Akhirnya pekerjaan malam ini selesai, pekerjaan yang sungguh sangat melelahkan, terutama bagi Arezz.
Sebagai seorang pangeran dirinya tentu saja tidak pernah melakukan pekerjaan kotor seperti itu, selama ini dirinya selalu mendapatkan pekerjaan yang ringan dan mudah di untuk kerjakan.
Namun rasa lelah nya seolah hilang saat dirinya teringat seorang wanita yang bernama Evina yang baru saja di kenalnya.
Arezz dan Sakti berjalan menuju tempat tinggalnya, mata Arezz tampak mencari sosok Evina yang seharusnya pulang bekerja bersama dirinya.
Namun harapannya ternyata sia sia, Evina sama sekali tidak menunjukan dirinya dimana pun, Arezz tampak menghela nafas panjang.
''Kamu kenapa?''
tanya Sakti.
''Apa...? euu aku tidak apa apa?''
''Lagi nyari Evina ya?''
''Tidak ko, so tau kamu,'' sungut Arezz.
''Tadi saya lihat dia berjalan ke arah selatan, seperti nya dia sedang terburu buru,''
Arezz tampak berfikir, kemana gadis itu pergi larut malam begini, seharusnya dia pulang untuk beristirahat.
Batinnya berucap.
Akhirnya mereka sampai di tempat tinggalnya.
Tempat tinggal Evina masih terlihat gelap, sebagai tanda bahwa sang pemilik belum berada di tempatnya. Sakti memutar kunci lalu membuka pintu, dirinya masuk ke dalam dengan di ikuti oleh Arezz di belakangnya.
Sebelum masuk ke tempat tinggalnya, Arezz tampak memandang lama tempat tinggal Evina yang masih terlihat gelap gulita.
Keesokan harinya.
Jam 8 pagi Arezz dan Sakti sudah siap untuk berangkat bekerja, Arezz tampak memandangi kediaman Evina yang pintunya masih tertutup rapat, sebenarnya dirinya ingin berangkat bekerja bersamanya, namun Arezz terlalu ragu untuk sekedar mengetuk pintu.
Akhirnya Arezz dan Sakti berjalan menuju cafe Monalisa tempat mereka bekerja.
Sesampainya di cafe Monalisa, Arezz sudah melihat Evina berada di sana, Evina tampak sedang duduk di sebuah kursi kayu di depan cafe tersebut.
Evina terlihat cantik dengan mengenakan baju putih polos dengan celana jeans berwarna biru, rambutnya pun di ikat di ujung kepalanya persis seperti yang dia lakukan kemarin.
Karena cafe baru buka pukul 10 pagi, para karyawan yang bekerja di sana biasanya menghabiskan waktu luang nya untuk sarapan pagi terlebih dahulu.
Dan Evina tampak sedang memakan satu buah roti berukuran besar, mulutnya tampak terisi penuh oleh roti yang sedang di kunyah nya, sementara tangan kirinya menggenggam botol mineral yang juga berukuran besar.
Areez menghampiri Evina dan duduk di sebelah nya.
''Semalam kamu kemana? saya mencari kamu,'' ujar Arezz secara tiba tiba,hingga membuat Evina tersedak.
Lalu Arezz meminta maaf dan membukakan botol mineral untuk segera di minum oleh Evina.
Evina masih sedikit ter batuk setelah meminum air mineral.
''Kamu nungguin saya?'' tanya Evina,sambil meletakkan botol di atas pangkuan nya.
''Iya... tadinya saya ingin mengajak kamu untuk pulang bersama.''
''Lain kali tidak usah nungguin saya, karena saya tidak terbiasa ada yang nunggu.''
''Memang nya kenapa? bukan kah kita sudah sepakat untuk berteman?''
''Pekerjaan saya banyak, jadi saya tidak punya waktu untuk memiliki teman,'' jawab Evina lalu berdiri hendak melangkah.
Arezz meraih pergelangan tangan Evina, dirinya merasa sedikit terkejut saat jarinya menggenggam pergelangan tangan Evina, hatinya seolah bertanya, mengapa pergelangan gadis dewasa bisa sekecil ini.
Evina menatap Arezz.
''Ada apa lagi,'' ujarnya.
''Saya merasa punya hutang besar sama kamu?''
''Hutang apa?''
''Karena waktu itu saya...'' Arezz tidak meneruskan ucapannya.
Evina mengerti dengan apa yang kan di ucapkan Arezz, dia mengingat kembali kejadian saat pertama kali mereka bertemu.
Lalu dirinya duduk kembali di samping Areez.
''Kejadian itu memang sangat membuat saya merasa malu, karena laki laki yang tidak saya kenal masuk ke dalam tempat tinggal saya dan melihat saya dalam keadaan seperti itu,'' Evina berucap sambil menundukkan kepalanya.
''Saya sungguh minta maaf.''
