Ketika semua siswa masuk kelas, Adelia meminta ijin pada wali kelas untuk pulang lebih awal. Badannya lengket dan basah sebab di siram jus oleh Merry. Para guru sudah tidak asing dengan kepulangan Adelia ini sebab, kerap kali siswa di sana membuat ulah. Meski begitu para guru juga telah mengingatkan mereka agar tidak berbuat hal seburuk itu pada Adelia. Tapi, apa boleh buat namanya siswa pasti ada saja ulahnya. "Kalau begitu kamu boleh pulang dulu"
"Terima kasih, bu" Ucapnya seraya mencium tangan guru tersebut.
"Adelia, kamu harus diet, biar teman kamu tidak membully kamu terus. Apa kamu tidak sakit hati..." Sambung salah seorang guru di ruangan tersebut.
Mendengar kalimat monohok itu, semakin membuat Adelia terluka. Bagi mereka semua itu hanya lelucon tapi, bagi Adelia ucapan itu bagaikan duri yang menancap tajam.
"Terima kasih untuk sarannya pak."Hanya di balas senyum getir oleh Adelia.
Kebetulan di ruang guru hanya ada wali kelas Adelia dan guru matematika yang tengah menata lembaran kertas.
"Saya permisi pak, bu..." Dengan sopan Adelia menundukkan kepala seraya keluar ruangan.
Ketika ia hendak pergi, datanglah Doni membawa setumpuk buku menuju ruang guru
"Mau kemana kamu, del...?" Tanya Doni.
Adel hanya diam lalu kambali melangkahkan kaki..
"Dasar gendut. Di tanya baik baik malah sok jutek...." Ucap teman Doni.
"Hust...jangan di perpanjang. biarkan saja" Meski Doni terlihat acuh terhadap siswi lain tapi sebenarnya dia simpati pada Adelia.
"Jangan bilang lo suka cewek gendut itu? mata lo si taruh di mana frend."
"Apaan sih, ya nggak mungkin gua suka sama dia. Kaya nggak ada cewek lain saja..."
Kebetulan Adelia mendengar jawaban Doni, tentu saja membuatnya semakin terluka.
"Jika mereka tau siapa kamu sebenarnya, apa kamu masih mengelak jika kita dulu pernah menjalin kasih...." Lirihnya seraya berlari kecil
Segera Adelia pulang dengan berjalan kaki. Jarak yang harus dia tempuh dari sekolah sampai rumah lumayan jauh hampir empat kilo. Adelia juga bukan terlahir dari kalangan orang berpunya, ia hanyalah anak dari seorang petani. Kehidupannya serba kekurangan. Ia berangkat dan pulang sekolah hanya berjalan kaki. Tidak seperti yang lainnya, pulang dan betangkat sekolah naik motor atau naik angkutan umum. Kehidupan mengharuskannya menjadi pribadi kuat, menghajar mentalnya sampai sedemikian rupa. Di balik itu semua terselip bahagia yang telah menantinya.
Di sepanjang jalan pulang, Adelia membayangakan perlakuan teman temannya itu "Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin gendut, aku ingin jadi orang kurus seperti mereka" Berjalan dengan berlinang air mata. Sungguh pukulan yang berat mendapat perlakuan sekotor itu dari teman temannya.
Tin tin...
Seorang memakai jaket hitam dan helm hitam berhenti di sampingnya "Biar gua anter lo pulang..." Dia adalah kakak kelas Adelia, Ilham. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba tiba Ilham memberinya tumpangan gratis.
"Tidak kak, rumah saya dekat kok. Terima kasih" Adelia sengaja menolaknya karena dia tidak ingin berdebat dengan temannya. Karena, Ilham adalah pacar dari teman sekelasnya.
"Loh kok kamu nangis, kenapa?"
Adelia hanya menggeleng kepala "Kelilipan saja..." Jelasnya seraya menyapu sisa air mata.
"Mending ikut gua aja, biar gua anter lo pulang"
"Tidak kak, terima kasih. Saya jalan kaki saja."
"Benar nih gak mau ikut? liat badan lo kaya gitu, emang enggak malu jalan sendiri dengan baju kotor kek gitu. Kebetulan gua males sama mapel hari ini." Jelasnya seraya melepas helm "Udah ayo naik"
"Tapi, kak..." Adelia masih takut lalu ia menoleh kanan kiri takut ada siswa melihat mereka, nanti malah salah faham yang berujung tidak baik.
