Percikan air sedang menyusun irama di setiap atap permukiman. Diiringi dengan kabut tipis yang terlihat begitu lembut. Hawa dingin menyapu setiap ruangan yang ada, sehingga mampu merayu setiap penghuni untuk memejamkan mata, menikmati suasana hari ini.
Tapi tidak dengan Asya, pagi ini Asya sangat sibuk dengan beberapa tugas kuliahnya yang tak kunjung selesai dari semalam. Kantung matanya yang tebal, kelopak mata yang sedikit menggelap dan juga warna bibir yang sedikit memucat. Asya mengurangi jam tidur hanya karena sebuah deadline. Asya tertidur sekitar pukul 02.00 WIB dan terbangun pukul 04.00 saat jam wekernya berbunyi.
Beruntungnya hari ini adalah hari weekend. Ada sedikit rasa lega untuk Asya. Melihat teman sekamarnya yang begitu nyaman menikmati hangatnya selimut, membuat Asya sedikit iri. Asya mengambil benda berukuran cukup besar, panjang dan lembut. Memeluk dalam pangkuannya dan tetap fokus pada tugas-tugasnya.
"Oh, Tuhan... Aku sangat lelah untuk semua tugas ini. Tolong berikan aku kesabaran dan kecerdasan yang lebih agar semuanya cepat terselesaikan" rengek Asya dalam keluhannya.
Mendengar keluhan Asya yang cukup jelas, membuat Fitri terbangun dan bergegas menuju kamar mandi. Selesai membersihkan seluruh tubuhnya, Fitri berinisiatif untuk memasak. Melihat Asya yang begitu sibuk dengan tugas-tugasnya hingga lupa akan kesehatan tubuhnya, Fitri sangat tidak tega melihat akan hal itu. Fitri mengingat betul bagaimana seorang Asya yang merawat Fitri ketika sakit. Asya memang wanita yang cuek, tidak banyak basa-basi akan tetapi Asya memiliki rasa peduli yang sangat tinggi kepada orang lain.
"Sya, ayo sarapan. Aku masak sup dan tempe goreng" Ajak Fitri.
"Makasih banyak, Fit. Duluan aja, Aku belum lapar." Jawab Asya sembari tersenyum.
"Sya... kamu ga mau makan masakan ku?" Ucap Fitri dengan wajah kecewa.
"engga gitu, Fit. Iya-iya aku makan"
Jangan zuudzon dengan Asya yang dari tadinya hanya sibuk dengan tugas-tugasnya sehingga berpikir jika Asya belum mandi. Saat pukul 04.00 subuh tadi Asya terbangun dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan kewajibannya. Wanita yang tidak mudah diatur, cuek dan sedikit tomboi itu merupakan wanita yang cukup rajin.
Setelah sarapan, Asya membantu Fitri untuk mencuci piring bekas mereka selesai makan. Melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 07.30 mengingatkan Asya untuk melaksanakan sholat Sunnah. Sedangkan Fitri, ia bersiap-siap untuk melaksanakan ibadahnya.
"Sya, sepertinya nanti aku pulang agak sore. Masih mau jalan dulu sama Anton, hehe" Pamit Fitri kepada Asya penuh kebahagiaan.
"Ok, hati-hati"
"Kamu ga mau titip salam ke Anton?" Ledek Fitri.
Dimana sebelumnya Anton juga pernah menyukai Asya akan tetapi Asya tidak mengetahui hal itu. Anton berhenti mengharapkan Asya karena mengetahui bahwa mereka berbeda keyakinan dan tidak akan pernah bisa bersama.
"Iya salam buat Anton, jangan lupa jagain kamu baik-baik" Timpal Asya dengan senyuman, tanpa mengetahui apa maksud dari ledekan Fitri tadinya.
Asya tak pernah mengetahui akan hal tersebut. Mengenal dan mengetahui siapa Anton pun ketika Fitri memperkenalkan Anton kepada Asya. Fitri pun pergi dengan tingkahnya yang begitu lihai. Sedangkan Asya, kini kembali bergelut dengan dunia akademiknya. Kertas yang berserakan, benda elektronik yang setia menemani tugasnya tampak memancarkan sinarnya begitu terang.
"Bismillahirrahmanirrahim, semangat Sya semangat" ucap Asya menyemangati dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Terlihat jelas panggilan masuk via WhatsApp dengan nama kontak Si Batu Es. Asya terkejut melihat panggilan masuk tersebut. Ada perasaan tak nyaman dalam hatinya. Sudah beberapa bulan Asya tidak bertemu dengannya semenjak pria tersebut mengungkapkan perasaannya dengan memberikan sepasang cincin mainan. Ada rasa ragu saat ingin mengangkat panggilan tersebut. Akhirnya Asya memilih untuk mengabaikannya.
