Toko Buku

"Assalamualaikum, Asya. Jadikan hari ini?" Sapa pria di seberang telpon.

"Waalaikumsalam, ok" Jawab Asya singkat kemudian sambungan telpon tersebut terputus.

Satu persatu Asya menuruni anak tangga dengan sangat lincah. Kaos polos berwarna hitam yang ditutupi dengan pasmina simpel yang melilit bagian leher serta setelan jeans longgar. Tote bag hitam yang menggantung di lengan bagian kanannya menambah kesan gaya kasualnya. Sederhana namun tampak begitu sempurna.

Reza yang masih duduk santai dalam setirnya sembari memperhatikan setiap langkah wanita itu. Berjalan menuju gerbang kos dan melewati mobil yang Reza pakai hari ini untuk menjemputnya. Akan tetapi, Reza melupakan satu hal. Reza lupa bahwa dirinya akan menjemput Asya ke kos. Sedangkan Asya yang tidak mengetahui dan juga tidak memperhatikan bahwa mobil yang dilewatinya tadi adalah mobil Reza. Reza keluar dari mobil dan memanggil Asya.

"Sya..." Panggil Reza

Asya yang merasa terpanggil oleh seseorang menoleh dengan sangat pelan. Sempat terkejut saat mendapati Reza yang berdiri di samping mobil yang terparkir dihalaman kos.

"Kok lu, eh maksudku kamu kok disini?" Tanya Asya

"Iya, aku lupa bilang kalau aku bakalan jemput kamu." Jelas Reza

Asya menaikkan kedua alisnya dengan pikiran bingung. Bagaimana bisa Reza menjemputnya, sedangkan sepeda motor kesayangannya tidak ada di sekeliling halaman kos. Asya juga tidak berkepikiran bahwa mobil disampingnya adalah mobil Reza. Asya hanya memperhatikan sekitar, memastikan dimana motor kesayangan Reza.

"Ayo, Syaa... Apa aku harus membukakan pintunya untukmu?" Ledek Reza.

Asya masih tak percaya dan masih berdiri di tempat yang sama.

"Sya... Apa yang masih kamu pikirkan?" Tanya Reza yang berhasil membuyarkan pikirannya.

Asya pun masuk ke dalam mobil Reza. Duduk tepat di samping Reza yang siap mengemudi mobilnya. Reza melajukan mobilnya dengan kecepatan standart. Di sepanjang perjalanan mereka saling diam tak ada satu kata pun yang keluar dari keduanya. Reza yang fokus menyetir sesekali melirik Asya yang asyik dengan ponselnya.

Tak perlu menunggu waktu yang lama, mobil yang dikendarai oleh Reza dan Asya tiba di salah satu toko buku yang cukup besar di kota tersebut. Setelah memilih tempat parkir yang cocok, keduanya keluar dari mobil tersebut. Sebelum memasuki toko buku yang berada dihadapan mereka. Akhirnya Asya membuka percakapan diantara dirinya dengan Reza.

"Buku apa yang mau di cari?" Tanya Asya tiba-tiba.

"Buku berumah tangga" Jawab Reza bercanda sembari mensetting alarm mobil yang diparkirnya.

Asya memutar bola matanya malas setelah mendengar jawaban Reza. Asya mengerti bahwa jawaban Reza adalah bercanda, namun tiba-tiba mood Asya sedang tidak baik.

"yuk" Ajak Reza sembari berjalan diikuti oleh Asya.

"Selamat pagi, kak. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa salah satu pelayan toko buku.

"Tidak, terimakasih" Jawab Reza singkat.

Mereka berdua mengelilingi setiap rak buku yang ada. Asya tak memperdulikan lagi mengenai buku apa yang diperlukan oleh Reza, karena tadi saat Asya menanyakannya jawabannya hanya sebuah candaan. Memanfaatkan kesempatan yang ada, Asya berkeliling mencari buku untuk dirinya sendiri. Bukan buku yang berkaitan dengan mata kuliahnya, melainkan sebuah novel.

Melihat satu buku yang membuatnya tertarik Asya berusaha mengambilnya, akan tetapi letak buku tersebut cukup tinggi. Berulang kali Asya melompat, berusaha meraih buku tersebut.

"Kalo butuh bantuan itu bilang" Ucap Reza meraih buku yang diinginkan Asya.

"Makasih" Ucap Asya tak banyak basa-basi.

"Sya.." Panggil Reza dengan nada cukup pelan.

