bab 3

Hari ini Ika bersemangat untuk datang ke sekolah bahkan lebih pagi dari biasanya, dia menyiapkan diri untuk mengajak Altarik ngedate, dicarinya Vera belum tiba disekolah.

"wow... rambut loe kepang jadi dua, loe pikir makin cantik gitu? jelek tau semakin kaya orang desa!" Sylvia mengejek Ika sembara tertawa Lyla yang disampingnya menjawil Sylvia, hanya Lyla yang tak pernah mengolok teman lain diantara geng beauty.

"emang menganggu loe gak kan?" tanya Ika berani.

"hello sejak kapan loe berani sama gue!" bentak Sylvia tak terima

"oh ya gue kaya orang desa ya? tapi sadga mau tu nganterin gue pulang, dan selalu ngasih tumpangan gue, nah loe bukannya loe suka sama sadga?" Ika berusaha menantang Sylvia tapi tak berani menatap wajahnya.

"hei cewek bego kerempeng ga guna, sekali lagi loe bikin masalah sama gue loe bakal menyesal, gue bakal bikin loe ga punya teman, bahkan sahabat loe bakalan ninggalin loe!!!" kali ini Sylvia Meninggalkan Ika dengan menabrak bahu Ika dan berlalu.

Rasanya dadanya berdetak sangat kencang, bagaimana bisa Ika melontarkan kata-kata yang bahkan diluar pikirannya.

"ikaa.....!!!" teriak Vera dari belakang Ika

"ver, gimana penampilan gue?" tanya Ika tersenyum, berharap sahabatnya akan setuju dengan penampilannya kali ini.

"kuno tau!!! kenapa sih harus dikepang gini, loe tau ga ini yang bikin loe dibuli, ayo lepas ini kepangan?" Vera melepas kedua kepangan Ika dan mengurai rambut Ika yang tak panjang itu.

"nah gini lebih cantik!" Vera kembali merapikan rambut Ika

"jadi menurut loe gue cantik?" tanya Ika senyum

"hmmm ya maksudnya lumayan daripada tadi, gimana loe udah siap nanti ngomong sama Altarik?" Vera menanyakan kesiapan Ika.

"siap kok! tapi nanti siang aja ya sebelum dia ke kantin" jawab Ika

" oke semoga setelah ini loe akan dapet jawaban ya, satu lagi loe udah janji ke gue kalau nanti loe ditolak ajakan ngedate loe, jangan hallu lagi didepan gue sok bilang Altarik suka sama loe janji" Vera mengangkat jari kelingking berharap Ika melingkarkan kelingkingnya.

"oke, janji gue ga bakal bilang Altarik suka sama gue!" Ika melingkarkan kelingkingnya.

Mereka berjalan beriringan menuju kelas dengan bergandengan, ada harapan besar yang ada didasar hati Ika, berharap Altarik membalasnya dan sesisi sekolah Sadar kalau Ika pantas mencintai Altarik.

****

Bel berdering....

Tanda istirahat dimulai, tak seperti pagi tadi kali ini Ika sedikit deg-degan apa iya dia mau ngajak Altarik ngedate siapa dia, berbalik dengan hari biasanya yang selalu percaya diri kini nyalinya menciut.

"gimana? loe udah siap?" tanya Vera memberikan semangat.

"guuu...gue atau nanti pulang sekolah aja ya ver?" Ika tampak terbata.

"aduh kelamaan udah sekarang aja cepetan!!! lagian ya "beauty" geng mumpung ga ada, mereka latihan Cheerleaders, buruan gue tunggu dikelas ya?" Vera sedikit mendorong pelan tubuh Ika agar berdiri.

"oke, gue tarik nafas dulu ternyata tegang juga gue?" kali ini Ika menunjukan kepanikannya terhadap Vera.

Selang beberapa detik setelah menarik nafas panjang Ika meninggalkan Vera. Berjalan ke arah kantin Ika mencari keberadaan Altarik sayang tak ditemuinya, hanya ada sadga yang menghampiri Ika membuat Ika memalingkan wajah, malas berurusan dengan pria satu itu.

"mana Vera, sendirian aja loe?" tanya sadga melihat Ika terdiam tak seperti biasanya.

"jawab dong!!! bisu loe?" pancingnya lagi.

Ika tetap berlalu meski membuat sadga heran tak seperti biasanya Ika tak menjawab pertanyaannya, dengan menggeleng pelan akirnya sadga membiarkan Ika meneruskan langkahnya.

"ah itu Altarik, dia menuju meja pojok!" ucapnya pelan.

Dadanya semakin berdegup tak karuan, sedikit keringat dingin mengucur dikeningnya, tangannya mulai dingin, tapi Ika tetap berjalan memberanikan diri menghampiri Altarik, Altarik yang mulai melihat sosok Ika mendekat terlihat sedikit kaget, jarak setengah meter sebelum Ika mendekat terlihat Altarik berdiri hampir meninggalkan meja.

