Arezz menangkap handuk kecil yang di lemparkan kepadanya, aroma shampo masih tercium wangi dari handuk yang sudah dalam keadaan agak sedikit basah tersebut.
Kini wanita yang berada tak jauh dari hadapannya itu berteriak histeris, dia meraih kain panjang dari dalam kamar untuk menutup tubuhnya yang dalam keadaan setengah telanjang.
''Dasar mesum, siapa kamu? beraninya masuk ke tempat orang tanpa mengetuk pintu dulu,'' sungut Evina, dengan wajah yang merah menahan amarah.
''Ini kamar saya, sedang apa kamu berada di kamar saya?'' Arezz balik bertanya.
Evina meraih satu buah panci yang biasa dia gunakan untuk memasak mie rebus di dapurnya, saat hendak memukul Arezz menggunakan panci tersebut,Sakti datang melerai mereka berdua.
''Hentikan...''
Sakti berteriak ke arah mereka berdua, yang sontak membuat kedua nya berdiri mematung, Evina yang sudah mengangkat benda yang akan dia hantam kan ke arah Arezz pun langsung menghentikan gerakannya seketika.
Sakti menghampiri keduanya, dilihatnya nomor kamar di papan kayu yang di tempel di depan pintu.
''Nomor 13"
''Saya minta maaf atas kesalahan pangeran... Eeh maaf maksud saya teman saya,'' ucap Sakti, dengan sedikit membungkuk.
Sakti menyadari betul jika Arezz yang salah karena telah salah memasuki kamar.
Wanita itu sangat geram dan hendak kembali menghantamkan benda yang sedari tadi berada di tangannya, namun dengan cepat Sakti meraih benda tersebut dengan kecepatan tangannya yang hampir tak terlihat, kini benda tersebut telah berpindah tangan kepadanya.
Karena gerakan tangan nya yang terlalu cepat, membuat kain panjang yang menutup tubuhnya terlepas hingga tubuh Sexy Evina yang berbalut handuk pendek pun kembali terekspos.
Sakti membelalakan mata lalu kemudian membalikan badan,dirinya sebisa mungkin tak melihat tubuh yang sedang dalam keadaan setengah telanjang di hadapannya.
Lain halnya dengan Arezz, dirinya masih berdiri terpukau melihat kecantikan serta ke indahan tubuh Evina.
''Pergi kalian dari sini....'' Evina berteriak sekuat tenaga,lalu membanting pintu dengan sangat keras.
Yang sukses membuat penghuni lain yang sedang beristirahat berhamburan keluar kamar.
Arezz dan pengawalnya hanya diam mematung, saat para penghuni kontrakan mulai mengerumuninya.
''Siapa kalian, berani berani nya membuat gaduh di tempat ini,'' tanya salah satu penghuni.
''Maaf pak, jika kita berdua mengganggu istirahat kalian semua, pangeran... Maaf maksud saya teman saya salah memasuki kamar,'' ujar Sakti mencoba menjelas kan.
''Apa... salah masuk kamar? Aku...?'' sungut Arezz dengan menunjuk satu jarinya ke arah wajahnya sendiri, wajahnya sedikit merah menyala karena rasa malu, jika memang dirinya yang bersalah sudah sepatutnya jika dia meminta maaf kepada wanita tersebut.
''Mereka pasti bohong, kita bawa saja mereka ke kantor polisi,'' ujar salah satu penghuni.
''Jangan...! Saya sungguh tidak berbohong, kalau tidak percaya ini kunci kontrakan saya, kamar nomor 12,'' Sakti menunjukan kunci kamar yang di genggam Arezz.
''Koper saya ada di sebelah sana,'' lalu Sakti menunjuk satu tangan nya ke arah koper besar yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Separuh dari mereka mengangguk tanda mengerti, namun tak sedikit dari mereka pun yang masih menaruh curiga dengan melayangkan tatapan yang mengintimidasi sehingga membuat Arezz serta Sakti sedikit risih.
Sakti berjalan lalu mengambil koper besar yang masih tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri, dengan masih di temani oleh tatapan tajam dari para penghuni lain, yang membuat nya merasa tidak nyaman dan ingin segera masuk ke dalam kontrakan.
Ceklek...
Terdengar suara kunci di putar dan pintu pun di buka, Arezz dan Sakti masuk ke dalam kontrakan kecil yang hanya menyediakan satu ruangan depan,satu kamar tidur serta dapur kecil yang terletak di depan kamar mandi.