"Kenapa?" Jawab Asya menengadah sehingga tatapan keduanya saling bertemu dan cukup dekat. Wajah tampan pria dihadapan Asya kini terlihat sangat jelas, putih bersih dengan alis tebal, bola mata coklat, hidung mancung dan bibir mungil membuat Asya tak berhenti memandangnya.

"Jangan lama-lama, ntar ada yang marah" Ucap Reza mengejek.

"Siapa?" Tanya Asya masih tidak sadarkan diri kepada siapa dia bertanya saat ini dengan wajah yang tampak begitu polos.

"Sang pencipta" Jawab Rezam

"Astaghfirullah" tutur Asya menyadari kesalahannya.

Reza yang melihat Asya yang salah tingkat tersenyum. Dia juga menyadari bahwa dirinya juga melakukan kesalahan yang sama. Menikmati tatapan Asya yang memperhatikan dirinya.

Mereka berdua melanjutkan aktivitasnya kembali. Asya yang sedang asyik membaca sinopsis buku yang berhasil menarik perhatiannya dan Reza masih sibuk dengan usahanya mencari buku yang diinginkan tak kunjung ketemu. Setiap rak buku yang berdiri tegak sudah Reza telusuri satu persatu namun hasilnya tetap nihil. Entah buku apa yang diinginkan Reza sehingga sulit untuk dicari.

"Buku apa sih yang kamu cari, dari tadi ga ketemu ketemu" Asya akhirnya membuka pembicaraan dan mulai penasaran.

"Aku lagi butuh buku ME, kok ga ada ya" Jawab Reza yang masih fokus mencari buku tersebut di setiap yang berjejer dihadapannya.

"Astaga... kenapa ga dari tadi ngomongnya. Kan bisa aku bantuin. Biar ada gunanya gue ikut" Omel Asya yang lupa menyebut dirinya dengan kata gue.

Reza yang menyadari akan perkataan yang keluar dari mulut gadis disampingnya menoleh dan menekankan kata tersebut.

"Gue?"

Asya terdiam, menyadari kesalahannya yang tidak sengaja. Karena sejauh ini Asya terbiasa dengan bahasa yang dipakainya dan belum terbiasa mengobrol dengan laki-laki yang penuh aturan seperti Reza.

"Mon maap, belum terbiasa" Ucap Asya meminta maaf.

krukkkk...kruuuk.....

Terdengar jelas bunyi kerucukan dari perut Asya. Asya lupa bahwa dirinya belum menyantap asupan untuk dirinya dari tadi pagi. Reza yang mendengar jelas suara perut Asya, sedikit tertawa cengengesan.

"Kalo lapar tuh bilang, ayo kita cari makan dulu" Ajak Reza yang meninggalkan Asya begitu saja, berharap gadis itu mengikuti dirinya.

Tak menunggu lama, karena memang kenyataannya Asya menahan lapar sedari tadi. Asya pun mengikuti pria itu sambil berlari kecil karena sedikit tertinggal. Tiba di salah satu cafe kecil yang tak jauh dari toko buku yang mereka kunjungi tadi. Cafe yang cukup besar bertema warna nude, dengan beberapa hiasan modern terlihat begitu mewah.

"Mau pesan apa?" Tanya Reza memberikan daftar menu kepada Asya.

Tak usah menunggu waktu yang lama, Asya menunjuk salah satu menu makanan berat favoritnya tanpa mengeluarkan suara.

"Minumnya?" Tanya Reza kembali, seperti seorang ayah yang menawarkan beberapa menu kepada anaknya.

Lagi-lagi Asya tidak menjawab pertanyaan Reza dengan ucapan melainkan Aya kembali menunjuk daftar menu dengan minuman yang diinginkannya.

"Baiklah," Ucap Reza dengan pasrah yang melihat sikap Asya yang begitu polos.

Sekitar lima belas menit dari waktu pesanan Reza, akhirnya beberapa menu datang tapi tidak dengan pesanan Asya. Seorang pelayan menata beberapa hidangan yang dipesan oleh Reza. Menyadari menu pesanannya tidak ada di atas meja sesuai yang di antar oleh seorang pelayan, Asya pun membuka mulutnya.

"Nasi goreng, pesanan gue mana?" Tanya Asya pada seorang pelayan yang masih berdiri di depannya dengan wajah yang cukup memelas.

"Mohon maaf kak, untuk nasi gorengnya sebentar lagi akan di antar. Maaf sedikit terlambat karena banyak antrean dari tadi" Jelas sang pelayan yang mengecewakan bagi Asya.

Melihat wajah melas Asya, Reza tersenyum-senyum seorang diri. Reza tak menyangka wanita seangkuh dan cuek Asya bisa menunjukkan wajah melasnya di muka umum saat merasa kelaparan.

