Bab 3

Salwa duduk termenung di bangkunya, menatap jauh ke luar jendela yang menyuguhkan pemandangan awan putih nan indah. Sesekali terdengar bunyi hembusan nafas yang sangat berat darinya. Jauh di dalam hatinya,dia tidak ingin pergi. Namun, kejadian malam itu membuatnya trauma dan dia takut malam panas itu akan terulang kembali.

Pesawat yang ditumpangi oleh Salwa mulai lepas landas. Dia memejamkan mata guna menguatkan hatinya seraya berdoa semoga ini adalah keputusan yang tepat. Salwa merilekskan tubuhnya agar tidak terlalu tegang. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba saja Romi muncul dari arah depan, Salwa langsung menutupi wajahnya menggunakan syal dan pura-pura tertidur.

"Jangan sampai dia mengenaliku." Salwa berdoa dalam hati.

Salwa membuka penutup wajahnya saat Romi sudah melewati bangku miliknya. Salwa menyibukkan diri dengan membaca buku yang dia bawa, agar tidak terlalu suntuk.

"Kamu cewek yang di hotel malam itu 'kan." Romi menunjuk ke arah Salwa.

Tubuh Salwa tiba-tiba tegang, lidahnya terasa kelu dan tidak sanggup lagi untuk berkata-kata. Dia hanya mengangguk dan tersenyum kaku pada Romi.

"Selamat menikmati perjalanan." Romi meninggalkan Salwa, karena dia harus kembali bekerja.

Orang yang duduk di samping Salwa pun menoleh ke arahnya."Kamu kenal sama co-pilotnya?" tanya orang itu.

"Enggak kak," jawab Salwa singkat.

"Kok, dia bisa kenal kamu?" tanyanya lagi.

"Kami pernah bertemu sekali, mungkin dia masih mengingatnya," jawab Salwa.

Pesawat mulai mendarat, setelah menempuh perjalanan yang panjang. Salwa menarik kopernya dan menyetop sebuah taksi, lalu memberikan sebuah alamat pada supirnya.

"Tolong antarkan saya ke alamat ini, Pak." Salwa duduk di bangkunya dan supir langsung mengemudikan mobilnya ke alamat yang dia berikan.

"Kita sudah sampai, Mbak," ujar Supir taksi.

Salwa melongok ke luar jendela, memandang rumah yang ukurannya lumayan besar dengan pagar yang menjulang tinggi. Salwa turun dari taksi dan menghampiri pos satpam yang berjaga di gerbang masuk.

" Permisi!" Salwa mengetuk jendela pos Satpam.

" Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya Satpam.

" Saya keponakan Bi Eli, apa betul ini tempat kerjanya?"

" Oh, ini Mbak Salwa ya. Masuk mbak, Bi Eli sedang keluar bersama nyonya." Satpam membukakan pintu pagar dan mempersilahkan Salwa untuk masuk.Salwa diantar oleh satpam itu ke kamarnya, agar dia bisa beristirahat.

"Tunggu saja di sini, sebentar lagi Bi Eli pulang." Salwa mnggangguk lalu membuka pintu kamarnya.Dia meletakkan koper di samping sebuah lemari berukuran sedang, lalu merebahkan tubuh lelahnya di kasur. Tubuhnya sangat lelah, setelah berjam-jam duduk di bangku pesawat. Salwa pun akhirnya tertidur, hingga dia tidak sadar jika Bi Eli sudah pulang dan mencarinya.

"Salwa, bangun. Ini Bibik." Bik Eli mengguncangkan tubuh Salwa dengan perlahan.

Salwa membuka matanya, lalu menggeliat dan duduk.

"Cuci mukamu, dan ikut Bibi ketemu sama majikan Bibi," ajak Bik Eli.

Salwa masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, lalu mengeringkan wajahnya dengan handuk yang dia bawa. Bi Eli mengajaknya ke ruang keluarga, di mana tuan dan nyonya rumah itu sedang duduk bersantai.

" Buk.Pak. Ini keponakan saya." Bik Eli mengenalkan Salwa pada majikannya.

" Keponakan Bik Eli cantik! Siapa namanya?" tanya Bu Mala.

"Nama saya, Salwa. Buk." Salwa membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Cantik, sopan." Bu Mala tersenyum pada Salwa.

"Kamu istirahat saja dulu, besok baru mulai kerja." Pak Geri turut berbicara.

"Baik, Tuan." Salwa membungkukkan tubuhnya lagi.

"Jangan panggil Tuan, panggil bapak saja."

Bi Eli mengajak Salwa ke dapur, lalu menyuruh keponakannya untuk duduk. Bi Eli menatap Salwa dengan iba, mengingat kisah yang menimpa anak kakaknya itu.

"Kamu sama sekali gak kenal sama laki-laki yang memperkaosmu, Nak?" tanya Bibik.

"Tidak Bik, itu pertama kalinya kami bertemu," jawab Salwa.

