Asha telah terlelap dalam tidurnya, terdengar dengkuran halus dan sesekali suara merintih lirih menandakan gadis itu tengah mengigau Karena mimpi.
Steva masih terjaga, kedua matanya terbuka sempurna meski sudah ia coba sebelumnya untuk memejamkannya menghantar dalam lelap seperti yang terjadi pada Asha, namun nyatanya Steva tak dapat memaksa matanya agar terlelap dan istirahat.
Kenangan-kenangan indah yang sempat terukir antara dirinya dengan Malvin di masa lalu kembali terbayang, betapa dulu ia mencintai pria yang ia anggap sempurna itu begitu dalam dan sangat tulus, namun semua ternodai oleh pengkhianatan-pengkhianatan yang Malvin lakukan, awalnya Steva mencoba untuk bertahan, namun setelah Malvin semakin berani menunjukkannya secara terang-terangan dan tak menghargai perasaannya, maka Steva memilih untuk menyerah, sudah.
Flash back on.
"Ayah, tolong Steva, yah? Steva nggak mau...." teriak Steva yang telah dibawa pergi oleh beberapa anak buah dari seorang mucikari berpakaian lengkap serba hitam menuju ke sebuah mobil lalu memasukkan paksa Steva dan membawanya pergi dari sana.
Hamdan telah menjual putrinya sendiri demi sejumlah uang yang tentu nominalnya berderet angka nol sangat panjang di belakang angka utamanya.
Dengan senyum sumringah Hamdan masuk ke dalam rumah membawa koper berisi lembaran-lembaran merah mata uang rupiah yang penuh dalam satu koper hitam itu.
Ia seperti tak peduli bagaimana nasib Steva sang putri yang telah ia jual pada seorang mucikari dan akan dijadikan sebagai seorang wanita penghibur para pria hidung belang. Yang terpenting baginya saat ini adalah, ia telah mendapatkan uang begitu banyak, untuk bisa membayar hutang pada rentenir dan juga bisa ia gunakan sebagai modal usaha, usaha judi.
Steva berada pada suatu ruangan yang penuh dengan wanita-wanita berpakaian seksi dan ber-make up mencolok, menor lebih tepatnya, dari mereka belum tentu semuanya cantik, dengan pencahayaan keremangan seperti ini, mereka semua nampak sama bagi Steva. Seperti badut, apalagi gaya bicara dan lenggak lenggoknya, sudah macam mau tampil pada perhelatan sirkus saja.
Steva berdiri di dekat sofa memegangi pundaknya yang terbuka, ia mengenakan dress mini sepaha dengan bagian punggung yang terbuka dan hanya tali spaghetti sebagai penopangnya. Risih, tentu saja.
Hatinya berdebar, pikirannya berkecamuk, ia takut namun juga berusaha tetap berani. Beberapa perempuan yang sudah profesional menjalani profesinya itu sesekali menatap sinis pada Steva yang terlihat kampungan, menurut mereka, karena Steva beberapa kali menarik dress bagian bawahnya agar tak terlalu menampakkan paha dalamnya, dan bahkan mungkin pakaian dalam bagian bawahnya bisa terlihat saking pendeknya dress berwarna merah itu.
"Bawa dia!" perintah seorang perempuan yang biasa mereka panggil mami pada dua anak buahnya.
"M-ma ma mau dibawa kemana saya?" protes Steva berusaha menolak, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan hingga dengan mudahnya dua anak buah mami membawanya masuk ke dalam satu ruang karaoke VVIP +. ruang itu nampak kosong, tamu yang memesan jasa Steva belum datang.
"Aku masih berbaik hati padamu, anak manis, jadilah kelinci yang penurut, malam ini tugasmu hanya menemani tamu minum dan karaoke, cepatlah belajar agar pandai merayu, karena besok kau harus mulai bekerja pada inti pekerjaanmu, memuaskan para tamu di atas ranjang." ucap mami panjang lebar.
'Deg.'
Berakhir sudahkah nasib hidup Steva saat ini? Akankah ia menjalani hidup sebagai budak nafsu dan hingar bingar dunia malam? Steva terus berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa lolos dari mereka dan keluar dari tempat ini. Hingga dengan gerakan cepat dan tiba-tiba Steva meraih satu botol minuman berbahan kaca di atas meja lalu ia pukulan keras pada kepala salah seorang pria anak buah mami, dan Steva menyerobot keluar dari ruang tadi berlari cepat dari kejaran mami dan anak buahnya.
Steva tak tahu pasti kini ia tengah berada pada tempat macam apa, namun tempat ini jelas bukanlah tempat yang baik untuknya, nampak banyak pasangan yang bermain begituan pada sepanjang lorong yang ia lewati.