''Tidak apa apa, toh semuanya sudah terjadi.''
''Saya bersungguh sungguh Ev... jika kamu ingin menuntut pertanggung jawaban saya karena telah melihat tubuh indah mu, maka saya akan lakukan.''
Evina hanya tersenyum.
''Mengapa tersenyum?'' tanya Arezz heran.
''Maaf... Tapi apa bisa kamu lepaskan dulu pergelangan tanganku,'' ujar Evina.
Tanpa sadar ternyata Areez masih menggenggam erat pergelangan tangan Evina. Lalu dengan segera diapun melepaskannya.
''Maaf...'' sesaat setelah Areez melepaskan tangan Evina.
Mereka belum selesai berbicara, namun bos mereka Alberto sudah mulai membuka cafe, hingga semua karyawan yang sedang berkerumun di depan cafe pun segera masuk ke dalam, termasuk Evina dan Arezz.
Setelah cafe mulai di buka pekerjaan pun di mulai, Arezz, Sakti serta Evina yang bertugas sebagai pencuci piring pun sudah bersiap di tempat nya.
Karena suasana cafe masih dalam keadaan belum terdapat pengunjung yang datang, kebanyakan dari para pelayan sedang mengobrol.
Lalu satu orang pelayan wanita tampak menghampiri Arezz yang sedang berdiri.
''Kalian karyawan baru ya?'' tanya wanita tersebut.
Wanita itu memiliki perawakan tidak terlalu tinggi dengan rambut pendek dan kulit putih, serta bibir nya terlihat mungil dengan lipstik berwarna natural.
Arezz mengangguk yang di ikuti oleh Sakti yang berdiri di sebelah nya.
''Kenalin nama saya Larissa,'' ucap wanita tersebut lalu mengulurkan tangannya hendak berkenalan.
Areez dan Sakti menyambut uluran tangan Larissa dan menyalaminya secara bergantian sambil mengucapkan nama mereka masing-masing.
''Kalian tinggal dimana? sepertinya kalian baru tinggal di daerah sini?''
''Kami tinggal tak jauh dari sini, di sebuah kontrakan yang berada di ujung jalan,'' jawab Sakti.
Larissa mengangguk.
''Hai Evina...'' Larisa menyapa Evina.
Evina hanya tersenyum.
''Enak ya sekarang pekerjaan kamu dibantuin sama Dua cowok tampan,'' ujar Larissa.
''Ya begitulah, setidaknya sekarang saya tidak sendirian lagi,'' jawab Evina dengan intonasi datar.
Larissa hanya tersenyum sinis.
Lalu kemudian Larisa pergi meninggalkan mereka bertiga dengan sebelumnya tersenyum manis terlebih dahulu kepada Arezz.
Pekerjaan pun di mulai, pengunjung sudah mulai berdatangan ke tempat itu, dan semakin siang suasana cafe pun semakin ramai.
''Hari ini lebih ramai dari kemarin ya?'' tanya Sakti, sambil meraih satu per satu piring yang akan di cucinya.
''Saya dengar hari ini akan ada kunjungan khusus ke kota kita,'' jawab Evina.
''Kunjungan khusus... apa maksudnya? siapa yang akan berkunjung ke kota ini?'' tanya Arezz.
''Saya dengar Baginda raja akan berkunjung dan menyapa penduduk di sini, mungkin itu sebabnya banyak pengunjung yang datang kemari agar bisa bertemu dengan raja,'' jelas Evina.
Arezz dan Sakti tampak terkejut, mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Apabila Baginda Raja berkunjung ke kota Barsom, sudah pasti akan banyak para pengawal yang mengawasi daerah tersebut.
Arezz menghentikan gerakan tangannya, menarik Sakti untuk ikut bersamanya mereka berbicara berdua di tempat tidak ada siapapun.
''Bagaimana ini? jika Baginda Raja berkunjung ke sini, saya takut para pengawal beliau akan menemukan kita berdua,'' ujar Sakti.
''Saya juga memikirkan hal yang sama.''
''Lantas apa yang akan kita lakukan pangeran?''
''Apa kita harus bersembunyi?''
Merek terdiam, dan Tak lama kemudian terdengar suara riuh dari depan cafe Monalisa, para penduduk tampak sudah berjajar rapih menyambut kehadiran Raja mereka.
Arezz dan Sakti berjalan ke dalam cafe, melihat ke arah jendela, di luar sana para pengawal khusus kerajaan sudah berjejer rapi di pinggir jalan melakukan pengamanan khusus karena sebentar lagi sang Baginda Raja akan melintas ke tempat tersebut.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Your name
Arezz nga mewakili Sakti minta maaf ya
2022-03-20
4
gegechan (ig:@aboutgege_)
Boomlike Semangat...
#Mystery
Maaf banget baru bisa kesini lagi
2022-03-19
4
Nilam Nuraeni
semangat
2022-03-09
3