Terlihat dihadapan semua orang Max seperti mabuk. Namun, sebenarnya dia memang sengaja menunjukkan perannya agar bisa menghindari perjamuan yang menurutnya membosankan. Dia tak ingin berlama-lama disana. Baginya membuat muak.
Maureen mencoba melepaskan pelukannya dari pria yang tak dikenalnya. Dia, baru saja terlepas dari jebakan serigala-serigala kelaparan, kini malah terjebak dengan raja serigala.
"Tu-Tuan, maaf. Bisakah kau melepaskannya." Maureen mencoba memberanikan diri saat dia sudah melintasi dipintu keluar pub. Tangannya masih terus berusaha melepaskan pegangan erat di pinggangnya. Dia merasakan tubuhnya sudah tidak nyaman.
"Martin!" Ketika mendengar suara Tuannya penuh penekanan. Dia, menyadari Tuannya pura-pura mabuk.
"Ada perintah, Tuan?" dia yang langsung mengerti setelah Tuannya memberi kode pada orang-orang dibelakang mereka. Mereka sepertinya sedang mencari seseorang.
Brukk! Tubuh Maureen dilemparkan kasar kedalam mobil. Saat dia mencoba akan keluar dari mobil itu menggunakan pintu satunya. Klek! Pintu dikunci otomatis oleh pria tadi.
"Ma-maafkan aku, Tuan. Aku mohon izinkan aku kelu-ar!" Maureen berbicara sambil memegangi kepalanya. Penglihatannya mulai terasa kabur dan dia tiba-tiba pingsan dalam pelukan laki-laki tadi.
Wanita benar-benar merepotkan. dengus Max kesal.
Brukk! Tubuh Maureen kembali dilemparkan begitu saja. Dia, seperti jijik saat kulitnya bersentuhan secara sadar.
Dia tak ingin disentuh oleh wanita itu. Namun, saat melihat wajahnya entah mengapa perasaannya menjadi tak menentu. Ada getaran yang tak dapat diartikan olehnya.
Pintu kemudi ditutup, membuyarkan lamunan, "Tidak ada yang mencurigakan Tuan. Dia, memang tak sengaja menabrak anda tadi. Sepertinya ada orang yang menjebaknya. Di ruangan itu ada seseorang yang terluka akibat botol minuman. Tidak ada kematian. Dan, sepertinya orang yang terluka dari keluarga Prakoso, putra pertama mereka, Bima Prakoso!" Martin menjelaskan secara detail laporannya.
Martin melirik Tuannya setelah memberikan laporan karena Tuannya tak berkomentar sedikitpun, "Saya akan membereskan wanita itu, Tuan!" Martin berniat akan membuka pintu.
"Ehem, kita langsung kembali saja. Periksa dengan detail kembali laporanmu dan cari tahu siapa wanita ini untukku," ucap Max tiba-tiba sambil melipat kedua tangannya, berkata acuh tak acuh.
Martin merasa ada yang salah dengan pendengarannya, "Kita kembali, Tuan? Lalu, dia?" Martin melirikkan matanya pada Maureen yang masih tak sadarkan diri.
"Apa telingamu sudah mulai bermasalah Martin? Kau tidak mendengar perintahku!" dia menaikkan rahangnya dengan kasar saat menatap wajah bawahannya.
"Ba-baik, Tuan!" dia memutarkan stirnya.
"Aku ingin laporan lengkap tentangnya malam ini, Martin!" Max berkata dengan penuh penekanan.
"Baik Tuan!" ucap Martin tanpa berani menoleh ke belakang lagi.
"Argh, panas sekali!" Maureen tiba-tiba berkata dengan matanya yang masih tertutup. Tubuhnya sudah bergerak kesana kemari. Dia, menendang-nendang sepatu yang dipakainya hingga terlepas. Lalu tangannya mulai menyusup ke bawah gaunnya.
Max mendelikkan matanya saat melihat aksi gila Maureen, "Nah, akhirnya lepas juga!" dengan setengah kesadarannya Maureen membuka matanya sambil terkekeh seperti orang gila. Dia mengibas-ngibaskan kain miliknya dan melemparkannya sembarangan.
