marlot dan dasa selalu tersenyum dihadapan para tamu undangan yang hadir dalam acara pernikahan mereka.
kedua orang tua marlot dan Mbah Painem menyambut hangat para tamu dan tetangga, riuh tawa terdengar di beberapa tempat yang ada makanan angkringan.
"maaf marlot"bisik dasa pelan sambil tersenyum lebar ketika seorang tamu datang bermaksud bersalaman dengannya.
marlot merasakan bahagia tapi juga bingung dengan penjelasan apa seandainya dasa tahu kalau sebenarnya ia mencintainya. ia melihat ke sekelilingnya tampak kebahagiaan terpancar dari wajah keluarganya dan dasa, dasa juga terlihat bahagia.
"ah, sudahlah yang penting sudah sah"kata marlot sambil tersenyum kearah dasa dan disambut dengan senang oleh dasa.
sepanjang malam mereka semua merayakan pernikahan marlot dan dasa, ayah marlot mengundang penyanyi organ tunggal seperti tradisi desa.
makhluk itu datang dan pergi meninggalkan mereka, langkahnya menuju goa tempat yang sama dengan kemarin tinggal. selalu saja ada jiwa yang bodoh masuk kedalam goa sebagai pengganti nyawa orang yang sebelumnya menjadi budaknya.
Pak Kadus mengusap wajahnya lelah, dilihatnya wanita hamil disudut ruangan bersama dengan suaminya. wanita itu diam-diam menangis di hati mengingat kebodohannya yang mau saja jadi budak nafsu makhluk itu, sekarang ia harus merelakan bayinya menjadi tumbal makanan makhluk itu. harta yang ia terima selama ini, tidak membuatnya bahagia sama sekali. diawal saja semuanya menyenangkan. wanita itu mengangguk sedikit kearah Pak Kadus berjalan meninggalkan pesta itu untuk pulang.
suara penyanyi itu merdu membuat siapapun betah duduk berlama-lama mendengarkan suaranya. suara yang dihasilkan sebenarnya menjerat siapapun untuk tunduk dengan kuasa makhluk itu. hanya segelintir orang yang tahu kalau penyanyi itu merupakan bagian dari makhluk itu.
penyanyi itu menyanyikan kesedihan hatinya yang terdalam dikarenakan terikat dengan makhluk itu, ia tidak pernah tua bahkan semakin cantik dan seksi walaupun usianya sudah menginjak usia 90tahun. mereka yang mengenalnya sudah meninggal dimakan usia ataupun hilang ditiup angin karena melakukan perjanjian gaib.
hatinya ingin berteriak ingin memperingatkan kepada orang-orang yang tinggal di desa ini untuk keluar dari desa dan meninggalkan desa ini ataupun jangan membuat perjanjian dengan makhluk itu.
penduduk desa ini tidak pernah tahu bahwa setelah sekian tahun jumlah mereka tidak pernah bertambah ataupun berkurang.
penyanyi itu duduk di kursi yang disediakan pemilik rumah, matanya menatap satu persatu orang yang asli atau palsu. diantara penduduk desa nyaris sepertiganya bukanlah manusia asli. mereka yang asli adalah pendatang dari luar desa, yang menikahi penduduk disini tanpa sengaja. beranak Pinak hingga keturunan yang tidak dapat dihitung.
pemerintah kota tidak tahu kalau ternyata desa Sambayang hanyalah sebuah desa tak terlihat penduduknya. pemerintah hanya tahu berdasarkan data puluhan tahun silam.
diusapnya wajahnya yang lelah karena menyanyikan lagu yang diminta oleh penyedia pesta.
"capek Bu"
"ya nih pak parjo"
"tidak pulang Bu"
"sebentar lagi pak, tanggung"
"lah tamunya aja sudah habis"
"tidak apa-apa pak parjo kan harus profesional, tidak enak dengan yang sewa"
pak parjo manggut-manggut saja sambil mengamati sekitarnya yang mulai sepi, tak terlihat tamu lagi. satu dua orang membereskan peralatan yang digunakan bahkan sudah mulai membersihkan tempat pengantin.
marlot dan dasa sudah berganti pakaian rumah dan terlihat hanya diam duduk sambil menatap kearah penyanyi dan pak parjo yang mulai melinting rokoknya.
penyanyi itu berdiri lalu mulai bernyanyi kembali tapi nyanyian kali ini menyiratkan bahwa kematian dan semua orang yang mendengarnya menjadi merinding takut.
