#4, The School Part 3

...************...

Kelas II

Begitulah tulisan yang terpampang di papan nama depan ruangan tersebut.

Seorang lelaki terkulai lemah dengan perut yang mual, ia sudah tidak tahan dan ingin memuntahkan semua yang ia rasakan.

Saat Sheryl memasuki ruangan tersebut. Ia menutup mulut dengan kedua tangannya, melihat kondisi lelaki itu yang memprihatinkan.

"Hei kau kenapa?" tanya nya khawatir sembari mendekati Bryan. Sang empu tidak memberikan respon sedikitpun, ia hanya terus mual dan memegangi perut dan mulutnya.

"Bryan," Sheryl menepuk pipi Bryan, membuat Bryan menatap dirinya, hingga tatapan kosong dan tatapan khawatir mereka bertemu, "Bangunlah!"

Sheryl yang tidak ingin melihat Bryan seperti itu lagi, ia akhirnya memapah tubuh lelaki itu, berjalan dengan perlahan untuk ke toilet sekolahan tersebut, agar Bryan dapat memuntahkan segala yang memuakan.

Sementara itu kedua orang yang sedari memperhatikan, menatap keduanya dengan khawatir dan harap-harap cemas.

"Apa yang terjadi?" tanya Dicky janggal, bukankah tadi sahabatnya itu masih baik-baik saja? hanya ditinggal beberapa menit sudah seperti ini.

"Entahlah," balas Nitta pelan, ia juga tidak tau apa yang terjadi, semuanya hanya tiba-tiba dan tidak jelas.

Dicky menatap kesamping, ya dia baru sadar disini masih ada Nitta. Dicky tersenyum simpul, "Sudah lama tidak bertemu Nitta"

Reflek Nitta menoleh kesamping, menghadap ke orang yang mengajaknya bicara.

Tanpa disangka wajahnya tepat didepan muka si lelaki itu, matanya menangkap dan mengunci bola mata yang menatap lembut dirinya. Membuat si gadis merona dengan wajah tertekuk.

"Y-ya, t-tapi jauhkan wajahmu," jawabnya tergagap sembari membuang wajah kesamping. Dicky terkekeh kecil, apa salahnya?

"Baiklah," Dicky menjauh dari Nitta, ia melangkah menuju salah satu bangku yang ada diruang kelas tersebut.

Nitta menatap Dicky, mengamati setiap gerak gerik yang dilakukan lelaki itu, "Daripada kau disini lebih baik kau temani Bryan, kasihan sahabatku yang membantunya sendirian"

Sindir halus Nitta yang kemudian disambut senyuman oleh Dicky, "Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri? sahabatmu sedang kesusahan kenapa kau masih disini?"

"Ck!" Nitta berdecak sembari membuang wajahnya, jujur saja ia takut dengan apa yang baru saja terjadi. Semuanya saat menegangkan.

Padahal ia tidak melihat sedetikpun sesuatu berlangsung. Namun entah mengapa Bryan tiba-tiba seperti itu. Membayangkannya lagi membuatnya merinding.

"Hiii," Nitta bergidik ngeri, ia pun masuk kedalam ruang kelas dan duduk disamping Dicky dengan catatan ditengahnya masih ada bangku. Ingat, ia tidak tepat disamping Dicky.

Dicky menatap Nitta aneh, melihatnya yang dengan cepat duduk disampingnya, emm tidak tepat disampingnya karena masih ada bangku.

"Apa?" tanya Nitta ketus yang menyadari pandangan Dicky aneh. Si gadis yang ditatap menjadi salah tingkah, ia bertingkah seolah sedang membenarkan pakaiannya.

"Tidak ada," jelas Dicky singkat. Nitta mendengus kesal, ia kembali membuang mukanya.

Dicky teringat nanti malam, kalau Sheryl ikut apakah Nitta akan ikut juga?, "Nitta, apa nanti malam kau mau ikut?"

Nitta menatap Dicky bingung, tiba-tiba Dicky bertanya seperti itu, "Ikut kemana? bersama siapa?"

"Menyusuri hutan belakang sekolah," jelas Dicky santai. Nitta terperangah, a-apa?! hutan belakang bangunan ini?!

"Ap-Apa kau bilang? Hu-hutan?" tanyanya dengan tidak percaya. Dicky menatap lekat Nitta, sangat tampak raut ketakutan gadis itu.

Mungkin karena Nitta adalah orang yang sangat penakut, dibandingkan dengan Sheryl keberaniannya akan sangat kalah jauh.

Dicky mengangguk, "Iya, hutan"

Nitta menunjukkan gelagatnya yang ketakutan, terlihat dari badannya yang sedikit bergetar.

"Kalau kau tidak mau ikut tidak apa-apa, tapi Sheryl akan ikut," jelas Dicky yang membuat Nitta semakin menganga.