Pluk! Kain itu tepat mendarat diwajahnya Max. Membuatnya memicing tajam pada wanita itu. Martin yang penasaran oleh suara teriakan tak karuan dari Maureen akan menoleh, "Berani kau menoleh, aku tembak kepalamu!" ancaman Tuannya membuat nyali Martin menciut. Dia kembali fokus menjalankan mobilnya pada tujuan.
Walaupun Max sangat ingin marah terhadap wanita itu, entah kenapa saat melihat wajahnya, dia seakan terhipnotis. Biasanya untuk berdekatan dengan seseorang wanita pun Max memiliki kriteria sangat ketat. Dan Maureen bukan salah satu kriteria wanita itu.
Maureen semakin menggila. Saat matanya melihat Max, dia langsung melompat ke pangkuannya.
"Hei, wanita jaga sikapmu. Kalau kau terus bergerak seperti itu, aku tak berani menjamin bisa menahannya lagi!" jelas walau dia seorang laki-laki dingin dan keras, ketika mendapatkan serangan mendadak seperti itu, dia pun tak akan bisa menahannya.
"Aw, sa-sakit sekali, Nick!" ucap Maureen saat merasakan kedua lengannya di cengkram dengan kuat.
Hah, wanita gila. Bisa-bisanya dia menyebutkan nama pria lain ketika dia berada di atas tubuhku. Sudah bosan hidup rupanya dia.
Brukk! Max mendorong kasar tubuh Maureen hingga tubuhnya terhempas di kursi penumpang.
"Martin! Keluar dan menjauhlah!" teriak Max.
Martin paham, menghentikan mobilnya dan memberikan pengarahan untuk para mobil lain yang mengikuti mobilnya. Para pengawalnya berjaga-jaga sedikit menjauh dari mobil tuannya.
"Kak Ni-Nick, sa-sakit!" pekik Maureen saat merasakan tangan seseorang mencengkram wajahnya dengan sangat kasar. Dia menekan kesadaran Maureen.
"Buka matamu dan lihat jelas siapa diriku!" deliknya penuh kemurkaan. Suara laki-laki tadi membuat kesadarannya sedikit pulih.
"Ka-kau? Siapa kau? Pe-pergi sana!" Maureen berusaha keras menguasai tubuhnya yang sudah sangat kacau.
"Sudah terlambat. Berani kau membangunkannya, kau harus bertanggung jawab dan rasakan sendiri akibatnya!" tangan Max tanpa ragu menyingkap gaunnya. Lalu meluncur mulus disana.
Maureen menjadi gelisah diantara di harus menolak atau meneruskan. Namun, tubuhnya dan perasaan panas yang mengalir sejak tadi tubuhnya membuatnya hilang kewarasan. Tubuhnya tak mau menolak.
Keedua tangan tangannya malah meremas ujung kursi dengan sangat kuat.
"Ehemm, kau sudah cukup basah rupanya!" tanpa ragu Max membuka sarangnya dan menghujam masuk secara kasar disana. Membuat mata Maureen mendelik, dia merasakan sakit yang luar biasa ketika tubuhnya dihujani benda tumpulnya.
"Sa-sakit!" teriaknya. Air matanya pun tanpa sadar mengalir. Dia sepenuhnya sadar saat benda itu mulai bergerak ditubuhnya dan mengeluarkan cairan amis. Dia sudah kehilangan mahkota yang selalu dijaganya.
"Kau masih perawan?" Max berkata. Dia menyadari sesuatu yang berbeda saat benda besar miliknya masuk dan merobeknya dengan paksa. Maureen hanya mengangguk perlahan dengan deraian air matanya.
Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Max. Dia tak menyangka Maureen masih tersegel dengan sangat rapi.
"Tenanglah, aku pasti akan membayarmu double untuk malam ini. Jadi, servicelah aku sampai puas. Oke!" ucapnya. Dia sepertinya tak perduli dengan tangisan Maureen yang mengibanya untuk berhenti.
***
Mohon dukungannya untuk meninggalkan like, komen, favorit dan rate 5-nya untuk novel terbaruku ya, terima kasih🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
abu😻acii
suka2
2022-03-02
3
Senja°Nira
kak semangat ya 😍
2022-03-02
4