Alma membuka pintu dengan raut muka yang menyedihkan dan ditambah dengan rambutan yang tergerai berantakan.
Masih ada sosok asisten yang tulus, yang sangat peduli akan nasib majikan kecilnya.
"Bersihkan dulu badanmu sayang, sini bibi bantu," bi Ana mendekati Alma yang hanya diam terpaku.
Asisten itu membuka baju gadis kecil yang masih diam tampa ekpresi. Mungkin saja ini adalah beban berat yang ada, ditambah lagi dengan beban mental dari ibu tiri yang kejam.
Dalam hati Bi Ana ingin menangis, membayangkan hal buruk yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu pada gadis kecil majikannya itu.
"Sudah, non jangan lagi bersedih, papamu sudah tenang di surga. Ia akan sangat berduka jika saja non muda terus berduka seperti ini." Jelas Bi ani sambil membantu Alma membuka pakaiannya.
Sekarang Alma membersihkan badannya dengan dibantu oleh Bi Ani. Ia terlihat seperti gadis kecil yang cantik dengan kulit halus yang ia punya.
"Cepat makannya sayang, nanti ke buru nyonya ke sini," tukas Bi Ani dengan cepat.
Asisten setengah baya itu juga merasa gugup, bagaimana tidak. Jika saja Amira memergokinya membawa makanan lezat untuk Alma. Habis sudah riwayat mereka berdua. Kemungkinan hari yang akan datang mereka tidak akan mendapatkan jatah nasi di rumah ini.
"Ya, Bi." jawab Alma pelan.
Sebenarnya gadis kecil itu sama sekali tidak berniat untuk makan, ia sama sekali tidak berselera. Rasa kepedihan dan beban yang ada di dadanya membuat mulutnya engan untuk dibuka. Tetapi jika ia melewatkan makanan kali ini, ia tidak tahu entah kapan lagi akan mendapatkan makanan layak yang bisa dimakan.
"Bibi keluar dulu ya non, makan yang banyak. Biar cepat besar dan pintar," Bi Ani membelai rambut panjang itu. Kemudian pergi meninggalkan kamar Alma dengan cepat.
Malam semakin larut, di tengah suasana duka seperti ini, mereka berpesta. Tidak hanya itu Amira menyedikan beberapa minuman yang mengandung Alkohol sehingga ada dari teman-temannya yang mulai mabuk.
"Haha,, Amira tidak ku sangka, rupanya gadis miskin sepertimu bisa juga kaya..pastilah kau memakai sesuatu sehingga mendiang Teguh jatuh cinta padamu," Elsa masih meneguk minuman yang tersisa hingga gelas yang ada ditangannya benar-benar kosong.
Cecunguk satu ini, sebaik nya cepat pergi. Hanya akan merusak reputasi dimata mereka yang lagi mengagumi ku saat ini. Batin Amira dalam hati.
Ada sebagian dari mereka juga telah mabuk dan muntah karena minuman beralkohol itu. Sebenarnya bukan salah tamu yang datang. Mengapa Amira mesti menyediakan minuman yang bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran.
"Amira, rasanya hari telah larut, sebaiknya sudahi saja pesta ini, dan suruh mereka untuk pulang!" Hamdan mendekat dan meraih pundak Amira dengan tatapan yang tentu bisa dibaca oleh Janda muda itu.
"Baiklah teman semua, kelihatan hari telah larut. Sebaiknya kita sudahi dulu acara ini. lain waktu dan kesempatan kita pasti akan mengadakan pesta lagi, Karena aku juga butuh untuk istirahat." ujar Amira dengan nada sindiran agar mereka secepatnya pergi dari rumahnya.
"Haii.. Amira mengapa kau mengusir kami? setelah kau mengundang. Seenaknya kau menyudahinya. Aku tidak mau..aku mau di sini sampai pagi!" dengan berjalan sempoyongan Elsa berjalan mendekati Amira.
Amira mundur, ia sama sekali jijik melihat Elsa yang lagi mabok dan ada sisa muntah yang terlihat di ujung dressnya yang berwarna hitam.
"Baiklah Amira, Elsa bersamaku. terimakasih atas jamuan makan malam semewah ini," ujar Sherlly mohon pamit.
Dan satu persatu mereka juga mohon pamit. Sekarang rumah mewah itu telah terlihat sangat sepi hanya beberapa pelayan dan penjaga yang berada di luar.
"Apakah kau juga tidak akan pulang Hamdan? apa tetap akan di sini ?" tanya Amira melihat Hamdan yang berdiri mengantar teman-temannya sampai pintu gerbang rumah.
Lelaki bertubuh kekar itu kemudian membalikan tubuhnya dan menatap pada mantan kekasihnya itu.
"Menurutmu, apakah aku harus pulang? atau tetap di sini bersamamu?"
"Hmm..hmm aku.."
"Tidak perlu dijawab." Hamdan menutup bibir Amira dengan jari telunjuknya.
"Aku sangat merindukanmu kehangatan setelah sekian Tahun," desis Hamdan pelan. Tetapi sangat terdengar jelas di telinga perempuan itu.
Bau khas maskulin dengan penampilan Hamdan yang sangat gagah dan jantan, membuat Amira serasa terhipnotis.
Tidak berselang lama, mereka berdua telah sampai di kamar mewah yang biasa di tempati mendiang suami dan dirinya.
Karena nafsu keserakahan dan nafsu birahi yang ada pada diri janda kaya itu. Membuat ia kehilangan harga diri.
lihatlah bagaimana seorang yang bukan muhrim dan hanya sekedar mantan, sekarang telah memimpin permainan di tubuh Amira.
Erangan kenikmatan dan teriakan mereka berdua, seakan tidak peduli dengan orang yang berada di sekitar mereka.
Ruangan panas walau telah dihidupkan AC dengan full tidak mengurangi aktivitas terlarang itu, hingga pagi menjelang.
Sampai pagi tubuh polos itu masih terkapar di kamar, sampai sang lelaki berparas tampan itu bangun. Amira masih tertidur pulas.
Senyum penuh kemenangan dan seringai licik, sekarang memenuhi wajah tampan itu.
_____________
Bersambung dukung penulis dengan like, love komentar kalian. Rasanya tidak terlalu vulgar ya teman tetapi ada tanda 21+
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Triple.1
semangat juga buat kakak
2022-04-12
0
Pertiwi Tiwi
wanita yg tdk menghargai diri sendiri
2022-02-28
0