Meet Up

"Hallo, Sya?" Sapa pria di seberang telpon dengan sumringah.

"Siapa?" Tanya Asya pada panggilan dengan nomer tidak dikenal.

"Yaampun, Sya. Kamu ngga kenal suara aku nih" Tutur pria itu menahan rasa sebalnya.

"Very..." Asya menyebut nama pria itu.

"Ya, benar. Sombong sekali anda, sudah melupakan ku" Tutur Very.

"Ngga, ga gitu Ver. Ada dimana nih?" Asya mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya kita perlu ketemu aja deh, biar enak ceritanya. Udah berapa tahun nih, kita pisah. Masak iya ga kangen aku yang setampan ini, hahaha" Ucap Very dengan percaya diri.

"Boleh, dimana?"

"Kamu share lokasi aja, entar aku jemput habis itu kita keluar"

"Ok" Jawab Asya singkat dan memutuskan sambungan selulernya dengan Very.

Menyimpan nomer tidak dikenal yang ternyata adalah nomer sang sahabat kecilnya, Asya pun mengirim alamatnya via WhatsApp ke nomer yang sama dengan nomer seluler tadi. Very pun membalasnya dengan pesan singkat yang berisi "Nanti pukul 14.00 WIB, aku jemput. See you"

Membaca pesan singkat dari Very tanpa membalasnya. Asya pun melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti oleh panggilan seluler dari Very tadi. Membersihkan tempat tidur, memasak dan membersihkan kamar mandi yang sudah satu Minggu teman-teman kostnya tidak ada yang berkenan membersihkannya.

"Biar ku bantu, Sya" Fitri datang dengan membawa beberapa bahan makanan. Asya membalasnya dengan senyuman.

"Oh iya, tadi bunda Erisa nyariin kamu. Udah ketemu?" Tanya Fitri sembari mengupas bawang.

"Bunda Erisa nyariin aku? Ada perlu apa?" Tanya Asya balik dengan penasaran.

"Ga tau juga sih, aku ga sempet tanya. Coba aja kamu temui" Saran Fitri kepada Asya.

"Yasudah aku temui Bunda Erisa dulu ya" Pamit Asya lekas menuruni anak tangga satu persatu

***

Di rumah yang begitu megah nan mewah. Gedung besar yang bernuansa abu-abu dengan beberapa hiasan dinding berjejer begitu rapi dan indah. Bunda Erisa duduk di ruang keluarga bersama Pak Bambang yang merupakan ayah dari Reza. Tampak membicarakan sesuatu yang cukup serius di antara keduanya. Dari arah yang membelakangi bunda Erisa dan juga pak Bambang, Reza menuruni anak tangga dari gedung besar tersebut.

"Selamat pagi, Pa" Sapa Reza kepada sang Ayah.

"Pagi, Za" Jawab Sang Ayah.

"Loh, ada Tante disini. Tumben, pasti kangen keponakannya yang ganteng ini" Tutur Reza dengan gaya cool-nya.

"Tau aja. Oh iya, ini Tante bawakan sarapan untuk kalian" Bunda Erisa menyalurkan bingkisan yang dibawanya.

Bunda Erisa mengetahui bagaimana kedekatan ponakan tersayangnya dengan salah satu anak kosnya. Bahkan Bunda Erisa tidak mempermasalahkan hal tersebut melainkan dirinya ikut senang. Mengetahui seperti apa watak dari gadis yang sedang dekat dengan ponakannya, Bunda Erisa merasa cukup bahagia. Bunda Erisa menceritakan semuanya kepada pak Bambang, hingga mereka pun berharap keduanya akan menjadi sepasang kekasih.

***

Tokkk....Tok...tokk

"Bun, Assalamualaikum, Bunda. Ini Asya Bun.." Berulang kali Asya mengetok pintu kamar Bunda Erisa, akan tetapi tidak ada tanggapan dari penghuni kamar tersebut.

"Apa Bunda Erisa sedang keluar?" batinnya.

Asya pun kembali ke atas dan membantu Fitri memasak. Hari ini Fitri terlihat begitu semangat dalam beraktivitas, tidak seperti biasanya. Sedikit-sedikit sibuk dengan kisah asmaranya. Mulai dari chatting-an 24 jam, atau sekedar telfon dan Vidio call dengan sang pacar. Tapi, hari ini tidak. Hampir 3 jam lebih, Fitri tidak menyentuh ponselnya.

"Tumben nih, ga ngebucin. Apa lagi tanggal merah?" Ledek Asya kepada Fitri.

"Hehe, kan lagi masak. Kalo aku ga masak nanti ayang ga makan" Ucapnya lebay membuat Asya sedikit geli mendengarnya.

