...***********...
Dua insan itu kini tengah menapaki lantai lorong yang menghubungkan dengan kelas dua, ruangan pertama yang Sheryl datangi bersama Nitta.
"Omong-omong aku kesini bersama Bryan," ujar Lelaki itu dengan upaya untuk memancing sedikit hal yang sedari tadi disembunyikan oleh Sheryl.
Dicky peka terhadap perasaan Sheryl, meskipun Sheryl selalu menutupinya. Menutupi penderitaan hatinya dengan sebuah senyum kecil dan juga poker face nya.
"Kalau kau, aku tidak heran lagi karena rumahmu disini tapi kalau..." Sheryl sedikit menjeda kalimatnya dengan misterius. Dicky menatapnya sembari mengangkat satu alisnya.
"Tapi kalau Bryan aku juga tidak heran karena dia itu sahabatmu, kalian berdua pasti sering kesini," lanjutnya dengan tenang, memanipulasi keadaan meskipun banyak hal janggal yang terlihat.
Dicky melebarkan senyumnya, sudah sangat terlihat jelas dan Sheryl masih saja ingin menutupinya? dia berkata lirih, "Hatimu sangat keras"
"Tentu, hanya aku yang bisa mengetuknya," jelas Sheryl mencetak senyum simpul di bibir tipisnya. Menarik bagi Dicky, dimana perempuan itu mati-matian menutupi hatinya, segelap apakah disana?
...***********...
"Sudah lama saat kita bertemu sebelum berpisah, sekarang bagaimana kabarmu?" tanya Bryan hangat, bak sahabat lama yang kini tanpa sengaja bertemu.
"A-ah aku tentu aku baik-baik saja," jawab Nitta gugup karena suasana yang mendadak canggung ini, "Lalu bagaimana kabarmu sendiri?"
Bryan tersenyum simpul, hatinya bahkan masih sakit karena belakangan terjadi sesuatu yang membuatnya semakin terpukul, "Yah, aku yakin kau pasti tau bagaimana keadaanku, aku tidak apa-apa"
Nitta terenyuh dengan balasan Bryan, 'tidak apa-apa' bukanlah kalimat jawaban dari pertanyaan, itu hanya untuk memanipulasi Bryan sendiri, "Maaf, aku turut prihatin"
"Haha kau memang pengertian," kekeh nya kecil, ia kembali membentuk lengkungan simpul dibibirnya, "Omong-omong kau disini bersama siapa?"
'deg'
Nitta tersentak, namun ia akan bersikap seolah-olah itu hanyalah kenormalan biasa dan tidak ada yang salah di bagian manapun, "Aku? tentu saja aku bersama Sheryl"
Mendengar sebuah nama yang sudah lama tidak ia dengar, nama yang dapat menghangatkan hatinya itu, ia tak dapat menahan senyumnya yang kini tercetak manis dibibir pemuda itu.
Nitta terpaku pada senyuman itu, sudah lama ia tidak melihat senyuman Bryan, senyum yang berbeda dari senyuman lelaki itu yang lain.
"Sudah lama aku tidak melihatmu tersenyum seperti itu," ujar Nitta menarik sudut bibirnya.
Bryan menatap keluar jendela, menerawang pada semua yang terjadi dan penuh arti, "Dan sudah lama aku tidak mendengar nama itu"
'Swuussh'
Semilir angin yang datang sangat menyejukkan dan menentramkan mereka. Namun ditengah angin itu Bryan dapat melihat sebuah bayangan, bayangan yang selama ini menghantuinya.
'huft'
Angin kecemburuan yang datang membawa firasat buruk. Bryan menutup hidung dan mulutnya ketika terasa bau busuk yang menyengat, detak jantungnya tidak dapat dikendalikan, keringat dingin pun kini bercucuran.
"Hei kau kenapa?" tanya Nitta khawatir saat melihat wajah Bryan yang tiba-tiba menjadi pucat pasi.
Bryan menahan perutnya yang terasa mual, karena bau yang sangat busuk ini. Ia sangat tidak tahan, "Emm"
Bayangan yang sedari tadi mengintainya, bayangan hitam itu. Bryan dapat melihatnya. Dalam sekejap ia tau bayangan itu menghampirinya, detak jantungnya semakin tidak beraturan.
"Hai sayang"
Dan...
Sekejap semuanya berlalu, bayangan itu hilang. Bryan kini hanya bisa menatap kosong, wajahnya pucat sangat pucat. Nitta yang melihat itu semakin panik, "Hei ada apa? tolong jelaskan!"
