Masa lalu..

Hari terus berganti, hidup pun masih harus bejalan. Janji yang sempat terucap, pun semestinya ditepati. Terakhir kali sejak pertemuan yang sempat dipaksakan, kali kedua di tempat yang sama. Suasana yang begitu riuh di jalanan kota, kafe-kafe terdekat dipenuhi muda-mudi, bahkan yang tak sudah tak muda lagi.

Ada yang bersama pasangannya, teman, ataupun beramai-ramai di satu meja yang panjang. Ava memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia di trotoar. Ia tak terlalu nyaman pada keramaian seperti itu. Berdua, dengan Beni, kali ini tanpa memesan wedang ronde kesukaannya.

"Ada apa Ben?" tanya Ava membuka pembicaraan. Sepertinya mood baik ada dalam dirinya hari ini.

"Langsung saja Va, aku minta maaf sama kamu. Sungguh, aku nggak tahu apa-apa. Bian juga nggak pernah cerita apa-apa tentang perjodohannya. Aku.."

Beni menghentikan kalimatnya ketika melihat Ava yang tampak tak nyaman dengan pembahasannya itu. Ia mengalihkan pandangannya ke jalan seraya membuang napas panjang yang sempat diambilnya dalam-dalam. Beni pun tak melanjutkan penjelasannya dan hanya diam menatap jalan raya yang ramai akan kendaraan.

"Ben.. Aku nggak pernah marah sama kamu. Maaf karena selalu menghindarimu. Aku terbawa suasana, kekecewaanku sama Bian ku lampiaskan sama kamu. Aku minta maaf untuk itu." Ava memecah keheningan yang sempat menghiasi mereka di tengah keramaian kota.

"Bahkan selam dua tahun ini, perasaanmu." perkataan itu membuat Ava tertegun dan tak dapat memungkirinya.

"Bukan. Aku hanya belum bisa menerima diriku." jawab Ava, suaranya semakin mengecil. Terdengar agak bergetar. Ia hanya menundukkan kepala sembari menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.

Beni tak lagi bicara ataupun menanyakan sesuatu pada gadis itu. Kali ini ia hanya menunggu, sesekali melirik kepadanya.

"Kamu tahu benar apa yang terjadi padaku, dan aku nggak sanggup menerima itu. Sejak saat itu aku menutup rapat diriku, bahkan pada sahabatku. Aku trauma Ben, aku takut terluka lagi dengan kembalinya kamu." sambung Ava menjelaskan alasannya panjang lebar. Tak satupun kata terlontar dari mulut Beni, yang hanya mampu menatap sendu gadis itu. Perasaan iba, tidak tega terhadap Ava menyelimutinya saat itu.

Keduanya, Ava dan Beni sejak dulu memang bersahabat. Beni pun sempat menyimpan rasa pada Ava, namun kala itu, Ava tertarik pada sahabat Beni, yaitu Bian. Kedekatan Ava dengan Bian pun turut campur tangan Beni tentunya. Tanpa sepengatahuan Fena dan Lila, Ava yang sering menghilang setelah pulang sekolah, sebenarnya sedang berama Bian dan Beni.

Kebersamaan itu membuat Bian pun tertarik pada Ava. Hingga akhirnya, lama kelamaan, kebiasaan itu membuat mereka merasa nyaman dan memutuskan untuk mengikat hati dalam suatu hubungan yang biasanya anak muda sebut dengan pacaran. Tentu itu adalah momen terindah bagi mereka, terutama bagi Ava. Bagaimana tidak, jauh sebelum Bian, Ava sudah menaruh hati padanya terlebih dulu.

Masa sekolah adalah masa terindah bagi pasangan cinta monyet seperti mereka. Tiada hari tanpa temu meski sedang libur sekolah. Sebagai sahabat, Beni pun turut merasa bahagia untuk dua sahabatnya itu, meski jauh di lubuk hatinya ia memendam rasa lebih pada Ava. Terlebih, itu adalah kali pertama bagi Ava jatuh cinta pada seorang lelaki. Bian adalah orang pertama yang mampu meluluhkan hati Ava.

Hubungan keduanya terjalin hingga lulus sekolah. Bian yang memilih mengikuti keinginan orang tuanya untuk kuliah di luar kota, meninggalkan Ava yang kala itu masih duduk di bangku kelas 12. Meski berat hati, Ava memilih mengerti dan membiarkannya pergi untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Satu tahun, dua tahun, semua masih berjalan dengan baik. Setelah lulus SMA, Ava memilih langsung bekerja dan tak melanjutkan ke perguruan tinggi. Perpisahan kedua orang tuanya mengurungkan niatnya untuk lanjut kuliah. ia memutuskan untuk hidup sendiri dengan caranya tanpa campur tangan atau tekanan dari orang tuanya.

Satu tahun setelah perpisahan orang tuanya, tiba-tiba Bian datang padanya membawa kabar yang tak pernah disangka-sangka olehnya. Sebuah kertas yang agak tebal, dilipat rapi serta dibungkus dengan plastik bening sehingga terlihat jelas isinya, disodorkan Bian tepat di depan Ava. Tanpa melirik pada apa yang diberikan Bian, Ava menatap Bian yang tertunduk seolah tak memiliki keberanian mendongakkan kepalanya pada kekasih yang kini telah dikhianatinya.

"Maaf Va.." kata Bian lantas pergi meninggalkan kertas yang dibawanya tadi di atas meja di samping Ava.

Betapa hancurnya hati Ava saat itu. Kelulusannya yang dihadiahi dengan perceraian orang tuanya, masih belum cukup. Disaat ia baru akan merintis karir, kekasihnya datang dengan membawa surat undangan pernikahan.

Kabarnya, setelah pindah ke luar kota, Bian telah dijodohkan dengan anak dari sahabat orang tuanya. Kondisi ekonomi keluarga membuat Bian tak mampu menentang orang tuanya. Terlebih lagi, mendengar kabar tentang keadaan keluarga Ava membuat keluarga Bian tidak ingin lagi mempertimbangkan hubungan keduanya. Alasan itu pun membuat Ava sangat terpukul. "Sudah jatuh, tertimpa tangga pula" mungkin itu peribahasa yang tepat untuk menggambarkan keadaannya saat itu.

"Apakah keadaan keluargaku adalah kesalahanku? Sehingga aku yang harus dihukum untuk itu. Ini tidak adil." pikir Ava kala itu. Ia benar-benar marah dan kecewa, namun ia pun tak dapat melakukan apapun.

Sejak hari itu, Ava jadi lebih murung dan menutup diri dari dunia luar. ia bahkan menghindari Beni yang saat itu menjadi satu-satunya orang yang peduli padanya. Ava jadi lebih diam dan tenang, sangat berbeda dari sebelumnya.

Hingga suatu hari, ia kembali beremu dengan Fena, dan memintanya untuk tinggal bersamanya. Ia yang kala itu sempat depresi, perlahan kembali membaik dengan hadirnya Fena. Meski belum sepenuhnya pulih dari luka masa lalu, namun setidaknya ada celah yang mampu mengalihkan pikirannya, setelah kembali bertemu dengan kedua sahabatnya.

"Mungkin ini akan sulit, tapi bukan berarti mustahil kan? Akan ku coba perlahan, kembali pulih, menemukan diriku, lagi.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!