nyanyian terakhir ini wajib dilakukan olehnya sebagai tanda bahwa dimulainya sebuah kehidupan manusia terikat dengan perjanjian gaib.
tangan marlot gemetar hebat menahan gejolak perasaan takut tapi ia tidak memperlihatkan sama sekali dihadapan dasa yang tersenyum sumringah kayak mendapatkan durian runtuh.
apa yang dilihat dasa hanyalah sebuah panggung yang menampilkan pesona magic menarik perhatiannya untuk datang dan tanpa disadari olehnya ia menari padahal ia tidak pernah bisa menari.
marlot terkejut dan bengong melihatnya, sebuah tarian yang mampu membuka pintu gairahnya. pak parjo menghisap rokok dengan cepat ketika gerakan tarian dasa menggugah minatnya.
ritual terakhir dari sebuah perjanjian gaib yang tidak diketahui oleh marlot. penyanyi itu mengalunkan suara yang merdu hingga mampu mengerakkan tubuh orang untuk mengikuti.
marlot tidak dapat merasakan ataupun mengerakkan badannya sedikitpun untuk menarik dasa. berulangkali ia mencoba bahkan peluh keringatnya bercucuran membasahi punggungnya, tidak juga mengerakkan badannya sedikitpun.
penyanyi itu memejamkan matanya tidak ingin melihat apa yang terjadi. orang-orang yang berada disekitar tidak terpengaruh dengan suaranya karena memang hanya orang pilihan yang bisa merasakannya.
mulut marlot berteriak keras kepada dasa saat pak parjo mendekati dasa dengan mata yang tidak sewajarnya.
mendadak pak parjo membuka semua pakaiannya dan dasa tersenyum lebar kearahnya seakan menjadi aneh. dasa melihat pak parjo seperti makanan yang diinginkannya saat ini, ia maju dan mulai mengigit serta mengunyah pak parjo layaknya makanan. pak parjo hanya diam saja seakan menikmati gigitan itu seperti ada yang melakukan sesuatu ke badannya.
darah mengucur deras dari badan pak parjo, marlot merasakan mual sepanjang dasa memakan pak parjo. matanya melotot tak percaya melihat didepannya dan tak satupun orang yang mengetahui apa yang ada didepannya.
"sangat indah pemandangannya"
marlot menoleh kearah suara didekatnya yang ternyata makhluk itu menyeringai puas dan senang melihat kejadian itu.
"kamu harus selalu menyediakan badan segar kalau tidak badan dasa akan kelaparan dan kehausan. kamu tidak ingin kamu menjadi korbannya atau kamu ingin?"
makhluk itu menatapnya tajam dan tak disangka-sangka oleh marlot, badannya bisa bergerak lagi ketika pak parjo sudah habis dan tersisa hanya kepalanya. demikian juga nyanyian penyanyi itu yang kemudian membuka matanya dan melihat kearah makhluk itu hormat.
"kamu sudah memilih dan mendapatkan apa yang kamu mau, bukankah sudah sewajarnya kamu membayarnya apa yang aku berikan"
marlot mendekat ke arah dasa yang penuh dengan darah dan berbau anyir. mata dasa terlihat senang.
"kamu tidak makan? bukannya tadi lapar? aku baru saja makan, enak sekali"
"ini sudah malam jadi malas untuk makan"
"nanti kamu sakit, ayo aku minta sama Simbah"
"tidak... tidak usah jangan menganggu Simbah, ini sudah hampir pagi, ayo kita masuk kedalam untuk istirahat"
marlot berusaha mengajak dasa masuk kedalam rumahnya dan berniat untuk membersihkan diri dasa.
makhluk itu tertawa terbahak-bahak melihat adegan didepannya itu sangat menghibur dirinya setelah sekian tahun tak ada yang mampu membuatnya tertawa.
penyanyi itu diam menunggu perintah makhluk itu. parasnya pucat pasi setelah melihat kondisi pak parjo.
"buang kepalanya di tempat biasa dan pastikan tidak ada yang tercecer"
makhluk itu menghilang begitu saja dari hadapan penyanyi itu. penyanyi itu mengambil kepala dan bagian badan pak parjo yang berantakan di tanah.
malam bertambah larut menambah berat suasana disekitar, udara dingin yang menyengat membuat siapapun enggan untuk bangun dari tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Tria Wulandari
keren Thor.. like ..
mampir ya kak di tulisan ku Putih Abu-Abu 2010 like dan vote
2020-10-23
1
Tria Wulandari
keren Thor.. like ..
mampir ya kak di tulisan ku Putih Abu-Abu 2010 like dan vote
2020-10-23
1