Pantas saja, bahan masakan pagi ini cukup banyak. Ternyata Fitri juga akan memasak untuk sang pacar. Fitri memang pandai memasak, tapi Asya tak kalah pandai dengan Fitri. Mereka pun asyik dengan bahan makanan yang sedang mereka eksekusi. Tidak ada perbincangan diantara Fitri dan juga Asya.

Usai sarapan pagi, Asya melanjutkan aktivitasnya untuk membersihkan kamar mandi. Menyikat setiap sela kamar mandi termasuk bak mandi dan juga menguras airnya. Asya sangat tidak menyukai tempat yang kotor dan berantakan. Baginya tempat yang kotor dan berantakan adalah hal yang dapat merusak moodnya. Meskipun terkenal dengan sifatnya yang cuek, Asya sangat memperhatikan kerapian sekitar.

Setelah semuanya selesai termasuk membersihkan dirinya. Asya menenggelamkan seluruh tubuhnya di atas kasur empuk di kamar kosnya. Menikmati hangatnya seprei, yang sedikitnya membuatnya kebingungan. Tangannya terus meraba-raba seprei yang dikenakan pada kasurnya. Tidak biasanya, kasur empuk miliknya sehangat ini. Musim kemarau pun tidak akan mempengaruhi kehangatan seprei pada kasurnya.

"Kok, ini seprei rasanya anget ya. Padahal bahan kainnya adem, terus sekarang juga musim hujan bukan kemarau" Ucap Asya kebingungan dengan posisi masih menelentangkan tubuhnya diatas kasur.

"Ya iyalah anget, orang baru aja aku selesai nyetrika" Sahut Fitri cekikikan.

"Pantes" Ucap Asya melanjutkan rebahannya.

Pagi ini, kegiatan Asya cukup membuatnya sangat lelah. Beruntungnya hari ini Asya tidak ada kelas. Sang dosen meminta jam mata kuliah hari ini diganti Minggu depan, dikarenakan sang dosen sedang ada kepentingan diluar kota. Tak lama Asya menenggelamkan tubuhnya, akhirnya Asya tertidur.

Kringg...kring.... kringg

Pukul 12.30 WIB, Alarm Asya berbunyi. Menandakan bahwa Asya harus bangun dan segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Tangan mungilnya meraba keberadaan ponselnya untuk mematikan alarm yang terus berbunyi. Sedikit demi sedikit Asya membuka matanya perlahan dan duduk sebentar untuk menyadarkan dirinya.

Mengingat dirinya memiliki janji dengan sahabat kecilnya, Very. Asya menyegerakan dirinya untuk mandi, sholat dan bersiap-siap untuk bertemu dengan sang sahabat. Kurang lebih lima tahun lamanya, Asya berpisah dengan Very. Very pindah keluar kota sejak dirinya dan Asya sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama lima tahun yang lalu. Entah apa alasannya kenapa Very harus pindah sekolah, meninggalkan Asya bahkan pindah rumah.

Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB tepat dengan ponsel Asya yang mendapatkan notifikasi pesan via WhatsApp. Sudah bisa ditebak, bahwa notifikasi tersebut dari Very. Asya pun meraih ponselnya yang berada di atas meja belajarnya. Dibuka dan dibacanya pesan tersebut.

Si Batu Es

Assalamualaikum, Sya. Hari ini dikos kan?

Asya terkejut saat membuka pesan itu. Asya berpikir notifikasi tadi dari sahabatnya. Namun, dugaannya salah. Tak sempat membalas pesan dari Reza, panggilan masuk dari sang sahabat menyalakan lampu notifikasinya.

"Halo, aku sudah di depan. Rumah bercat hijau, iyakan?" Tanya Very yang baru saja tiba depan kos Asya.

Asya pun bergegas untuk menemui Very yang sudah sampai di kosnya. Tiba didepan bangunan bercat hijau, Very keluar dari mobil sportnya untuk mempersilahkan Asya masuk kedalam mobilnya. Dari kejauhan ada sepasang mata yang memperhatikan tingkah keduanya.

Ada rasa tidak terima, gadis kesayangannya mendapatkan perlakuan manis dari laki-laki lain. Sedangkan dirinya sendiri tak pernah berani melakukan hal tersebut.

Setelah keduanya memasuki kendaraan yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Very melajukan mobilnya dengan kecepatan standart. Sembari menyalakan lagu kesukaannya dan juga Asya di masa SMP dulu.

"Masih ingat lagu ini?" Very memecahkan keheningan diantara diri ya dengan Asya

"Masih" jawab Asya tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!