Matahari mulai meninggi Ika masih melingkar dikasurnya, kali ini mama tidak berteriak seperti biasa membiarkan putrinya tidur lebih lama. Setelah membentangkan tangannya keatas dan membuka kaki merenggangkan ototnya Ika kembali menguap diliriknya jam mungil disamping ranjangnya.
"hah... jam8 pagi kok mama ga bangunin gue?" Ika segera melompat dari kasur dan berlari keluar.
Ditengoknya mama didapur ingin mengadu sayangnya tak terlihat mamanya. Ika memutari rumahnya yang tak terlalu besar, tetap tak menemukan mamanya. bel rumah berbunyi Ika segera berlari menuju pintu.
"ini pasti mama, kenapa harus pakai bel sih ma tinggal masuk aja kan bisa?" teriak Ika sebelum membukakan pintu.
Ika membuka pintu sedikit terburu-buru, Oh... mulutnya menganga dan kembali menutup pintu rumahnya dengan sangat cepat sampai berbunyi
"brakkkk!!!" mungkin seseorang yang berada didepan pintu kaget dengan ulah ika. Pemandangan yang bahkan tak terlintas diotaknya.
"Altarik!!! maaf bisa tunggu sebentar?" teriak Ika terbata dari balik pintu.
Mana masih bau asem, belom mandi, rambut acak-acakan, bisa-bisa Altarik ilfeel, kenapa ini harus terjadi, rasanya Ika ingin mengumpat mana mama ga ada dirumah, siapa yang akan menyelamatkannya.
"masuk aja, Ika ada didalam kok temannya Ika kan?" lamat-lamat terdengar suara mama.
Sepertinya mama habis dari pasar, Ika segera berlari ke kamar mandi, dan tidak tau lagi harus bagaimana, dengan cepat menggosok gigi dan mandi seadanya. Antara seneng tapi juga malu.
"gak gini juga kali kalau kesini tarik ya ampun" omelnya dalam hati.
"Ika.... ada temennya nyariin mandinya jangan lama-lama ya?" mama menggedor pintu kamar mandi Ika.
"iya ma iya!" jawab Ika sambil mengusap seluruh badannya dengan handuk.
Mama kembali keluar menemani Altarik yang sekarang menunggu diruang tamu setelah mama mempersilakan masuk.
"temennya Ika sekolah ya? satu kelas atau?" tanya mama ramah.
"iya tan, tapi beda kelas, Ika katanya mau diajarin soalnya ada tugas baru" Altarik membuat alasan yang tak semestinya.
"syukurlah masih ada temen sebaik kamu nak! siapa namanya tadi Tante belum sempat nanya?"
"Altarik Tante"
"oh ya, nak Altarik Tante bikinin minum dulu sebentar ya sambil nunggu Ika, masih mandi anaknya ,biasa kalau hari Minggu suka malas bangun!" mama Ika tersenyum dan Altarik hanya mengangguk pelan.
Ika datang masih dengan rambut yang basah belum sempat dia keringkan, takut kalau Altarik nya keburu pulang, meskipun penampilannya berantakan tapi tak ada pilihan lain selain tetap menemui Altarik.
"maaf ya, aku tadi baru aja bangun jadi kaget banget lihat kamu?" ucap Ika duduk di kursi depan Altarik.
"loe itu mandi ataupun ga buat gue sama aja Hikaru?"
"maksudnya?" tanya Ika bingung.
"ya tetep berantakan kan hahahah!" altarik tertawa puas membuat nafas Ika berat.
"oke gak masalah yang terpenting bisa buat kamu tertawa kan, sekarang bilang sama aku kenapa kesini pagi banget tanpa konfirmasi?" Ika sok tegas padahal menutupi detak jantung yang terpacu.
"entahlah motor gue menuju kesini? sebenernya gue juga bingung harus ngapain, gue pikir loe bisa dijadiin temen kan?" ucap Altarik membuat Ika mengernyitkan dahinya.
