Maureen dengan semua kesadarannya yang sudah waras. Dengan rasa perih yang masih sangat terasa diarea sana, sekuat tenaga dia mencoba melawan. Melawan tubuh Max yang masih menghimpitnya dan sedang asik bergerak maju mundur diatas tubuh.
"Sa-sakit, Tu-Tuan, aku mohon berhenti!" dia tetap berusaha mengiba. Berharap laki-laki yang sedang menggagahinya berhenti.
"Kau gila, mana mungkin aku berhenti sekarang! Aku masih menginginkannya dan aku masih belum puas!" cetusnya dengan senyuman smirk dari wajahnya yang tampan. Dia bahkan tak perduli wanita itu menangis meraung sangat keras. Mungkin suara tangisannya terdengar sampai keluar mobil. Dan malah membuat seluruh jiwa Max lebih membara.
Sedetik kemudian dia membuat ritmenya lebih cepat. Membuat mata Maureen tertutup. Dia bukan merasakan nikmat, melainkan rasa sakit yang tak terhingga membakar panas dan perih.
"Tahan sebentar lagi, aku akan keluar!" ucap Max, lalu sedetik kemudian dia pun menjadi menggila dengan lengkuhannya sendiri dan mengeluarkan didalam sana. Dia menarik benda tumpulnya yang masih menegang perlahan dari area milik Maureen, membuat wanita itu langsung menutupinya rapat-rapat.
Maureen masih dengan isak tangisnya. Yaa ... sakitnya masih benar-benar sangat terasa. Membuat Maureen ingin membunuh dirinya. Namun, perasaan itu dia buang jauh-jauh saat wajah ibunya melintas dalam bayangan. Dia, harus mencoba lebih tegar.
"Sudah jangan menangis lagi, aku kan sudah bilang akan membayarnya double!" ucap Max membuat seluruh hati Maureen terluka sambil dia merapikan celananya. Bagaimana seseorang pria berpenampilan sempurna dapat melakukan hal gila dan berkata seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Bahkan sesuatu yang berharga milik Maureen pun sepertinya tak dia perdulikan.
Maureen tetap diam. Dia membisu. Namun, semua kesadarannya sudah waras. Dia segera merapihkan dirinya, meraih tasnya yang tergolek dan memakai sepatunya. Dia dengan cepat membuka pintu mobil Max dan keluar.
Dia sudah tak ingin berlama-lama disana. Setalah kakaknya menjebak secara tak terduga. Dia berpikir sudah lolos dari nasib buruk, kini sebaliknya dia malah kehilangan semua yang sudah dijaganya.
"Maaf Nona, apa Tuan sudah membolehkan anda pergi?" Martin bertanya dan menghalangi Maureen bersama para pengawal lainnya.
"Dia tak punya hak apapun melarangku, apa perbuatannya barusan terhadapku masih belum membuatnya puas, hah!" Maureen setengah berteriak menumpahkan seluruh amarahnya. Dia benar-benar kesal, hari ini dipenuhi dengan kesialan.
"Berani sekali kau berbicara seperti itu, apa kau tidak tahu siapa aku?" perkataan sama yang mengancamnya seperti dalam ruangan gelap tadi. Perkataan dari laki-laki yang bahkan Maureen tak mengenalinya. Max yang keluar dengan tubuhnya masih setengah telanjang dada dan mendengar Maureen berteriak pada Martin mencengkam lengannya dengan sangat kuat.
"AKU TIDAK PERDULI! LEPASKAN!!" Maureen dengan tenaganya yang tersisa. Menghempaskan tangan Max dan berteriak dengan sangat lantang didepan wajahnya.
Dia bahkan tak perduli lagi dengan kemarahan yang di tunjukan oleh Max. Dia. mendorong kasar tubuh Martin dan memecah kerumunan yang mengelilinginya.
"Hei, kau!" hardik Martin. Berbalik dan menatap Maureen. Sepersekian detik tadi dia sempat terkejut oleh sikap Maureen, wanita itu bahkan berani berteriak sangat keras di hadapan wajah tuannya secara langsung.
"Saya, akan urus dan lengapkan wanita itu, Tuan!" Martin meminta persetujuan terlebih dahulu sebelum memulai debutnya lagi. Dia tak ingin ada kesalahan karena sebelumnya Tuannya sempat melarangnya.
"Tidak, jangan berani kau mengusik. Kita ikuti saja dia!" Max berkata dengan sangat geram menatap kepergian Maureen. Dia masih sangat kesal dengan wanita itu. Namun, Lagi-lagi setelah dia menatap wajah Maureen saat berteriak seperti tadi, hatinya entah kenapa menjadi tidak tega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Tifara
mampir
2022-02-22
1
jihan
saya menunggu lanjutannya kak
2022-02-11
1
jihan
lanjut kak
2022-02-11
1