#5, The School Part 4

#Flashback On

Suara gaduh ricuh panik tidak terkondisikan. Mobil pemadam kebakaran dan ambulans telah terpakir dihadapan bangunan bercat putih itu. Dan tentunya tidak ketinggalan mobil patroli polisi setempat juga turut terparkir.

Pemadam kebakaran telah turun tangan dan memastikan bangunan tersebut terselamatkan akan api yang beberapa waktu lalu menyala dan menggila hebat.

"Tolong!"

"Tolong!"

"Semuanya harap tenang!"

"Api sudah dipadamkan, semuanya bisa mengevakuasi korban!"

"Dicky apa yang terjadi? uhuk," tanya Bryan diselingi batuk-batuk karena asap yang menyebar dari bangunan terbakar.

Bryan mengernyit ia menutup mulut dan hidungnya menggunakan baju yang ia kenakan.

"Entahlah, Tadi api tiba-tiba menyala tanpa diketahui penyebabnya, kita tunggu polisi saja yang memeriksanya," jelas Dicky serius.

Mereka berdua menyusup kedalam bangunan yang sudah terlihat penuh abu dan dinding menghitam, untung saja api sudah sepenuhnya padam, "Kita bantu evakuasi korban saja!"

"Tolong bantu disini ada korban!"

"Disini juga, kita membutuhkan banyak tenaga bantuan!"

Ditengah-tengah kericuhan tersebut, kedua lelaki yang menyusup tadi mendapati seorang gadis dengan keadaan yang sangat parah, namun wajahnya masih dapat dikenali.

"Bryan," Dicky menatap Bryan yang kini menatap gadis yang terbujur kaku itu dengan tatapan mata ragu, tanpa keyakinan dan rasa percaya.

Dengan langkah penuh keraguan untuk memastikan. Perlahan Bryan mendekati sosok gadis yang masih tertidur diatas brankar putih yang kini sudah tidak berbentuk lagi. Dapat dipastikan sosok itu telah... Mati.

Dicky juga tidak yakin, ini terasa tidak mungkin!. Yang ia yakini bahwa gadis itu bukanlah seseorang yang ia kenal!. Ia hanya berharap seperti itu, "Tunggu Bryan, biar polisi yang mengevakuasinya!"

"TOLONG DISINI ADA KORBAN DENGAN LUKA PARAH!" teriak Dicky kencang, disamping ia membutuhkan pertolongan ia juga tengah panik menghadapi keadaan ini. Ia berusaha mengendalikan emosinya.

Tenaga evakuasi datang dan segera mengevakuasi gadis itu. Bryan masih saja membeku sembari menatap sosok itu dengan pandangan kosong. Seketika itu pula Bryan membantu mengevakuasinya.

'Tik!'

Benda kecil jatuh dari jasad yang dievakuasi mereka. Hanya Dicky saja yang menyadarinya. Dengan sekali melihat benda tersebut Dicky langsung menyembunyikannya.

#Flashback Off

Kilas balik yang menyeramkan.

...************...

Hari sudah mulai malam. Ternyata suasana dimalam hari dan siang hari sangat berbanding terbalik. Mereka semua kini berkumpul dirumah Dicky. Sembari mempersiapkan mental mereka.

"Kalian nanti berhati-hatilah!" ujar nenek Noe yang khawatir menatap mereka semua, ia tau betul apa yang ada didalam hutan itu.

Hutan yang dipenuhi misteri, sampai sekarang hanya sedikit yang berani mengunjungi hutan kejanggalan itu. Karena rumor-rumor yang terus menyebar semenjak dahulu, tiada kisah terhenti dari hutan itu.

"Baik nek!" balas mereka serempak penuh keyakinan. Padahal saat ini saja salah satu dari mereka sudah ketakutan, hanya saja mereka sudah memantapkan hati.

"Nenek meminta satu hal, kembalilah sebelum matahari datang," pinta wanita tua tersebut dengan sangat. Jika satu malam mereka tidak pulang ia khawatir akan tersesatnya anak-anak itu.

Apalagi didalam hutan tersebut tidak ada penerangan sama sekali, mereka hanya berbekal senter yang dapat mereka bawa kemanapun.

"Baik nek, kami akan segera kembali setelah menemukan apa yang kami cari," sahut Dicky pasti. Ia tidak ingin membuat siapapun khawatir, dan ia pasti akan cepat pulang.

...~Skip Hutan~...

Hutan Belantara.

Mereka memasuki hutan belantara, dengan dua gadis tangan kosong dan dua laki-laki memegang senter. Salah satu gadis tersebut memegang erat tangan sahabatnya.

"Kalian aman?" tanya Dicky kepada dua gadis yang berada ditengah-tengah antara dirinya dan Bryan. Terlihat kedua gadis itu ketakutan namun mereka menyamakannya.