"Bibi sudah menceritakannya pada ibu dan bapak, jaga-jaga jika nanti kamu hamil," tutur Bi Eli.

" Salwa baru sekali ini melakukannya bik, apa bisa hamil?" tanya Salwa.

" Memang baru sekali, tapi kamu bilang dia melakukannya berkali-kali malam itu."

" Iya Bik, Salwa takut bik.Bagaimana kalo nanti aku hamil." Salwa mulai menangis.

Bik Eli mengusap punggung Salwa dengan lembut, dia sangat prihatin atas apa yang sudah menimpa keponakannya. Dia tidak pernah menyangka, jika kejadian memalukan itu bisa menimpa Salwa.

"Kamu istirahat di kamar, nanti Bibi antar makan malammu."

Salwa melangkahkan kakinya ke arah kamar dengan gontai. Sesampainya di kamar, Salwa langsung rebahan. Bukan karena mengantuk atau pun lelah, tapi, karena pikirannya sedang kacau. Bagaimana kalo ucapan bibi benar, dia hamil dan akan punya anak.

Sementara Salwa sedang memikirkan nasibnya, di kota lain, Keenan sedang memarahi Jimmy dan Romi. Dia kecewa pada teman seprofesinya itu, bagaimana bisa, kedua temannya itu menganggap dirinya pecinta sesama pedang dan menjebak dirinya dengan cara memasukkan bubuk perangsang keminuman milik Keenan.

"Maaf Bang, kami hanya ingin Abang sadar dan move on dari Zira. Niat kami baik Bang," ucap Romi.

"Betul yang dikatakan oleh Romi, kami hanya ingin Abang sadar." Jimmy menimpali.

"Sekarang ke mana aku harus cari perempuan itu? Bagaimana jika dia hamil? Apa kalian memikirkan masa depan gadis itu? Tidak 'kan!" Keenan menatap tajam kedua teman yang sedang duduk di hadapannya.

"Obat yang kalian campur ke dalam minumanku itu berdosis tinggi, butuh tiga ronde untuk menghilangkan pengaruh obat itu dari tubuhku.Aku membuang semua cairanku di dalam, bagaimana jika dia hamil? Anakku akan terlunta-lunta tanpa bapak di luar sana." Keenan meluapkan emosinya. Romi dan Jimmy hanya terdiam, merutuki kebodohan yang mereka lakukan tanpa perhitungan yang matang.

"Maaf, Bang." Jimmy dan Romi meminta maaf secara bersamaan.

Keenan menghempaskan tubuhnya ke kursi dengan kasar, dia mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi kedua orang tuanya. Walau bagaimana pun dia harus memberitahukan apa yang sudah dia lakukan.

"Ayo kita bersiap, sebentar lagi kita harus terbang." Keenan meninggalkan Romi dan Jimmy di kursinya, dia melangkah keluar dari restoran yang ada di bandara.

Sesampainya di pesawat, Keenan duduk termenung di kursinya. Dia bertekat untuk mencari gadis itu saat dia libur nanti. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan. Dia yakin gadis yang dia tiduri malam itu adalah gadis baik-baik. Keenan mengeluarkan dompet dari saku celananya, dia ambil sebuah kartu yang tersimpan di dalamnya.Kartu tanda pengenal milik Salwa yang tertinggal di kamar hotel Keenan.

"Salwa Fatiya," sebut Keenan sambil mengusap kartu itu.Senyumnya melengkung bak bulan sabit saat menyebutkan nama gadis yang sudah dia renggut mahkota sucinya.

Keenan teringat kembali kejadian malam itu, saat dia dengan paksa meminta Salwa menolongnya dari pengaruh obat perangsang. Tiga kali dia melakukaannya, dua kali dalam keadaan tidak sadar dan yang ketiga Keenan melakukannya dengan kesadaran penuh. Terbangun dari tidurnya, Keenan melihat bercak darah di seprainya, tapi Salwa sudah tidak ada lagi di kamarnya. Satu bajunya hilang dari koper, Keenan yakin pasti Salwa yang mengambil baju itu untuk menutupi tubuhnya, karena baju Salwa sudah tidak layak pakai lagi.

"Aku akan meminta bajuku kembali, Salwa." Keenan buru-buru memasukkan kartu milik Salwa ke dompetnya, saat Romi dan Jimmy datang menghampirinya.

Terpopuler

Comments

Herlinatriyono 786

Herlinatriyono 786

salwa kerja ama orang tua keenan.saat keenan pulang dia terkejut salwa ada di rumahnya.

2022-05-23

1

Murni Zain

Murni Zain

jangan ² Salwa kerja d rumah orang tua Keenan🤔

2022-05-13

1

Happy Ending

Happy Ending

lahhh pelit amat bang keenan. perkara baju aja mau minta balik. entr dibeliin baju 100/3 🤣🤣😂😂😂

2022-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!