Steva terus berlari, orang-orang yang mengejarnya semakin bertambah setelah mami berteriak memberikan perintah.
Steva terus berlari, ia merasa dirinya bukan keluar namun justru masuk semakin ke dalam, tapi semua sudah terlanjur, Steva tidak mungkin akan kembali atau orang-orang itu akan segera menangkapnya.
Kini Steva berada pada satu lorong cukup luas dan sepi, tak seperti lorong-lorong yang tadi ia lewati begitu banyak pasangan yang tengah bercumbu bebas. Disini nampak lebih steril, hanya saja, Steva semakin panik, di depannya adalah jalan buntu, hanya ada dinding, sedangkan kiri kanannya adalah pintu-pintu ruangan yang ia tebak mungkin saja seperti ruang privat tamu VVIP.
"Cepat! Cari dia!" teriak salah seorang yang dapat didengar Steva. Dan Steva terus bergerak semakin gugup dan panik.
Steva mencoba membuka pintu di dekatnya, 'Klek klek.' pintu itu terkunci. Ia mencoba pada pintu berikutnya, dan sama juga, terkunci.
Steva berpindah pada pintu di sebelah kirinya, ia harus terus mencoba dan berusaha, ia tak ingin jika dirinya sampai tertangkap dan benar-benar akan menjalani hidup sebagai wanita penghibur atau pemuas nafsu.
'Klek.' sebuah pintu yang Steva coba dapat terbuka. Ia lantas masuk cepat menutup kembali dan mengintip keluar dari kaca kecil tembus pandang yang ada pada pintu itu.
'Khem.'
"Aah?"
Deheman dari seorang pria yang duduk seorang diri pada sofa menikmati minumannya itu sontak mengagetkan Steva hingga ia terlonjak.
Steva membalikan badan menghadap pria itu, tubuhnya bersandar pada dinding dekat pintu dengan raut mukanya yang jelas menunjukan dirinya tengah dalam mode takut. Dan pria itu menatap datar Steva.
"Cepat! Cari dia!" teriakan orang-orang yang mencari Steva kembali terdengar menggelegar. Membuat spot jantung Steva serasa ingin lepas dari tempatnya.
Steva kembali mengintip keluar, mereka mencoba membuka pintu satu persatu seperti yang Steva lakukan tadi. Pria yang duduk di sofa mengernyit melihat perilaku Steva, dan Steva kembali membalikkan badan menghadap pria itu lalu berjalan cepat mendekat.
"Tuan, tolong aku! Aku sedang dikejar orang, mereka mau menjadikanku sebagai P.s.K, saya tidak mau, tolong saya, Tuan! Tolong selamatkan saya. Hiks hiks hiks." Steva memohon di depan pria yang dengan santainya menenggak minumannya lagi itu.
"Brengsek, dimana dia? Cepat cari, jangan sampai dia lolos atau mami akan mencincang kita." teriak seorang pria kepada teman-temannya yang mencari Steva. Hingga seorang pria anak buah mami itu membuka pintu yang tak terkunci, sebuah ruangan yang tadi Steva masuki.
'Klek.' pria anak buah mami itu berhenti kala mendapati pelanggan VVIP + yang cukup terkenal disana tengah berciuman dengan seorang gadis menatapnya tajam tanpa melepas tautan bibirnya.
"M-ma maaf!" ujar anak buah mami membungkukkan badan dan kembali keluar menutup pintu. Ia tak dapat melihat wajah gadis yang menjadi partner pelanggan VVIP + tadi karena menghadap sang pria dan hanya menampakkan punggungan yang tertutup jas sang pria tamu VVIP +.
"Aah!" Steva Lekas melepas tautan bibirnya pada laki-laki yang baru ia temui pertama kali itu setelah mendengar suara pintu yang ditutup kembali dan orang itu pergi. Nafasnya tersengal, antara gelora syahwatnya yang terbangkitkan atau karena rasa takutnya yang dominan. Steva mengusap lembut bibirnya yang terasa basah dengan jari-jemarinya.
"Apa dia sudah pergi?" tanya Steva langsung berdiri, jas pria yang ia pakai itu terlepas dari pundaknya dan terjatuh ke lantai.
Saat Steva hendak bergerak melangkah, tangannya tiba-tiba diraih dan digenggam erat oleh pria yang barusan berciuaman dengannya.
"Kau pikir kau bisa pergi begitu saja dariku?" celoteh pria itu menatap dalam Steva yang membulatkan netranya beradu pandang pada manik sang pria.
Flash back off.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yuli Ana
siapa tuhhh
2023-01-19
0
Imas Maela
lanjut
2022-12-09
0
lid
pria itu siapa flash back ya mgkin malvin
2022-03-17
0