SEB part 3

Tiga hari berlalu, Kavin masih setia menunggu Thalia lewat di depan toko tempatnya bekerja. Tiga hari belakangan ini Thalia tidak pernah terlihat lagi membuat Kavin khawatir padanya.

Saat tokonya sudah terbuka, Kavin pun masuk ke dalam, sesekali ia berbalik untuk melihat apakah Thalia sudah lewat hari ini, ditangannya masih setia sebungkus nasi yang akan ia berikan untuk Thalia.

***

Di dalam sebuah gubuk, Thalia terlihat duduk di atas tempat tidurnya, menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Bayangan dua orang pria yang berbuat kurang ajar padanya kembali menari dipikirannya membuatnya merasa takut dan memeluk dirinya sendiri. Air matanya kembali keluar dari pelupuk matanya yang sudah sembab.

"Apa karena aku anak sebatangkara, jadi mereka bisa berbuat sesuka hati padaku? apa karena aku nggak punya siapa-siapa, jadi semua orang bisa melecehkan ku, mengataiku dan menganggapku remeh? aku cuma sendiri dan hanya bisa mengandalkan diriku sendiri, nggak ada yang bisa jaga aku, nggak ada yang bisa buat aku aman"

Air mata itu terus membanjiri wajahnya yang putih namun kusam, Thalia benar-benar merasa sendiri sekarang, tidak ada yang bisa ia andalkan, tidak ada orang yang ia harap bisa menjaganya. Semua beban kini menumpuk menjadi satu hingga membuatnya hampir gila, belum lagi kemarin pemilik rumah gubuk ini datang dan menyuruhnya pergi karena katanya nenek yang merawatnya sudah tiada dan ia ingin mengambil rumahnya lagi untuk disewakan, dia merasa benar-benar sudah kalut dan kehilangan arah.

"Apa aku mati saja?" tanyanya pada dirinya sendiri memulai monolognya

"nggak, apa ada yang mau mengurus mayatku kalau aku mati Disini" bahkan sampai akhirpun ia tidak bisa mempercayai siapapun lagi.

"Kenapa orangtuaku tega membuangku dulu, bahkan mereka nggak pernah cari tau apa aku masih hidup atau sudah mati, lalu kenapa aku dilahirkan?"

Thalia bangkit dari tempat duduknya dan mulai mengambil baju-bajunya yang hanya tersusun di atas meja yang ada dikamar itu, ia kemudian mengambil tas ransel bekas tas sekolahnya dulu dan memasukkan baju-baju yang hampir semuanya sudah lusuh dan warnanya sudah memudar itu.

"Cukup pergi dari tempat ini saja, aku akan mencari kehidupan yang layak dan bahagia diluar sana. Benar kata Kavin, mungkin kebahagiaan itu akan ada jika saja kita membuatnya"

Gadis remaja itu telah membuat keputusan, ia berencana akan meninggalkan tempat yang hanya menyisakan luka baginya. Tidak ada barang berharga yang ia bawa karena pada dasarnya ia memang tidak memilikinya, ia pergi dari sana hanya membawa baju-bajunya yang masih layak pakai.

Thalia melangkah keluar dari rumah yang sudah ia tinggali selama tujuh belas tahun terakhir ini, berterima kasih pada bangunan rumah reyot yang bisa ia tempati berteduh juga berterima kasih pada mendiang nenek yang merawatnya hingga ia besar seperti sekarang.

Pada akhirnya, Thalia pergi dari sana dengan mata sembab dan juga wajah pucat yang membuat siapapun melihatnya akan merasa iba.

***

Dua puluh menit berselang Thalia pergi meninggalkan tempat itu, seorang bocah kecil berlarian dengan cepat menuju ke tempat tinggal gadis sebatang kara yang kini sudah kosong. Langkah bocah itu terhenti tepat di depan pintu rumah yang terbuat dari kayu

"Thalia..." panggil Kavin sembari mengetuk pintu kayu tersebut

"Apa kamu didalam? Thalia.." panggilnya lagi, namun tidak ada jawaban yang ia dapatkan

Kavin lalu mendorong pelan pintu tersebut yang rupanya tidak terkunci, ia lalu membuka pintu tersebut lebar-lebar dan masuk ke dalam sana mencari Thalia

"Thalia.. " panggilnya lagi masih berusaha menemukan dimana Thalia

Kavin melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Thalia namun tidak ada siapapun di dalam sana, Kavin terus melangkahkan kakinya dan melihat-lihat isi kamar gadis tersebut.

Senyum menghiasi wajah Kavin saat ia mendapatkan selembar foto milik Thalia, foto formal yang sepertinya ia dapatkan dari sekolahnya, mungkin saja itu foto raport Thalia dulu.

"Thalia..kamu masih didalam?"

Suara teriakan seorang wanita dari luar mencari Thalia mengejutkan Kavin, ia langsung memasukkan foto tersebut ke dalam kantong celananya dan segera keluar dari kamar Thalia.

"Kamu siapa?" tanya wanita itu

"Saya temannya Thalia, saya mencari Thalia tapi dia nggak ada" jawab Kavin dengan jujur

"Oh jadi Thalia udah nggak ada disini?" ucapnya tersenyum tipis lebih terlihat seperti lega

"Tante tau Thalia kemana?" tanya Kavin bingung dengan ekspresi wajah wanita itu

"Saya nggak tau dia kemana, tapi saya memang minta dia keluar dari rumah saya ini, mau saya kontrakkan" jawabnya dengan begitu santainya, seketika Kavin terkejut dengan ucapannya

"Tante usir Thalia?"

"Ya mau bagaimana lagi, saya juga butuh uang, rumah ini memang saya izinkan untuk dia tinggal tapi itu dulu waktu nenek masih hidup, tapi sekarang situasi saya juga sulit jadi mau tidak mau saya harus meminta rumah ini dari Thalia" jelas wanita itu, raut wajah Kavin tiba-tiba berubah, wajahnya terlihat begitu marah, tidak percaya jika ada orang setega itu pada gadis seperti Thalia

"Kenapa tante kejam sekali sama gadis sebatang kara seperti Thalia, dia hidup sendiri selama ini, kemana gadis seperti dia bisa pergi!" seru Kavin dengan mata berkaca-kaca menahan amarahnya, mendengar perkataan Kavin membuat wanita itu merasa sedikit bersalah

"Keluar dari sini, saya nggak tau dimana dia bisa pergi tapi saya juga butuh uang untuk melanjutkan hidup" ucapnya menarik lengan Kavin dan menyuruhnya keluar dari rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!