Bab 5. Arak Sejuta Kenangan
Di pusat Kota Qin, sebuah kediaman mewah dengan halaman luas dan banyak penjaga di dalamnya, menandakan kediaman tersebut milik tokoh penting di kota Qin maupun kekaisaran Yin.
Gerbang kediaman yang awalnya terturup rapat, terbuka perlahan dan seekor kuda berlari cepat menuju kediaman. Saat kuda tersebut sampai di halaman, si penunggang bergegas turun dan melapor ke penjaga utama. "Sebuah pesan untuk Tuan Muda Qin dari seorang pemuda. Adiknya menunggu di tempat biasa."
Penjaga utama mengangguk dan melaporkan hal itu ke tuannya yang sedang di halaman belakang menikmati teh dan hari yang tenang ini.
Di halaman belakang kediaman, terdapat pondok indah yang dikelilingi tanaman bunga. Walau tanaman tersebut telah gugur, nyatanya salju yang menempel tetap membuat tanaman itu terlihat indah.
Di dalam pondok, seorang pria berwajah tegas nan rupawan duduk memegang cangkir teh. Tubuhnya yang tingga dan tegap membuat pria itu seperti seorang prajurit yang tangguh. Apalagi jika melihat pedang yang selalu tersarung di pinggangnya, menambah kesan gagah pada pria tersebut.
Dia adalah Qin Guan, anak dari gubernur Qin Huang, pemilik kediaman ini. Saat penjaga berlari ke arahnya, Qin Guan menatapnya penuh tanda tanya. Tak biasanya ada yang berani mengganggu waktu santainya.
"Ada apa?" tanya Qin Guan tanpa basa-basi.
"Tuan, penjaga kota melaporkan jika ada seorang pria yang memberi pesan untuk Anda. 'Adik menunggu di tempat biasa.' Itulah pesannya."
Qin Guan melebarkan matanya, ingatannya kembali ke masa lalu. Tiga tahun yang lalu, dia sedang keluar dari kota Qin dan bertemu beberapa bandit. Qin Guan terluka dan hampir saja mati di tangan bandit-bandit itu. Untung saja ada seorang pemuda menolongnya.
Sejak saat itu, dia mengangkat saudara dengan pemuda itu yang bernama Wang Tian Sin. Sebuah getaran aneh terasa di dada Qin Guan. Dia sudah sangat lama menunggu momen ini.
"Siapkan kuda!" ucap Qin Guan.
Penjaga itu mengangguk dan pergi meninggalkan Qin Guan.
Seekor kuda putih yang gagah dikeluarkan dari kandangnya. Kuda itu adalah milik Qin Guan. Dalam tatanan militer provinsi Qin, Qin Guan adalah seorang panglima perang yang memiliki julukan panglima berjubah putih Qin, Iblis putih, manusia berhati dingin. Namun, itu semua hanya berlaku dalam medan perang karena dalam kehidupan sehari-hari Qin Guan juga sosok yang hangat.
Seperti biasa, Qin Guan menggunakan jubah berwarna putih. Jika biasanya dia akan menggunakan zirah saat keluar, maka hal itu tidak berlaku untuk saat ini karena ia akan menemui adik yang sangat dirindukannya.
Pedang yang tersarung di pinggang hanya berlaku untuk identitasnya sebagai pendekar. Kuda putih itu berlari cepat menuju kedai arak sejuta kenangan yang tak jauh dari kediamannya. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk minum bersama adiknya.
Beberapa pengawal mengikuti Qin Guan, tetapi pemuda itu langsung mengusirnya karena merasa risih dan berlebihan.
"Ini adalah kota Qin. Tidak akan ada yang segila itu menyentuhku. Menyingkir atau kalian kubuat tidur selamanya!"
Sang Tuan muda sudah memerintah, tak ada satu pun prajurit yang berani membantah. Mereka berhenti dan berbalik arah kembali ke kediaman Qin Guan.
"Ingin bersenang-senang saja susah sekali." Sepanjang jalan Qin Guan tak berhenti menggerutu. Bahkan, saat sampai di kedai arak sejuta kenangan pun dia masih menggerutu. Baru ketika Qin Guan melihat Wang Tian Sin tersenyum padanya, pemuda itu berhenti menggerutu dan balas tersenyum.
"Xiao Tian, lama tidak bertemu." Qin Guan dengan gagahnya berjalan ke arah Wang Tian sin. Wang Tian Sin berdiri dan menyambut Qin Guan.
"Guan Gege, masih saja memanggilku Xiao Tian. Kenapa tidak Xiao Sin atau Sin'er saja?" protes Wang Tian Sin.