"tunggu!!" ucap Ika sedikit berlari mendekat.

Altarik hanya menatap heran bocah yang sedang berdiri didepannya, hanya terdiam Altarik tidak jadi meninggalkan meja.

"ada yang ingin aku sampaikan!" ucap Ika menunggu reaksi pria tampan yang saat ini tepat berada didepannya, gemuruh didadanya semakin tak tertahan, tak ada jawaba yang dia dengar dari Altarik lelaki itu hanya terdiam menatap Ika.

"begini, sore nanti ada acara kah?" tanya Ika terbata.

"siapa??? siapa yang loe tanyakan?" tanya Altarik dingin.

"kamu Altarik? aku ingin mengajak kamu keluar?" rasanya lega Ika telah mengeluarkan pertanyaan itu, setidaknya tugasnya sudah selesai.

"keluar untuk apa??" altarik kembali duduk tanpa menatap Ika, dan Ika masih berdiri berharap Altarik menerima ajakannya.

"makan, ucapan terimakasih karena kamu udah bawain aku gado-gado tempo hari!" alasan yang sebelumnya tak terpikir dalam benak Ika.

"gue iklhas kok beliin loe gado-gado, ga perlu loe balikin kebaikan gue, udah selesai yang loe omongin sekarang loe boleh pergi" Altarik menatap Ika yang sedikit menggigit bibir, apakah ini penolakan tanyanya dalam hati.

"kalau kamu bisa kasih kebaikan apa aku tak berhak?!" Ika tidak mau usahanya tak berhasil apa yang akan ia katakan pada Vera.

"gue gak biasa ditraktir cewek, beneran gue ikhlas atau loe ada maksud lain?" tanya Altarik menyelidik.

"iya memang pengen makan bareng sama kamu, salah?" tanya Ika masih berusaha.

"sory gue gak bisa!!!" ucap Altarik membuat Ika serasa ingin menangis berdiri, atau apa yang dikatakan Vera benar, Ika mulai kehilangan kepercayaan dirinya. tanpa jawaban Ika berbalik berlari meninggalkan Altarik, matanya mulai basah ada sedikit buliran yang keluar dan dia mengusapnya.

Ika tidak sanggup ke kelas untuk menceritakan kepada Vera, Ika berusaha menenangkan diri sebentar.

dia Duduk di kursi koridor.

"ngajak omong apa loe ke Altarik?" lagi-lagi sadga menghampirinya membuat Ika merasa tak nyaman

"oh jadi loe beneran suka sama Altarik, loe berjuang dapetin dia dan gue tau loe ditolak kan pasti!!! yaiyalah Ika mana mungkin Altarik suka sama loe! gimana ceritanya sih orang ga minum bisa mabok kaya loe!!" sadga duduk disamping Ika, bukan ingin menenangkan tapi mengejek membuat Ika semakin menangis.

"sory sory loe jangan nangis dong, gue gak mau bikin loe nangis tapi gue cuma pengen loe sadar, gini biar loe ga sedih nanti sore kita jalan oke!!!" tanya sadga membuat Ika menatapnya.

"loe beneran suka ya sama gue?" Kali ini Ika mengusap air matanya.

"jangan kepedean bisa aja kan gue suka sama temen loe terus gue ngjak loe jalan buat tau tentang temen loe!" sadga membuat Ika meliriknya curiga.

"oh...loe suka sama Vera, iya sih ga mungkin juga loe suka sama gue?" jawab Ika kembali murung.

"nah bisa jadi, cuman ga sekarang gue deketin Vera karena gue ga tau kan gue cocok apa gak sama dia, satu hal loe buang jauh-jauh pikiran loe kalau gue suka Ama loe, meskipun wanita didunia ini cuma ada loe!!? gue tetep ga akan pilih cewek mabok sebelum minum??" kali ini sadga meninggalkan Ika.

Ika beranjak berdiri menuju kelas, matanya melihat sosok diseberang menatapnya Altarik, kenapa Altarik selalu menatapku, sudahlah aku akan berhenti berharap, tapi bagaimana aku berhenti jika aku jatu cinta, aku akan berjuang, gumam Ika.

***

"gimana sini sini ?" ucap Vera ketika melihat Ika masuk kedalam kelas.

"duduk sini loe cerita sama gue?" tanya Vera tak sabar mendengar jawaban Ika, melihat ekspresi Ika sebenarnya Vera menebak sahabatnya itu gagal.

"no!!" jawab Ika menggeleng lalu memeluk Vera.

"dia gak mau atau gimana? loe nanyaknya gimana,?" Vera masih penasaran.

