"Parfume? papa salah kali, mana ada Hanum pakai parfume Pria?"
Setelah melepas pelukan sang papa, Hanum kembali mengelak jika sang papa sedang salah indra penciuman. Ia sudah tak mungkin mengelak, karna memang dasarnya saat ia mencium kerah baju dan ketiaknya memang terdapat wangi parfum.
"Mungkinkah kamu sudah punya pacar? Hanum, ini beneran wangi parfum. Kok mirip sama punya papa yang jarang papa pakai. Bener mirip parfum Ocean yang kalau papa pakai saat acara penting gitu. Heeehee, maklum mehong." ungkap sang Mama.
Hanum tidak bisa mengelak, ia hanya menelan salivanya. Jujur saja ini adalah bekas parfum dari jas pria tadi. Saat ia berdebat dan menabrak, jujur saja Hanum juga masih ingat kala saat ia memaksa aroma tubuh pria itu memang sangat sama seperti apa yang jadi perdebatan kedua orangtuanya. Tak terkecuali, Lisa yang masih saja sedikit tak peduli.
"Kamu sudah punya pacar?"
"Enggak pah, mana mungkin Hanum punya pacar. Memang dengan tubuh gendut, jelek kaya gini siapa yang mau. Berteman aja udah jadi beban." jelasnya.
"Hanum! kamu gak boleh gitu nak!" menggeleng kepala, sang mama.
"Ya gimana dong mah, bukan Hanum mau insecure. Tapi kenyataannya, siapa yang mau berteman dengan Hanum. Bahkan teman Hanum saja, kerumah ini cuma mau ketemu ka Lisa."
Armand dan Rita sebagai orangtua, memang tak pernah membedakan kedua putrinya. Namun mendengar kata kata Hanum, putri bungsunya ia merasa sakit. Kala Hanum memang mempunyai satu penyakit, yang sedikit kelebihan badan sejak lahir. Dan itu membuat ia delima karna tak ingin melakukan operasi takut gagal pada putrinya.
"Maafkan kami Nak!"
"Pah, Mah. Lagi pula kalau Hanum jadi kalian, Hanum pasti akan menolak. Hanum janji, akan mengatur pola makan lebih sedikit lagi." senyumnya, padahal dirinya tak sanggup ketika melihat banyak makanan di meja makan.
Sulitnya ia menahan makan bahkan diet, tak mampu membuat Hanum sadar sedang mengikuti diet sehat, tak jarang jika ia melakukan mogok makan dua jam, maka ia akan selalu makan nonstop selama dua puluh empat jam tanpa terasa kenyang sebagai gantinya. Itu adalah suatu penyakit yang sulit bagi Hanum untuk hadapi. Baginya mungkin ia akan menjadi perawan tua selamanya adalah takdirnya.
"Lalu kenapa parfume itu sayang?" tanya Armand. Membuat Hanum kembali mengingat, ia pikir pertanyaan itu akan dilupakan.
"Owh mungkin, soal tadi Hanum menabrak banyak loundryan, karna seorang manager ikut membantu, mungkin menempel parfumnya pah." jelas Hanum sedikit gugup.
"Iy, kamu benar Pah! mana mungkin Hanum pacaran tanpa sepengetahuan kita. Hanum anak baik, anak rumahan. Bawa teman aja kerumah enggak kan? gak mungkinlah." jelas mama.
"Lagi pula, untuk apa kamu Hanum, bekerja seperti itu. Membawa pakaian oranglain, itu sangat menjijikan. Bagaimana jika membawa virus, dan kamu! Papa bisa carikan pekerjaan terbaik untukmu."
"Sudahlah pah! lagi pula Hanum sudah menjelaskan, kenapa juga sih kamu masih marah saja."
"Karna parfume Beast, Ocean Itu mengingatkan ..," gerutunya.
"Lagi lagi mengungkit." tajam Rita pada Armand. Sementara Hanum di tengah tengah menjadi kebingungan.
"Papa kenapa bicara Beast pada mama, memang ada apa?" tanya Hanum.
"Karna kau, Parfume.. !"
"Armand." sentag Mama menghentikan.
"Papa." Hanum terkejut.
Armand sebenarnya masih tak masuk akal, dengan penjelasan putrinya. Tapi karna sang istri, ia jadi berhenti mengomel. Jujur saja, ia adalah orangtua yang protektif dan jeli jika semua berkaitan dengan anaknya.