Semenjak Asya bertemu dan mengenal pria itu, mereka tidak pernah berkomunikasi sekalipun baik via chat maupun telepon. Akan tetapi, Asya menyimpan kontak pria itu semenjak ibu kosnya mengetahui kedekatan Asya dengan keponakannya. Dari situlah ibu kos memberikan kontak Reza saat meminta bantuan Asya untuk menghubunginya beberapa Minggu yang lalu namun tidak jadi.
Beberapa menit kemudian, ada 3 notifikasi masuk dengan nama kontak yang sama. Reza mengirim tiga pesan singkat berturut-turut kepada Asya.
Si Batu Es:
Assalamualaikum, Asya.
Ini Aku, Eza
Maaf, kamu apakabar?
Tidak usah menunggu lama, Asya langsung membalas pesan tersebut.
Me:
Baik, ada apa?
Dari beberapa pesan singkat tersebut, perbincangan antara keduanya berlanjut dalam dunia maya begitu asyik walau pesan keduanya sama-sama singkat. Hingga sempat membuat Asya lupa akan kesibukan dan tugas-tugasnya.
Setelah sadar, Asya melanjutkan tugas-tugasnya hingga berhasil terselesaikan. Membereskan satu persatu barang-barang yang berserakan sebelum Asya meninggalkannya ke kamar mandi. Pekerjaannya semalam yang membuatnya mampu begadang, membuat Asya ingin sekali tidur nyenyak siang hari ini sebagai penebus rasa kantuknya yang ia tahan semalaman.
Diseberang jalan yang cukup ramai, terdapat salah satu cafe yang cukup ramai pengunjung. Tak lain, salah satu dari banyaknya pengunjung di cafe tersebut ada Eza yang terlihat begitu bahagia saat asyik menatap layar ponselnya. Ditemani oleh secangkir kopi susu yang masih hangat dan sepiring stik kentang pesanannya.
Mengingat kejadian beberapa bulan lalu, saat Eza mengungkapkan perasaannya kepada Asya tanpa menerima jawaban apapun. Eza menghilang, bukan karena Eza tidak bertanggung jawab dalam perasaannya melainkan Eza memiliki tanggung jawab lain yang membuatnya ia tidak bisa menemui dan menagih jawaban atas ungkapannya kepada Asya.
Satu bulan yang lalu, Ayah Eza sakit keras hingga ia harus merawat sang Ayah dikarenakan sang ibu telah meninggalkan keduanya demi laki-laki lain. Hal tersebut membuat Eza sedikit lebih sibuk dari sebelumnya. Yang biasanya Eza akan berkumpul dengan teman-temannya setelah kelas selesai, semenjak itu juga Eza tak lagi seperti biasanya. Eza harus segera pulang dan memastikan sang Ayah baik-baik saja. Beruntungnya tempat tinggal Reza dengan kampusnya tidak begitu jauh.
Eza merupakan laki-laki yang memiliki sikap dingin, pendiam, tidak banyak tingkah dan memiliki wajah yang begitu tampan, hidung mancung kulit yang bersih serta penampilan yang sangat rapi idaman para wanita. Setiap pulang dari kampusnya, ia menyiapkan makanan untuk sang Ayah yang sedang sakit. Merawatnya dengan penuh kasih sayang dan begitu sabar.
"Ayah, kita makan dulu ya. Ini Eza udah masakin Ayah bubur sumsum. Meski tak senyaman masakan mama, tapi seperti cukup enak itu dimakan" Tutur Eza dengan begitu lembut.
Ayahnya yang tidak bisa apa-apa, hanya bisa meneteskan air matanya melihat sang anak yang begitu tulus dan sabar merawatnya.
"Yah... kenapa harus sedih. Ayah yang sabar yah, Ayah pasti sembuh" Ucap Eza yang berusaha menguatkan Ayahnya.
Setelah itu, Eza pun membereskan semua pekerjaan rumahnya. Mulai dari tempat tidur, ruang tamu, dapur hingga taman kecil di samping rumahnya. Eza memang merupakan anak orang kaya, Ayahnya pemilik apartemen terbesar kedua di kota tempat mereka tinggal sekarang. Sebelumnya, Eza memiliki seorang pembantu rumah tangga dan sopir pribadi untuk Ayahnya. Namun, semenjak Ayahnya jatuh sakit. Eza memilih untuk merawat sang Ayah sendirian dan sementara waktu pembantu rumah tangga dan sopir pribadi ayahnya Eza pulangkan ke kampung masing-masing.
Pukul 15.20 WIB hujan kembali mengguyur permukiman termasuk cafe yang dikunjungi oleh Eza saat ini. Hujan yang cukup deras dengan angin kencang sehingga membuat suasana cafe sedikit suram. Listrik padam, hanya suara hujan yang terdengar sangat jelas dan begitu deras. Sekitar dua jam hujan mengguyur kota metropolitan dan membanjiri sepanjang jalan kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Padhil
mampir dinovelku yu.. MENJANDA 🙏
2022-04-22
0
Imam Turmudzi
semangat terus dek
2022-04-21
1
Astuty Nuraeni
Salam dari LARA CINTAKU ...
2022-03-02
2