yang harus diminum oleh bik Lilis.

"Majikan kita kemana, Mang?" tanya Salwa.

"Dia jarang pulang, maklumlah anak bujang." Mang Ateng menjawab pertanyaan Salwa sambil tersenyum.

"Majikan kita hanya pulang sesekali saja, ke rumah ini juga jarang. Rumah ini dibiarkan kosong tanpa penghuni, untung ada kami berdua," sambung bik Lilis.

"Mungkin rumah ini akan dia tempati setelah menikah, bik." Tutur Salwa.

"Bisa jadi," kata Mang Ateng.

Salwa dan Mang Ateng keluar dari kamar itu, bik Lilis sudah tertidur karena pengaruh obat yang diminumnya. Mang Ateng mengajak Salwa duduk di teras samping, dan Mang Ateng pun bercerita banyak hal. Sesekali Salwa tertawa karena mang Ateng menceritakan hal yang lucu.

Perlahan kesedihan dalam hatinya berkurang, dia bersyukur masih bisa bertemu dengan orang-orang baik di sekitarnya. Mang Ateng dan bik Lilis sudah seperti orang tua sendiri, meskipun mereka baru saja bertemu.

————————

Hari-hari berlalu, bik Lilis sudah sembuh dan bisa bekerja lagi. Atas permintaan bik Lilis dan mang Ateng, Salwa tetap bekerja bersama mereka. Sudah sebulan Salwa bekerja, dia sangat menikmati pekerjaannya. Semenjak bik Lilis sembuh, tidak banyak yang dia lakukan. Salwa hanya bertugas membersihkan bagian kamar saja, seperti pekerjaannya waktu dia masih bekerja di hotel dulu.

"Semenjak di sini, sepertinya Salwa bertambah gendut. Baju Salwa mulai sempit," tutur Salwa saat membantu bik Lilis memasak.

"Itu tandanya kamu bahagia tinggal di sini," kata Bik Lilis.

"Bibi ih, ada-ada saja." Kata Salwa lalu tersenyum.

"Oya Bik, Mamang kemana ya? Kok gak kelihatan." Salwa bertanya sambil celingukan.

"Mamang ke rumah Pak Geri, bantu pekerjaan di sana," jawab Bik Lilis.

Makanan sudah matang, Salwa membawanya ke meja makan. Bik Lilis masih berkutat di dapur, membersihkan perabot dan juga dapur. Setelah semua pekerjaan beres, bik Lilis menyusul Salwa ke meja makan. Hari ini mereka hanya makan berdua, dengan lauk dan sayur seadanya.Semua makanan terasa nikmat jika kita bersyukur dengan semua yang ada.

"Masakan Bibi, enak. Badan Salwa jadi gendut." Tutur Salwa disela-sela makannya.

"Bagus dong kalau gemuk, terlihat lebih seksi." Goda Bi Lilis seraya tersenyum.

Bi Lilis membawa piring kotor ke dapur, sedangkan Salwa membersihkan meja makan. Selesai dengan semua pekerjaan, mereka pun beristirahat di kamar masing-masing. Salwa merebahkan tubuhnya di kasur, bayangan satu bulan yang lalu terlintas kembali di benaknya. Dini mengirim pesan singkat dan mengatakan jika ada seorang pria yang datang untuk mencari Salwa.

"Apa dia pria waktu itu? Untuk apa dia datang mencariku? Apa dia ingin melakukannya lagi?" monolog Salwa.

Salwa berulang kali menguap, hingga tidak lama kemudian dia sudah tertidur. Mang Ateng memasuki rumah yang terlihat lengang, tubuhnya terasa sangat lelah setelah bekerja seharian. Mang Ateng segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Selesai mandi, barulah Mang Ateng duduk santai.

"Kang, Saya curiga. Jangan-jangan Salwa hamil." Bi Lilis datang sambil menyuguhkan kopi untuk Mang Ateng.

"Wajar kalo dia hamil, dia 'kan pernah melakukannya," ujar Mang Ateng.

"Tidak wajar, atuh Kang. Dia belum menikah." Bi Lilis duduk di kursi.

"Kalau dia benar-benar hamil, lalu kita harus apa? Bukankah Si Eli sudah pernah bilang soal ini. Kasihan dia, Lis." Ujar Mang Ateng.

"Kita sudah bertahun-tahun menikah, tapi belum diberi keturunan. Yang belum nikah malah udah hamil."

"Belum tentu dia hamil, mungkin dia gemuk karena banyak makan." Mang Ateng berusaha untuk berpikiran positif.

"Kalo dia beneran hamil, Akang mau nggak kalo anaknya untuk kita?" tanya Bi Lilis.

"Kalau Salwa mengizinkan, Akang sih mau aja," jawab Mang Ateng.

Langit sudah mulai gelap, seperti biasa Salwa tetap berada di dalam kamar. Dia keluar ketika tiba waktunya makan malam. Pekerjaannya di rumah itu sangat santai, hanya bersih-bersih saja dan itupun dua hari sekali. Urusan masak, semua menjadi tanggung jawab bi Lilis dan Mang Ateng bertugas menjaga keamanan rumah dan mengurus pekarangan.

Terpopuler

Comments

Murni Zain

Murni Zain

salam ya mbak Nara..baru ketemu novel yg ini.. tunggu in update s tempe..iseng cari novel baru'mbk Nara ketemu ni.. cerita ttg pilot 🤭🤭🤭 sehat ya mbak 💪💪💪

2022-05-13

1

Nova Herlinda

Nova Herlinda

sabar bi lilis dan maang ateng... smg cepat di beri keturunan ya

2022-02-18

1

wind_ari

wind_ari

lnjut lg thor

2022-02-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!