" ya intinya dia ga mau makan sama gue pergi sama gue, udah loe jangan tanya lagi ya!" Ika melepaskan pelukannya.

"ok, loe inget kan sama janji loe?" Vera mengingatkan

"tapi tunggu vera, gue cuman janji untuk ga ngomong kalau Altarik suka sama gue kan!! tapi gue gak janji ke loe kau gue akan berhenti berharap!" ada semangat lagi dalam diri Ika membuat Vera menepuk jidatnya.

"jadi sekarang apa mau loe?" tanya Vera.

"gue akan berjuang, berjuang mendapatkan Altarik!!" Ika mengangkat kedua alisnya dan tersenyum, bahkan Ika berencana menjadi lebih cantik untuk mendapatkan Altarik, membuat perubahan apapun untuk menarik hati pujaannya

Vera ikut tersenyum getir mendengar ucapan sahabatnya itu.

****

Meskipun disekolah usaha yang dilakukan Ika tak membawa hasil, dia justru meyakinkan dirinya untuk terus berjuang, bagaimana bisa berhasil kalau tidak berjuang gumamnya seorang diri.

"Ika, bantuin mama anter beberapa barang ini ke tante Lusi ya?" teriak mama dari ruang tamu, yang jelas terdengar karena rumah Ika termasuk sempit.

"iya ma sebentar Ika ganti baju!" jawabnya beranjak mengganti bajunya.

Selang beberapa menit Ika keluar dari kamar dan siap mengantarkan barang dagangan mamanya ke Tante Lusi.

"ika... serius kamu pakai baju itu?? udah lusuh!! dipakai dirumah aja, kamu ganti baju yang lain sana, ayooo!" mama melihat putrinya yang tampak kusam.

"masa sih ma, masih bisa ah dipakai, lagian ini baju kesukaan aku kiriman dari papa!" Ika membantah ucapan mamanya

"ya sudah, suka-suka kamu aja, ini barang pesanan Tante Lusi dan yang di amplop itu uang buat kamu" kata mama membuat Ika melebarkan matanya.

"aku udah bayar SPP bulanan kan ma, buat apa uang ini buat ditabung?" tanya Ika kebingungan.

"habis dari rumah Tante Lusi kamu ke mall, kamu beli baju yang lain yang lagi tren atau apalah, mama gak mau ya kalau kamu diejek karena teman kamu pikir mama gak memperhatikan kamu, keluarga kita memang sederhana Ika, tapi mama masih bisa kok biayain kamu dan kebutuhan kamu!" jawaban mama membuat Ika semakin bingung, perasaan Ika selama ini bajunya masih bagus (itu hanya pemikirannya sendiri)

"ma..., beneran gak perlu, Ika aja seneng kok sama baju yang Ika pakai!" Ika masih saja berusaha menolak apa yang diperintahkan mamanya.

"kali ini kamu harus nurut sama mama, mama gak peduli, berangkat sekarang Tante Lusi udah nunggu!" Kali ini Ika mengangguk dan berpamitan dengan mamanya.

***

setelah mengantarkan pesanan kerumah Tante Lusi, Ika beneran ke mall sesuai dengan anjuran mamanya, menurutnya sebenarnya sangat tidak penting membeli pakaian baru, mata Ika melirik ice cream yang dia lewati, karena tertarik Ika membeli satu ice cream itu, setelah mendapatkan ice cream ia berjalan menyusuri mall, tak dilihatnya ada pakaian yang menarik.

"loe sama siapa?" seseorang menepuk bahunya membuat mulut Ika clemotan ice cream karena secara reflek melihat ke arah belakang.

Serasa tersmbar petir kaki Ika bergetar saking bingungnya, ya tuhan Altarik gumamnya dalam hati, Altarik melihatnya dalam keadaan lusuh dan mulut blepotan ice cream.

"altarik!" ucapnya hanya dengan satu kata.

"ditanya malah bengong?!" ucapnya terlihat kesal.

"sendiri, mau temeni aku?" tanya Ika memberanikan diri, kapan lagi punya kesempatan ini.

"ngapain nemenin loe, ada perlu gue!" altarik berjalan mendahului Ika, dengan cepat Ika merogoh hp ditasya untuk megambil gambar Altarik meski dari belakang, setidaknya dia bisa memamerkannya pada Vera.

"tunggu!" Ika berlari mensejajarkan langkahnya ice cream yang tadi membuatnya clemotan dibuangnya ditempat sampah meski belum habis.

"plisss temeni aku cari baju yang sesuai sama aku, mau ya?" tanya Ika tak menyia-nyiakan kesempatan ketemu sama Altarik dimall, ini kan sama aja dengan ngedate meskipun sebentar, Ika tertawa dalam hati melihat keberuntungannya hari ini.