Teman....batinnya berontak, kenapa hanya teman jadi selama ini Altarik tak menganggapnya lebih. Ika Tidak akan kuat jika harus patah hati.
"oke gue bisa anterin kemana loe mau?" kalimat yang dilontarkan Ika terasa aneh didengar, membuat Altarik menatapnya berbeda.
"kenapa Altarik ada yang aneh?" tanya Ika yang melihat raut wajah Altarik berubah.
"gue cuman kaget aja biasanya loe panggil kamu kenapa ganti jadi gue loe!!" Altarik memainkan kunci motornya.
"teman kan!! sekarang gue loe gak masalah kan?" Ika menarik bibirnya agar terlihat tersenyum tapi dipaksakan.
"udah ga usah sok senyum, loe kecewa sama tawaran pertemanan kita?" seakan paham dengan perubahan sikap Ika.
"gak kok, ayok kita jalan gue juga udah bawa tas udah siap gue loe ajak jalan?"
"ga usah sok asik juga, pamit sana sama mama loe?" Altarik mengingatkan Ika.
"mam Ika pergi ya?" Ika menggeraskan suaranya.
"ya hati-hati!" jawab mama dari balik dapur.
Mereka berjalan keluar rumah Altarik masih memandangi Ika dari ujung rambut sampai kakinya, bajunya dan semuanya kuno pikirnya dalam hati yang tak diketahui Ika, dan Ika malah sok memutar badannya serasa Altarik menganguminya.
"loe bisa ga sih, pakai baju yang up to date gitu?" tanyanya heran.
"altarik loe mau ngajak jalan kan? atau loe mau beliin gue baju lagi, yang loe ingkari didepan temen gue, yang loe bilang loe gatau?" ika sok marah.
"ya ngapain si loe pamer!! jangan sampe gue jalan Ama loe kali ini loe cerita lagi?" kali ini Altarik membuat Ika terdiam.
"kalau gue cerita kenapa? loe mau balik ga jadi keluar?" jawab Ika lirih.
"ya gue balik aja kalau loe cerita!" altarik memutar motornya menghadap ke jalan.
"gue janji ga akan cerita!" kali ini Ika mengalah gak lucu aja kesempatan emas harus disia-siakan.
Lagian kesempatan yang langka ini bisa jalan sama cowok yang selama ini membuat hatinya dag Dig dug, udah mencoba sok akrab sok tenang tetap aja tangannya masih sedikit gemetar tak percaya.
"ayo naik!!! bengong aja?" altarik memainkan gas motornya. dan Ika segera berlari naik boncengan motornya.
Disepanjang jalan ingin rasanya Ika melingkarkan tangannya memeluk Altarik dari belakang, tapi tawarannya Hanya sebagai teman jika Ika memaksa melingkarkan tangannya gak lucu kan kalau sampai dilepas paksa Altarik dan membuat Ika terpelanting ke jalanan pikiran Ika dipenuhi dengan bayangan bayangan yang akirnya membuatnya tertawa.
"ini ada udah cukup gpp deh sebagai teman, siapa tau besok perasaanya berubah jadi cinta hahhaha" ucap Ika lirih sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Altarik menghentikan motornya disebuah rumah yang terlihat sepi, membuat Ika bertanya jangan-jangan mau mengajak Ika bermesraan pikirnya, atau mengutarakan rasa yang selama ini dia pendam.
"tuh kan Altarik cinta sama gue!" batinnya dalam hati.
"turun loe?" altarik mematikan mesin motornya.
"rumah siapa ini?" tanya Ika penasaran.
"rumah nenek gue, turun aja dulu?" altarik menjawab dengan muka serius.
Ika turun dengan pelan, setelah memarkirkan motornya Altarik segera mengetuk rumah yang terlihat tak terawat, sosok bapak bapak usia 40an keatas keluar dari rumah.