Nitta langsung menatap Dicky tajam, "Sheryl? tapi dia tidak memberitahuku dulu, ya sudahlah kalau dia ikut aku juga akan ikut!"

Celotehnya kesal. Kenapa sahabatnya itu tidak memberitahukan kepadanya terlebih dahulu? gerutunya kesal didalam hati.

Dicky mengamati wajah Nitta yang tertekuk, mungkin karena kesal, pikirnya. Dicky tidak ingin mengambil resiko terlalu jauh untuk nanti malam, "Kau yakin?"

"Ya," balas Nitta singkat, sembari memilin tangannya dan wajah yang tertunduk, ia teringat akan Sheryl dan Bryan yang belum juga kembali.

...****************...

"Apa yang terjadi padamu, bodoh?" tanya Sheryl dengan tatapan cemas kepada Bryan yang kini terkulai lemah setelah memuntahkan isi perutnya.

"Aku tidak apa," ujar Bryan lemah, sangat lemah. Suaranya hanya terdengar sayup ditelinga Sheryl.

Mereka berdua masih didepan toilet sekolah, Bryan yang duduk bersandar didinding, dan Sheryl yang berdiri dihadapannya.

"Kau bahkan masih terlihat tidak baik-baik saja," lirih Sheryl, ia perlahan menekuk lutunya dan duduk dihadapan Bryan.

Gadis itu menundukkan wajahnya, membuat Bryan tidak dapat melihat raut sedih darinya. Tangan Bryan bergerak dengan lemah mengusap kepala gadis yang ada dihadapannya itu dengan lembut.

"Sudahlah, tidak perlu dikhawatirkan, aku tidak apa," ucapnya menenangkan. Sheryl hanya bisa diam tak berkutik.

'Sial'

Seketika batinnya mengumpat saat ia menyadari bahwa ia kelepasan. Seharusnya ia tidak berbuat sejauh ini! Seharusnya tadi ia biarkan Bryan! Seharusnya Dicky saja yang menolong Bryan!

Sheryl memanipulasi wajahnya menjadi datar, ia pun merangkulkan tangan Bryan ke pundaknya, membantunya berdiri dengan perlahan, "Kita kembali"

...~Skip Sore Hari~...

Mereka duduk di bangku outdoor yang ada didepan parkiran bangunan itu. Langit jingga sudah terlihat disudut kota. Matahari yang layu itu terlihat sangat indah.

"Kenapa kau tidak bilang dulu padaku, bodoh!" bisik Nitta kesal dengan kedua alis menyatu. Ia sedikit menyenggol lengan Sheryl.

Nitta kesal karena Sheryl tidak bilang bahwa dia ikut menyusuri hutan. Dan kini Nitta terpaksa ikut karena sahabatnya itu juga ikut.

"Ya, aku lupa bahwa aku kesini bersamamu," jelas Sheryl santai, berbisik juga. Nitta berdecak lirih, dengan tega sahabatnya itu melupakannya.

Tanpa sadar Dicky memerhatikan kedua gadis yang bercekcok lirih itu, "Oh ya Bryan, mereka akan ikut kita malam ini"

Penjelasan Dicky membuat Bryan melotot, apa tidak repot jika membawa dua perempuan? lagipula akan sangat bahaya jika mereka berdua ikut, karena mereka tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

"Kau yakin?" serunya kepada Dicky, tentunya dibalas anggukan pasti oleh sang empu.

"Aku yakin, lagipula jika ada mereka apabila kita menemukan fakta mereka akan mengerti tanpa harus kita menjelaskan."

Penjelasan Dicky membuat Bryan berpikir dua kali. Memang benar bisa seperti itu, namun resikonya terlalu besar. Bryan hanya bisa menghela nafasnya.

"Baiklah, lalu apa yang harus kita persiapkan untuk malam ini?" tanya Bryan serius. Tentunya mereka harus mempersiapkannya dengan matang, ia tidak akan membiarkan siapapun kenapa-kenapa.

Mengingat hutan yang akan mereka telusur adalah hutan angker yang sangat terkenal dikota tersebut. Hanya keluarga Dicky yang sangat tau seluk beluknya.

Karena keluarga besar Dicky sudah tinggal di daerah hutan tersebut, dapat dikatakan secara turun-temurun. Apalagi nenek Noe yang sudah sangat tua, ia sangat tau betul apa saja yang ada didalam hutan mati itu.

Terpopuler

Comments

Fenny {Hiatus}

Fenny {Hiatus}

next

2022-04-08

1

Rita Puwarningsih

Rita Puwarningsih

hati-hati ya, hutanhya angker banget.

2022-04-02

1

Zahmaa

Zahmaa

nyicil jejak ya kak.. nanti lagi🙃

2022-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!