"udah jangan sok Deket!! loe tunggu gue di cafe pojok, jangan membantah!!!" perintah Altarik dijawab anggukan oleh Ika.

Ika segera berjalan ke arah cafe yang ditunjuk Altarik, dia mengganti ice creamnya dengan vanilla latte, setelah membeli minum Ika mencari kursi untuknya menunggu Altarik.

Beberapa menit telah berlalu bahkan hampir setengah jam, tak dilihatnya Altarik menghampiri nya, atau jangan-janhan ini jebakan, batin Ika. Ika menarik nafas panjang dan berusaha berfikir positif diliriknya jam, jarumnya sudah jauh bergeser dan sekarang tepat 45menit dia menunggu Altarik, vanilla latte nya bahkan sudah habis dia minum dan Altarik tetap tak menunjukan batang hidungnya, kali ini Ika sudah mulai berfikir negatif, dasar pembohong!!! ucapnya dalam hati, Ika hanya menunduk lesu, ia menghabiskan waktu dengan sesuatu yang tidak jelas, Ika mengumpulkan tenaga untuk berdiri, dia memutuskan untuk segera mencari satu atau dua baju saja, seadanya dan ingin bergegas pulang, karena mama pasti sudah menunggunya.

"maaf nona manis! apa benar nama anda Ika?" tanya seseorang memakai seragam berwarna hitam dan terlihat berumur.

"iya, darimana bapak mengenalku?" tanya Ika heran.

"dari tuan muda Altarik! nona kenal kan?" tanyanya balik membuat dada Ika bergetar sedikit takut, jangan-jangan Altarik mau jual gue lagi, batinnya kotor.

"maaf pak, aku harus segera pulang, permisi!" Ika beranjak dan bapak itu menghadang Ika.

"tunggu, sebentar saja! ini dari tuan Altarik, tadi tuan yang memilihkannya untuk nona, tolong diterima ya, ini yang nona butuhkan!" katanya sambil menyerahkan beberapa tas belanjaan yang ada ditangannya, dan Ika terbelalak melihat seluruh tas belanjaan dengan merk brand ternama.

"tapi pak!" Ika berusaha menolak.

"tolong nona terima ya, kalau ditolak atau suatu saat dikembalikan saat itu juga saya bisa dipecat, jadi tolong ya! saya punya anak istri yang harus saya hidupi, permisi!" bapak itu meninggalkan Ika yang masih sulit mencerma apa yang dilakukan Altarik padanya.

Entah senang entah bingung hati Ika berkecambuk tak jelas, uang yang diberikan mamanya diputuskan untuk dia tabung setidaknya dia tetap pulang membawa belanjaan.

***

Sesampainya dirumah

"Ika!! gimana?? kamu belanja cuman satu?" tanya mamanya melihat Ika hanya membawa satu kantong kresek tanpa merk.

"iya ma, ini yang paling tren ma dan terbaru sedikit mahal ma makanya Ika cuman beli satu!" mama terlihat bahagia anaknya mau berbelanja.

"sebentar Ika ini kan merk mahal, tapi kenapa hanya pakai kantong kresek biasa, pasti uang kamu habis ya ?" mama mengernyitkan dahinya.

"ini yang palsu ma, label baju kw ini ma!" Ika berusaha meyakinkan mamanya.

"ya sudah, mama mandi dulu ya! jangan lupa kamu sirami bunga-bunga mama?" mama meninggalkan Ika yang mengangguk.

Setelah mama benar-benar masuk kamar mandi Ika mengambil baju-baju lain dan kantong tas baju branded pembelian Altarik dari bagasi mobil yang sempat disembunyikannya, jangan sampai mama tau, lagipula nanti malah mama curiga dapat uang dari mana sampai Ika bisa membeli baju mahal.

setelah mengambil baju dikuncinya kamarnya, Ika mulai membuka baju pilihan Altarik, baju yang cantik itu sepertinya menjadi tak cantik jika Ika yang memakainya, ada 4 baju yang dipilihkan Altarik untuknya.

"dia menyuruhku menunggu dicafe hingga mengantuk, dan hampir berfikir negatif ternyata dia pilihkan gue baju yang bagus, atau Altarik merasa gue pantes pakai baju ini, sudah gue bilang Altarik tu suka sama gue!!" Ika kembali melambung dan membangkitkan semangatnya untuk mengejar cinta pertamanya.

"ikaaaaaa!!! gimana sih mama bilang sirami bunga mama, belum mandi jangan tidur ya kamu anak malas!!" mama berteriak didepan kamar Ika membuat Ika meloncat dari kasurnya.

"iya ma sebentar, ini Ika mau sirami kok, cuman mau ganti baju ma, tunggu ya sabar!" Ika berbohong agar namanya tak kembali berteriak.

sore keberuntungan Ika....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!