Tempat tersebut memang terlihat kecil dan sederhana, namun bagi keduanya tempat itu sudah cukup untuk tempat mereka berteduh.
***
Evina sedang memakai pakaian, dirinya mengingat kembali saat laki laki tadi menatap tiap lekuk bentuk tubuhnya tanpa berkedip.
"Dasar mesum,awas saja nanti jika ketemu lagi"
Gumam Evina dalam hati.
Sebagai seorang wanita yang biasa menjaga kesucian nya,Evina sungguh merasa harga dirinya sudah ternoda, haruskah dirinya meminta pertanggung jawaban pria tersebut? batinnya bergumam.
Selesai berpakaian Evina membaringkan tubuhnya di atas kasur busa yang tergerai begitu saja tanpa di alasi oleh apapun.
Evina... Dia adalah gadis yatim piatu, kedua orang tua nya sudah meninggal dari semenjak dirinya berumur 12 tahun, sejak saat itu Evina benar benar hidup sendiri, dirinya juga membiayai semua kebutuhan hidup nya sendiri tanpa di biayai oleh siapapun.
Evina sendiri dia memiliki postur tubuh tinggi juga, dia memiliki kulit wajah yang putih dengan mata coklat yang membuat kecantikannya semakin memukau, di tambah dengan rambut panjang bergelombang yang menyempurnakan kecantikannya.
Meski postur tubuhnya terlihat tinggi namun Evina memiliki tubuh langsing, yang lebih tepatnya jika di sebut kurus, mungkin karena dirinya terlalu mem porsir tubuhnya untuk bekerja.
Dia sudah terbiasa bekerja semenjak usianya masih belia, bahkan dirinya tidak hanya bekerja di satu tempat, melainkan 3 tempat sekaligus dalam satu hari.
Malam ini tubuh Evina merasa sangat lelah setelah seharian bekerja di 3 tempat sekaligus tanpa beristirahat sedikit pun.
Dia pun mencoba untuk memejamkan matanya.
Saat dirinya mulai memejamkan mata, lagi lagi bayangan laki laki tadi kembali menari nari di otak kecilnya, dia bahkan tidak mengetahui nama laki laki tersebut akan tetapi tatapan matanya sungguh membuat dirinya resah, apalagi membayangkan jika laki-laki tersebut sudah melihat lekuk tubuhnya yang hanya terbalut handuk pendek.
Akhirnya Evina memutuskan untuk keluar dari dalam kamar, di lihatnya jam kecil yang terpasang di pojok ruangan sempitnya. Jarum jam sudah menunjukan angka 10 malam hari.
Ceklek...
Evina memutar kunci lalu membuka pintu, dirinya berniat mencari udara segar di tengah gelapnya malam, meski udara terasa dingin di tubuhnya namun Evina tidak mengurungkan niatnya untuk sekedar duduk di luar kamar.
Evina menatap langit malam yang terlihat gelap, lalu dirinya menarik napas panjang dan menghembuskanya perlahan, udara malam yang segar membuat perasaan nya rileks, dan rasa lelah yang tadi dia rasakan pun perlahan hilang.
Hampir satu jam dirinya duduk di teras kamar, Evina berdiri lalu berbalik hendak masuk kembali ke dalam kamar.
Saat hendak melangkah, Evina di buat terkejut saat sepasang mata sedang memperhatikan dirinya.
Selama hampir 10 detik mata mereka saling bertemu di satu titik yang sama, hingga akhirnya mereka tersadar lalu menunduk.
''Saya mau minta maaf soal kejadian tadi, Saya sungguh bersalah karena telah salah memasuki kamar,'' ujar Areez mengakui kesalahannya.
Evina hanya terdiam tanpa menjawab.
Lalu dirinya melangkahkan kaki ke dalam kamar dan menutup pintu.
*****
*Jangan lupa
Like
Komen
Vote
Hadiah
Terima kasih*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Duyung kesayangan
Jodoh pilihan orang tua hadir
2022-03-23
4
Algeria Bella W
jangan lupa dukung karya ku ya please give me a chance
2022-03-08
2
Your name
Untung Sakti datang di waktu yang tepat, ups.. hampir aja tuh.
Evina sungguh wanita yang kuat.
2022-03-06
4