Setelah membersihkan diri, Adelia membantu ibu memasak di dapur. Menunggu kepulangan Ayahnya. Ayah Adelia bekerja di perkebunan teh, begitu pula dengan ibunya. Tapi, jam kerja mereka berbeda. Ibu Adel bekerja hanya sampai jam 1 siang dan ayahnya bekerja sampai jam 5 sore.
Kehidupan mereka jauh dari kemewahan. Bahkan, untuk makan sehari hari saja mereka harus menunggu hasil penjualan teh. Jika ada sisa mereka menyisihkan untuk biaya sekolah Adelia. Bersyukurnya, semenjak anak sulung mereka merantau di negri orang, kehidupannya berangsur membaik. Sang kakak rela bekerja keras demi menyekolahkan adik tersayanganya.
Untuk kebutuhan sekolah Adelia sudah di tanggung semuanya oleh sang kakak. Dari biaya, seragam, dan kebutuhan lainnya. Sudah lama kakak beradik terpisahkan oleh jarak dan keadaan. Semua itu harus di jalani demi tercapainya semua cita cita. Harapan kakaknya adalah menyekolahkan Adelia sampai kuliah, sampai kehidupannya mengubah takdir. .
"Jadi inget sama kakak, bu. Sayur lodeh sama pindang ini kan makanan kesukaan dia." Ucap Adelia seraya menunjuk sayur yang belum di racik, serta ikan keranjang yang masih di tempatnya.
"Iya, kakak kamu bisa ngabisin nasi satu bakul." Ibu Adelia tersenyum seraya menyentuh pundak putrinya.
Adelia merasa sedih mengingat jarak yang memisahkan kedua saudara tersebut "Kira kira kakak kangen makanan ini tidak ya, bu" Terlihat mata Adelia berkaca kaca hendak memuntahkan isi di dalamnya.
"Jelas kakak kangen masakan ibu, dong. Masakan ibu tidak ada tandingannya, lho..." Ucap sang ibu supaya Adelia tersenyum.
Meski sang ibu tidak memungkiri kerinduannya terhadap sang putra, tapi baliau berusaha kuat di depan putrinya. Sesekali air matanya meleleh "Sudah, jangan bahas kakak lagi. Kasian nanti bapak pulang makanan belum ada yang matang.. " Seraya menyeka air mata
Adelia pun mengulas senyum sembari kembali meracik sayur mayur. Sedangkan sang ibu lanjut menanak nasi.
Mereka masak bersama, saling membantu satu dengan yang lain.
Sebelum lanjut memasak, Adel meminta ibu mengikat rambutnya "Ibu, tolong ikat rambut Adel"
"Sebentar sayang, ibu cuci tangan dulu"
Dengan mata berair Adel menyeka air matanya
"Bawang merah ini membuat mataku perih"
"Kan sudah ibu bilang biar ibu yang kerjakan. Adel bantu yang lain saja" Seraya mendekati Adel lalu mengijat rambut putri kesayangannya.
"Bantu apa lagi bu, potong sayur sudah, mencuci sayur sudah. Jadi Adel bantu kupas bawang saja." Jelasnya dengan kembali meraih pisau, hendak melanjutkan mengupas bawang merah.
"Nak boleh bantu ibu belikan garam di warung, soalnya garam di rumah habis"
Adelia pun mengangguk, kemudian bergeges menuju warung. Di persimpangan jalan, ia melihat sebuah rumah kosong yang telah lama di tinggalkan kini berpenghuni kembali. Dulunya rumah itu kosong sebab keluarga yang menempati rumah itu pindah ke luar kota, sedangkan penjaga rumah terswbut sudah lama meninggal dunia. Kesan mistis di rumah tersebut banyak membuat masyarakat berasumsi yang tidak tidak.
"Aw...." karena tidak memperhatikan jalan, Adelia menubruk sesuatu di depannya "Astaga, kenapa ada tiang listri di sini, sih. Aduh....sakit" Sembari mengusap usap dahinya.
Dari kejauhan ada sosok lelaki tertawa lirih melihat kelakuan Adelia. Lelaki tampan itu berdiri di depan rumah yang tadi di lihat oleh Adelia. Sosok pemuda tinggi dqn tampan memakai kaca mata dan tampangnya cool bagai pangeran "Kalau jalan itu mata sama kaki di pake jangan dong" Ucapnya dari kejauhan.
Adelia merasa malu, sehingga menutup wajahnya dengan satu tangan. Ia pun pergi dari tempat tersebut menuju warung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dewi
smngat thor💪..salam dari Suamy sempurnaku
2022-02-10
1