" mas Altarik? nenek baru aja tidur mas ini saya mau bersihkan kebun udah banyak ilalangnya" kata seseorang yang jelas tidak Ika kenal.
"baik mang, saya masuk aja terusin aja kerjaannya"
Altarik menarik tangan Ika masuk kedalam rumah, Ika menikmati tarikan tangan yang membuat hatinya berbunga.
"heh... loe mau kan bantuin gue?" altarik mengagetkan Ika.
"apa bantuin apa?" Ika dengan cepat duduk dikursi ruang tamu yang sedikit berdebu.
"loe bisa kan bersihin rumah ini, gak setiap hari cuman tiap Minggu aja?" pertanyaan Altarik membuat Ika berfikir.
"loe nyuruh gue bersihin rumah, loe pikir gue pembantu atau gimana? loe Bayar gue ?" sebenarnya sedikit tersinggung dengan pertanyaan Altarik tapi Ika mencoba mencari tau untuk apa Altarik menyuruhnya membersihkan rumah.
"ya loe mau berapa? apa? tapi loe bantuin gue?" altarik ikut duduk disofa berdebu disamping Ika.
"loe lihat rumah ini, cuman kebun Depan sesekali ada yang bersihin, tapi rumahnya!! nenek gue yang tinggal disini, sebelumnya gue pernah bayar asisten rumah tangga, tapi banyak orang jahat sekarang ga bisa dipercaya? barang-barang nenek gue banyak yang hilang!" ada raut kekecewaan yang tergambar diwajah Altarik
"kenapa ga tinggal dirumah loe aja biar bisa diurus kan?"
"nenek ga mau tinggal dirumah gue, papa mama gue juga udah angkat tangan bujuk nenek, banyak kok yang mencoba jagain nenek tapi itu tadi semua jahat!"
"loe selama ini lihatin gue baik sama gue karena ini, mau jadiin gue apa? tukang bersih - bersih atau penjaga?" tanya Ika tanpa berani menatap Altarik.
"maaf ya, tapi kalau loe gamau ga masalah kok, nanti bisa gue pikirin lagi cara lain!" altarik tak memaksa ika.
Justru permintaan Altarik menrupakan kesempatan emas bagi Ika, siapa tau dengan sering ketemu Altarik bisa mencintainya.
"oke gue bisa kok bantu loe!" jawaban ika membuat Altarik menghiasi wajahnya yang tampan dengan senyum yang mengembang.
"beneran, gak tiap hari kok cuman seminggu sekali aja, loe mau?" tanya Altarik membuat Ika menghayal jika saja itu pertanyaan yang memintanya menjadi pacar Altarik alangkah bahagianya.
"aku mau!" jawab Ika
"yesss!" altarik meninjukan tangannya ke udara.
"tapi bayarannya mahal?" Ika membuat Altarik menengok ke arahnya.
"akan gue bayar loe minta brapa , gak masalah buat gue nenek gue penting bagi gue!"
"bukan uang, tapi nanti ga sekarang gue mintanya?"
"bisa pasti gue bisa penuhi permintaan loe, oke makasih ya sekarang loe udah bisa mulai kan bersihin rumah nenek gue!" altarik tak peduli apa permintaan Ika terlalu senang dengan jawaban iya dari Ika.
Ika segera merapikan setiap sudut rumah, lalu menyapu dan mengepel entah sudah berapa lama rumah itu tak dibersihkan sesekali Ika batuk karena debu yang sudah menebal. Altarik terlihat berbincang dengan tukang kebun didepan rumah. Bukan tanpa alasan Ika menerima tawaran Altarik dengan begini Ika bisa setiap Minggu bertemu Altarik skalian mencari cara agar Altarik bisa terpikat pada Ika.
SIAPA YANG PENASARAN SAMA LANJUTANNYA KOMEN YUK KASIH DUKUNGAN😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Yuli Fitria
Aku mampir kak, kalau mau boleh mampir di karya receh saya 😊
2022-03-14
2