"Ya," jawab Sheryl singkat. Sedangkan Nitta hanya memejamkan matanya kuat-kuat, tangannya terus memegang lengan sahabatnya itu.

Ditengah-tengah mereka berjalan, gadis penakut itu tidak sengaja menginjak ranting pohon yang membuatnya berbunyi kayu patah, sialnya dirinya sendiri yang kaget dan berteriak, "AAAAA-mmm"

Dengan sigap Dicky menutup mulut cerewet perempuan itu, jujur saja ia kesal karena ia jadi ikut kaget mendengar jeritan Nitta, "Itu belum apa-apa, bodoh!"

Nitta menatap tajam Dicky, sang empu yang ditatap melepaskan tangannya yang menutup mulut Nitta, perempuan itu menunduk dan berkata lirih, "Maaf"

Dicky menghela nafasnya, dengan terpaksa ia merangkul Nitta. Ingat! D-e-n-g-a-n t-e-r-p-a-k-s-a! Nitta mengedipkan matanya beberapa kali, ia kemudian menatap Dicky dengan tatapan bingung.

Sementara itu Sheryl melotot dan memegang dadanya, jantungnya terasa hampir copot karena teriakan Nitta tadi, "Astaga Nitta"

Bryan yang ada disamping gadis itu terkekeh kecil. Lucu sekali ekspresi Sheryl saat kaget, terlebih pula ia hampir tidak pernah melihat ekspresi terkejutnya.

Bryan menggenggam tangan Sheryl dengan lembut, yang membuat detak jantung perempuan itu menjadi terpacu dan semakin cepat. Apa ini??

Sheryl menatap Bryan dengan dahi mengernyit dan tatapan bertanya, saat ia ingin melepaskan tangannya dari genggaman Bryan, sang empu malah menguatkan genggamannya sembari berkata lirih, "Jangan dilepas"

Sheryl pun hanya pasrah. Sebenarnya keadaan macam apa ini? ia tidak ingin larut dalam suasana seperti ini.

Mereka berempat kembali melangkahkan kakinya menuju kedalaman hutan yang akan lebih gelap dan tentunya menakutkan daripada ini yang tidak ada apa-apanya.

Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, seakan-akan mengepung mereka yang berukuran kecil. Bayangan-bayangan hitam yang entah itu apa selalu mengamati pergerakan mereka tanpa disadari.

'Swushh'

Angin bersemilir, membuat bulu kuduk mereka berdiri. Seakan-akan sesuatu datang, namun nyatanya tidak ada sama sekali, ataukah mereka tidak melihatnya?

"Dicky, takut," ujar gadis cerewet yang tiba-tiba menjadi pendiam, ia bahkan mengatakan itu dengan sangat lirih.

Dicky menatap lekat Nitta, baru kali ini ia melihat gadis yang biasanya cerewet itu menjadi seorang penakut akut, bahkan ia merengekkan kata 'takut'. Apakah ia benar-benar setakut itu?

"Tenanglah, aku disini," sahutnya lembut untuk menenangkan Nitta yang sedari tadi memejamkan matanya.

Huft, mungkin Nitta akan menyesali keputusannya ikut menelusuri hutan ini. Nitta menatap Dicky yang kebetulan sedang menatapnya, membuat bola matanya terkunci kepada tatapan menenangkan itu.

Ia baru pernah melihat tatapan menenangkan dari seseorang yang biasanya bertingkah dingin, yang membuatnya menatap lama dan sekaan tidak ingin lepas.

Dicky kembali menghembuskan nafas, membuat Nitta tersadar dan berkedip. Dicky pun berbisik lirih kepada gadis cerewet yang tadi menatapnya, "Jangan menatapku seperti itu, bodoh"

Nitta berdecak kesal, ia merengut membuat rautnya malah terlihat lucu, "Apa kau tidak bosan memanggilku dengan sebutan bodoh?"

Dicky tersenyum simpul, "Tentu saja aku... "

Dicky menjeda kalimatnya yang membuat Nitta menunggu dengan tatapan bertanya.

"Tentu saja aku tidak akan bosan dan akan terus memanggilmu bodoh karena kau memang bodoh," lanjutnya yang membuat Nitta semakin bersungut-sungut.

Nitta menatap tajam Dicky, sungguh lelaki yang sedari tadi merangkulnya itu adalah laki-laki yang sangat menyebalkan, terkadang bersikap dingin lalu kemudian bersikap manis.

Padahal baru satu hari ini mereka kembali bertemu setelah sekian lama.

Terpopuler

Comments

Fenny {Hiatus}

Fenny {Hiatus}

ceritanya seru thor semangat ya

2022-04-08

1

Rita Puwarningsih

Rita Puwarningsih

Awas. Jangan lupakan pesan nenek ya.

2022-04-02

1

El_Tien

El_Tien

ternyata dkcy dan briyan punya hubungan yang cukup dekat ya

2022-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!