"Udah, makan aja yang ada dulu. Bentar lagi pesanannya juga datang."

Tak peduli dengan siapa dan dimana dirinya sekarang. Rasa lapar tak bisa dibendung lagi oleh Asya. Tanpa basa basi dan merespon ucapan Reza. Asya pun melahap satu dimsum yang ada di hadapannya. Asya melahapnya dengan penuh nikmat dan sedikit tergesa. Sungguh dia tidak peduli dengan cara makannya yang seperti orang beberapa hari tak makan.

"Pelan-pelan, kamu udah berapa hari sih ngga makan" Ucap Reza meledek.

"2 Minggu yang lalu" Jawab Asya asal dan melanjutkan makannya.

"Asya,..." Sapa seorang laki-laki yang tak kalah tampan dengan Reza.

Asya menoleh pada sumber suara dan mendapati Very yang berdiri tegak dengan kaos putih dan celana pendek cream polos.

"Very"

"Apa kabar?" Very menyalurkan tangannya.

"Baik, Ver. Kamu sendiri gimana?" Asya membalas jabatan tangan Very.

Melihat jabatan tangan antara Very dan Asya yang tak kunjung lepas, Reza pun berdeham.

"Ehemm"

"Gue, Very. Teman Asya dari kecil" Ucap Very berganti menyalurkan tangannya ke arah Reza.

"Reza" Jawab Reza dingin, membalas jabatan tangan Very.

Very tetap tersenyum ramah, dengan respon dingin dari Reza.

"Kalo gitu, gue duluan ya" Pamit Very yang tidak ingin mengganggu waktu Asya dengan Reza.

"Apakah pria itu, kekasih Asya?" batin Very.

"Buru-buru amat, Ver. Ga mau duduk dulu?" Tawar Asya tanpa memperdulikan Reza.

"Lain kali aja, Sya. Masih ada kepentingan lain. Yuk Bro" Ucap Very tak lupa menyapa Reza sebelum pergi.

"Siapa?" Tanya Reza singkat dan tiba-tiba.

"Bukannya tadi very udah bilang kalo kita teman masa kecil" Jawab Asya cuek.

"Masak iya Reza cemburu" batin Asya.

Nasi goreng pesanan Asya akhirnya datang. Terdapat beberapa toping diatas masakan tersebut, seperti udang krispi, acar dan ayam suwir yang begitu mampu narik nafsu makan Asya. Menghirup aroma nasi goreng pesanannya, Asya sudah sangat penasaran bagaimana dengan rasanya.

"Mau?" Tawar Asya pada Rezam.

"Kan aku juga punya" Jawab Reza sedikit bingung dengan tawaran Asya.

"Eh, iya" Asya menyengir.

Mereka pun sama-sama menikmati hidangannya masing-masing. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Namun, sesekali Reza memperhatikan cara makan Asya yang begitu lahap. Sedikit terlintas dalam pikiran Asya dari bagaimana dirinya dulu bertemu dan mengenal gadis dihadapannya saat ini. Bahkan Reza masih mengingatnya betul-betul, terakhir sebelum mereka saling tak ada kabar dan tidak pernah bertemu semenjak Ayah Reza jatuh sakit. Reza yang mengungkapkan isi hatinya kepada Asya dan memberikan sebuah kota cincin yang berisi sepasang cincin mainan. Tidak, satu diantara sepasang cincin tersebut merupakan cincin emas asli. Akan tetapi, Asya tidak menyadari akan hal itu.

Ingin sekali, Reza membahas perihal perasaannya yang belum sempat menerima apa jawaban dari gadis dihadapannya sekarang. Namun, belum ada keberanian lebih untuk menagihnya saat ini juga. Reza belum siap dan tidak ingin merusak pertemuan pertamanya dengan Asya dari sekian lama mereka tak bertemu.

"Selesai makan, kita langsung pulang aja ya." Ucap Reza sembari menata beberapa piring kotor bekas makannya.

"Bukunya?" Tanya Asya yang masih ingat tujuan pertama mereka pergi bersama.

"Lain kali aja".

Mereka pun pulang dengan tangan kosong. Disepanjang perjalanan pulang, lagi-lagi tak ada percakapan di antara keduanya. Berada di dalam mobil seperti seorang penumpang dengan sopirnya. Asya terus sibuk menatap ponselnya dan terus menscroll akun sosial medianya. Menghiraukan keberadaan Reza disampingnya yang tidak terlalu fokus menyetir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!