"Udah tenang, aman kok" Ucap Ilham santai
Dengan sedikit ragu, Adelia pun naik motor Ilham. Mereka berdua pulang bersama. Adelia merasa senang karena pertama kalinya ia menemukan lelaki yang baik seperti Ilham.
"Makasih, kak" Ucap Adelia yang kala itu masih di bonceng oleh Ilham.
"Sip, lah. Santai aja..."
Tak berapa lama mereka sampai di gang sempit "Lo turun sini aja ya, takutnya nyokap Nara di rumah. Di kiranya gua selingkuh sama Lo..."
Adelia turun dari motor "Iya kak, makasih banget ya, kak"
Ilham menutup helmnya, bersiap memutar motor "Santai lah, del. Gua cabut dulu ya..." Segera Ilham pergi lalu entah pergi kemana.
Sesampainya di rumah, kedua orang tua Adelia masih belum pulang. Ia pun membuka pintu lalu melempar tasnya di atas sofa "Ibarat ini Merry udah gua bejek bejek..." seraya menginjak sebuah kain di lantai.
"Rasanya pengen gua lempar dia ke laut" Adelia masih kesal, sampai melampiaskan amarahnya pada benda di sampingnya. Benda mati yang tidak tau menahu masalahnya.
"Ih......" Giliran tempat tisu menjadi sasaran utamanya "Kapan sih gua kurusnya, udah berbagai cara gua lakukin tapi hasilnya kagak ada...."Adelia memukul tembok, meluapkan kekecewaannya tersebut. Kedua tangannya memerah, air mata mengucur deras, dan hati memanas.
Setelah beberapa saat ia meraung sendirian, kini Adelia menuju kamarnya hendak membersihkan pakaian. Ketika ia masuk kamar, matanya tertuju pada sebuah bingkai di depan meja "Andai kamu masih di samping ku, kita pasti bisa sama sama kaya dulu lagi. Tanpa kamu, hidup ini semakin pahit..." Air matanya menetes deras, sosok lelaki tampan dengan senyum tengah menggendeng seorang gadis kecil. "Kakak, ade rindu...." Di peluklah foto tersebut. Kakak kandung Adelia tinggal di luar negri mencari nafkah untuk keluarga mereka. Sudah sejak lama mereka tidak bertemu, hanya bisa mendengar suaranya. Maklum, Adelia hanya mempunyai ponsel tanpa kamera. Kakak adelia bekerja di sebuah perusaan buah. Gajinya lumayan besar tapi, setiap bulan harus membayar cicilan sertifikat rumah yang tergadai kala itu. Keluarga mereka terpaksa menggadaikan sertifikat rumah untuk membiayai operasi Adelia saat dirinya masih duduk di bangku Smp. Sudah tiga tahun kakak Adelia tidak pulang, keluarga sangat merindukannya terutama Adelia.
Tanpa sadar Adelia tertidur dengan memeluk fito kakaknya, ia juga belum sempat membersihkan diri.
"Del, Adel, Adelia, kamu sudah pulang, nak?" Dari luar terdengar seorang wanita memanggil manggil nama Adelia "Nak...." ketika beliau membuka pintu kamar, di lihatnya Adelia terbaring dengan memeluk foto seseorang.
Dengan senyum wanita itu mendekat "Kamu pasti kangen sama kakak..." Beliau hendak mengambil foto dalam dekapan putrinya, betapa terkejutnya beliau melihat baju dan rambut Adelia penuh dengan noda.
"Astaga, pasti kamu di bully lagi..." Perlahan sang ibu mengusap rambut Adelia seraya matanya berkaca kaca. Tidak ada satu pun ibu yang tega melihat anaknya di bully hampir setiap hari "Kenapa kamu tidak membalas mereka, nak..." Sang ibu mencium kening putrinya.
"Ibu..."Tentu saja Adelia terbangun, ia bangkit lalu duduk "Ada apa? apa ibu sakit?" Dengan panik Adelia meraih tangan ibunya.
"Justru mama mau tanya kenapa setiap hari kamu di perlakukan buruk oleh teman teman kamu , nak? kenapa kamu tidak melawan, sayang" Karena tidak tahan melihat penderitaan putrinya, beliau memeluk Adelia dengan erat
Dalam dekapan sang ibu, Adelia tersenyum "Tunggu sampai adelia kurus, pasti mereka tidak lagi membully adel. Ibu tenang saja Adel tidak apa apa kok..." Mendongak melihat wajah sang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
ega cempluk
ya Allah nangis bacanya....rasanya Sakit bgt diperlakukan seperti itu
2023-01-16
0
muhammad fauzan
pw12ra
sgtsghjf55fdddewqx
2022-12-30
0