Masih dengan tatapan kosongnya Bryan hanya menjawab dengan nada dingin dan datar, "Tidak apa-apa"
Nitta ketakutan melihat Bryan yang tiba-tiba berubah, tubuhnya gemetar, semakin lekat melihat Bryan semakin ia merasa aneh dengan tingkahnya itu.
"Tolong tunggu disini" Nitta berkata pelan, ia berfikir untuk memberitahukannya kepada Sheryl. Ia pun bergegas berlari meninggalkan Bryan yang masih menatap kosong.
...***************...
Sheryl dan Dicky masih berjalan menyusuri lorong disana. Tanpa curiga dengan sesuatu yang entah akan terjadi atau tidak.
"Oh ya nanti malam aku dan Bryan ingin menyelidiki sesuatu, apa kau mau ikut?" tawar Dicky ramah, sebenarnya sesuatu yang akan ia lakukan akan sedikit berbahaya.
"Sesuatu?" tanya Sheryl mengangkat satu alisnya, apa yang akan mereka lakukan di malam hari?
"Iya, kami akan menyusuri hutan dibelakang bangunan ini," jelas Dicky santai.
'deg'
Sheryl terdiam, hutan? bukankah di hutan tersebut ada...? Lalu bagaimana jika mereka tersesat? bagaimana jika mereka dihantui? bagaimana jika mereka tidak bisa pulang?
Pikiran-pikiran buruk dan negatif langsung menghinggapi hatinya, ia mengakui bahwa ia takut dengan hutan itu, mengingat rumor yang akhir-akhir ini beredar.
"K-kau yakin?" tanyanya sedikit bergetar. Dikcy menyadari Sheryl yang takut, ia menunjukan senyum simpulnya.
"Ya, meskipun kami tidak tau apa yang akan terjadi nanti," jawab Dicky sedikit aneh. Kalau seperti itu Sheryl menjadi semakin takut jika terjadi yang tidak-tidak kepada mereka berdua.
Sheryl bimbang, ia takut jika ikut menyusuri hutan penuh misteri itu. Tetapi ia juga penasaran dengan rumor yang beredar itu, yang jadi masalahnya adalah Bryan.
Sheryl asik bertengkar dengan pikirannya sendiri.
Sementara Dicky ia menatap lekat Sheryl, menunggu jawaban atas ajakannya tadi, namun melihat Sheryl yang ketakutan itu ia menjadi tidak tega, "Ee kalau kau tidak mau tidak apa-apa, lagipula kita tidak tau apa yang akan terjadi nanti"
"Aku ikut," jawabnya yakin. Ia memang ketakutan, namun ia juga tidak bisa membiarkan siapapun terluka terutama 'dia'.
Dicky melihat tekad Sheryl, entah apa yang bisa membuat Sheryl seyakin itu padahal baru saja Sheryl nampak ketakutan, "Baiklah"
Sementara itu terdengar suara orang berlari di lorong itu.
'Tap' 'tap' 'tap'
Sheryl mengernyitkan dahi. Ia melihat Nitta yang ketakutan dengan nafas yang tak beraturan menghampiri mereka berdua.
"Ada apa? kenapa kau terlihat ketakutan?" tanya Sheryl cepat. Nitta yang baru sampai itu mengatur nafasnya terlebih dahulu.
Dicky menekuk alisnya, ia melihat seseorang yang sangat tidak asing baginya. Memang benar ia belum tau kalau Sheryl kesini bersamanya, "Nitta?"
Nitta tidak menghiraukannya, dia hanya berfokus pada Sheryl dan hal yang akan ia ungkapkan, "Sheryl, Bryan tiba-tiba bertingkah aneh disana!"
Nitta yang panik itu menarik-narik lengan Sheryl yang membuatnya kesakitan, "Aw tunggu dulu, apa maksudmu bertingkah aneh?"
Sheryl menahan Nitta yang menarik-narik dirinya, ia menatap lekat Sheryl menenangkan. Ia menjadi ikut panik jika seperti ini. Ia bingung dengan tingkah Nitta yang sangat panik.
"Sudahlah tidak ada waktu, sekarang ayo kita ke Bryan!" Nitta berlari membawa Sheryl dengan menarik tangannya, mereka berdua berlari kencang.
Sementara Dicky kini kebingungan. Sebenarnya apa yang terjadi? ada apa dengan Bryan? dan Nitta? ia baru melihat gadis itu setelah sekian lama tidak bertemu sapa.
Dicky pun menyusul keduanya dengan pikiran yang masih berkecamuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
R.F
3 like hadir. semangat. like balik iya. suami pengganti
2022-05-12
1
Fenny {Hiatus}
lanjutkan
2022-04-08
1
Rita Puwarningsih
duh, jadi ikutan panik.
2022-04-02
1