Setelah keluar dari ruangan dokter, Ayu terus terdiam. Tidak ada sekata patah yang ia ucapkan. Mulutnya terasa kaku. Hati dan pikiran benar-benar berantakan. Apa ia harus bahagia di beri momongan, atau sebaliknya.
Ayu tau anak ini tak bersalah, kehadiran nya di sini bukanlah kemauannya. Tapi semua sudah takdir jalan sang kuasa.
Air mata bergelimang berkujuran di pipi nya, berbicara rasanya percuma.
Mita melihat betapa hancur nya Ayu dengan semua ini mengutuk pria brengsek itu, ia menyesal telah mengajak Ayu untuk menemani nya, jika saja saat itu ia mendengar perkataan Ayu, semua ini tidak akan terjadi. Kehidupan Ayu akan baik-baik saja, namun apa boleh buat jika semua telah terjadi.
Comments