"Mandi sana! bersihkan tubuh dan ganti pakaianmu. Bau itu sangat menjengkelkan."
"Ya pah! Mah, Hanum ke kamar dulu."
Jujur saja Armand masih sangat cemburu, ketika putrinya sudah mulai dewasa, ia takut anaknya itu cepat mempunyai pacar. Meski ia melupakan bobot tubuh putri bungsunya, tetap saja ia tetap khawatir.
Berbeda dengan Hanum, ia masih menatap cermin kala di kamar. Ia sudah mandi berkali kali, tetap saja wangi pria sialan itu masih merekat padanya. Seolah ini adalah hal yang tak bisa Hanum elak, namun jujur saja wanginya saja memang nyentrik di hidung. Meski telah mandi, wanginya benar benar masih tercium ketika jarak dekat lima centi.
"Huuuft! aku harus mandi apa, agar aroma pria gila itu hilang."
Tak lama, Hanum mengambil rak mandi. Dengan santainya, ia senyum dengan berendam madu susu dan sedikit aroma theraphy rose milik Lisa. Hanum sengaja memakai sedikit, meski tidak tau yang mana itu yang paling mahal. Hanya saja ia menyukai aromanya, ia akan pakai. Dan benar saja, dalam waktu beberapa jam aroma acean itu tidak melekat lagi seperti sebelumnya.
MAKAN BERSAMA.
Saat itu semua tampak seperti biasa, mereka akan makan sore layak keluarga umumnya. Namun setelah hampir selesai makan malam, Armand meminta Hanum untuk benar benar mengambil keputusan.
"Kau yakin, akan menggantikan Lisa?" tanya Papa.
"Ya pah! aku sanggup, lagi pula aku tak suka melihat kak Lisa sedih, jika ia terpaksa begitu."
"Kalau begitu, kita temui malam ini juga, papa sudah hubungi Jhoni."
"Tunggu! Apa tidak ada waktu lain pah, secepat itu?" tanya Hanum, yang membuat pupil matanya berdebar. Terlebih sang mama, ia juga sedikit terkejut.
"Karna anaknya jarang di indonesia. Jadi ada kesempatan, papa ingin semuanya selesai dan tau bagaimana hasilnya."
"Apa kau yakin, semua ide ini akan berhasil Hanum?" tanya Lisa sang kakak yang begitu khawatir. Hanum terdiam menatap Lisa, hanya bergumam dalam hatinya memikirkan jawaban Lisa.
Hanum yang mempunyai firasat tak enak, ia yakin pria itu adalah putra dari paman Jhonson. Hingga dimana, ia berusaha mengingat dan memulai apa yang harus ia lakukan untuk menahan rasa lapar berlebih.
'Aku tidak yakin jika dia adalah pria yang akan di jodohkan ka Lisa. Tapi jika benar, aku harus mencegah! bagaimanapun malam itu telah terjadi sesuatu. Tidak aku harus lakukan sesuatu agar pria itu mau menikah denganku. Setidaknya agar statusku tidak jelek.'
Itu adalah perkataan Hanum, ketika ia mendengar sang papa menghubungi paman Jhoni. Bahkan melihat dengan matanya sendiri, jika pria itu duduk menatap suatu map di samping paman Jhoni.
Hanum segera bergegas kekamar, ia kembali diam diam meminum herbal. Serta mencoba perawatan dari Nazim. Semoga saja dalam waktu yang cukup. Perubahan kembali terlihat, agar dirinya tak selalu di cecar body shaming. Gendut! jelek. Itu adalah ungkapan orang lain padanya membuat ia sakit hati. Terutama pria yang tak ingin Hanum lihat, dan mungkin bisa saja bertemu kembali.
Tuhan! apa takdirku seperti ini? kau tau, aku sulit sekali mengurangi makanan. Lalu dengan herbal, diet diam diam dari mama. Semoga hasilnya tidak berdampak buruk. Agar aku bisa tampil lebih baik layaknya wanita yang perfect seperti Lisa.
Tling! nada ponsel, membuat Hanum melihat samar nomor yang tak ia kenal. Melupakan pertanyaan Lisa saat ini.
To Be Continue!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
guntur
bapak sehati
2022-03-29
0
Sherly
hayo lisa bakal ketauan ga
2022-03-19
0
momo
Berarti lisa cantiknya kebangetan melebih hanum
2022-03-13
0