Tawa Qin Guan meledak melihat Wang Tian Sin sebal. "Namamu Tian Sin. Mau Tian atau Sin sama saja dan aku ingin memanggilmu Xiao Tian."
Wang Tian Sin hanya bisa mendengkus tanpa bisa protes. Qin Guan merupakan kakaknya dan ia harus menurut sebagai seorang adik.
"Jangan merengut seperti itu. Ayahmu memberi nama Tian Sin juga memiliki tujuan. Aku memanggilmu Xiao Tian juga ada tujuan." Qin Guan duduk dan menuangkan arak ke cangkir baru untuknya dan cangkir milik Wang Tian Sin yang kosong.
Wang Tian Sin duduk dan mengangkat cangkirnya, mengajak Qin Guan bersulang yang langsung dibalas oleh Qin Guan.
"Apa tujuan Gege memanggilku Xiao Tian?" tanya Wang Tian Sin penasaran.
Qin Guan tersenyum dan kembali menuang arak. "Kamu ini adik nakal. Tiga tahun tidak bertemu, tidak bertanya kabar."
"Bagaimana kabar Guan Gege?" tanya Wang Tian Sin menyadari kesalahannya.
"Hm ... bagus. Tapi kemampuan beladiriku saat ini tidak bagus."
Wang Tian Sin mengerutkan keningnya. Tak ada cacat yang terlihat di tubuh Qin Guan, mengapa ada masalah? "Tidak bagus bagaimana?"
"Tidak bagus. Beladiriku malu melihat beladirimu yang mengerikan, Xiao Tian."
"Aih ... tiga ratus ribu pasukan ada dalam genggaman. Asal Gege bisa mengaturnya dengan baik maka itu lebih bagus!" ucap Wang Tian Sin.
"Walau banyak pasukan, kemampuanku menyedihkan jika dibanding denganmu,"
"Mungkin saat ini Guan Gege merasa kemampuanmu buruk. Namun, ini adalah yang Gege miliki saat ini dan harus Gege kelola dengan baik, agar di masa depan bisa menampilkan yang luar biasa." Wang Tian Sin kembali meneguk arak beras kuning dan menghabiskannya.
Qin Guan hanya tersenyum tipis karena adiknya masih seperti dulu, banyak bicara dan suka menghibur.
"Kamu benar. Apa yang aku miliki saat ini yang terbaik. Harus di asah agar kelak lebih baik lagi."
Tak ada jawaban dari Wang Tian Sin yang sedang sibuk melahap daging asap di depannya. Qin Guan hanya bisa menggeleng dan ikut menyumpit daging asap yang tersaji.
"Pelayan! Berikan lima guci arak beras kuning dan semangkuk besar daging asap!" teriak Qin Guan. Beberapa pelayan datang membawa pesanan Qin Guan.
Qin Guan menyumpit daging asap yang masih panas dan memakannya. Sepintas ia melihat bibir Wang Tian Sin berwarna kehijauan. Awalnya Qin Guan diam, tetapi setelah diamati lebih lanjut, ada yang salah dengan adiknya dan membuatnya marah. "Siapa yang berani meracuni adikku!"
Wang Tian Sin yang mendengar teriak amarah kakaknya berhenti makan dan menatap Qin Guan yang melotot ke arahnya.
"Gege ... apa maksudmu?" Wang Tian Si masih belum sadar dengan kondisinya. Qin Guan menarik tangan kanan Wang Tian Sin dan menyayat telapaknya dengan belati yang baru saja ia keluarkan. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman menandakan sebuah racun telah menyebar.
"Racun."
Qin Guan mengangguk mengiyakan.
"Gege ... aku bisa menjelaskannya, ini bukan salah mereka. Percayalah padaku! Uhuk!" Wang Tian Sin terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
Qin Guan panik melihat Wang Tian Sin tiba-tiba melemah.
"Xiao Tian ... Xiao Tian!"
Wang Tian Sin memejamkan matanya dan tak sadarkan diri. Qin Guan langsung mengangkat Wang Tian Sin dan membawanya keluar dari kedai arak sejuta kenangan. Saat Qin Guan hendak menaiki kudanya, seorang pria tua dan pemuda seumurannya menghadan.
"Mau kau bawa ke mana muridku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
will
mc nya msh lemah gk sabar nunggu op 😁👍
2022-03-11
3
andymartyn
mantap👍👍👍
2022-03-04
2
Faris Maulana
semangat kk.di tunggu kelanjutannya..
2022-02-06
5