"Siapa yang nganter lu tadi?" teman Rara menginterogasi Rara begitu Seno pergi, saat ini Rara sudah sampai di minimarket tempat dia bekerja. Saat ini Rara sudah berada di minimarket tempat dia bekerja.
"Supir," sahut Rara malas, biar saja nanti dia di gosipkan. Tadi Rara sudah berkata supaya Seno menurunkan dirinya agak jauh dari sana, masalah bos yang memotong gajinya itu akan menjadi urusannya.
Namun Seno kekeh menemui manager minimarket tersebut dan alhasil membuat semua karyawan terutama orang yang julid menjadi kepo.
"What? Supir?" mulut temannya terbuka karena tidak percaya.
"Awas ada lalat atau nyamuk masuk, kesedak tar," Rara berlalu setelah berkata dan melangkah pergi meninggalkan temannya yang kepo menjadi jengkel karena rasa penasaran. Salah sendiri kenapa jadi orang suka banget kepo.
"Rara!" seru temannya yang berhasil mengejarnya di gudang, Rara diam tidak menyahut dan tetap fokus menyetok barang-barang itu.
"Serius itu supir lu?" Rara hanya mengedikkan bahu acuh, menambah kadar rasa kesal teman julidnya itu.
Rara kembali fokus bekerja, setelah temannya tadi keluar. Rara menyenderkan tubuhnya di tembok, "pacar sewaan," cicitnya pelan lalu tersenyum geli.
Sering dia membaca di novel yang sering dia baca ada wanita yang jadi istri sewaan, pacar sewaan. Dan sekarang dia mengalami, menjadi pacar sewaan gaess, dia menggeleng tidak percaya.
"Dia suka buang-buang uang, sedang gue butuh dan mau nyari uang," gumamnya lalu terkekeh dan melihat keadaan sekitar, jangan sampai orang memergoki dirinya seperti ini, di kira gila nanti.
****
"Masak sendiri?" tanya teman Rara ketika melihat Rara istirahat dan sedang memakan bekal yang dia bawa.
"Iya," jawab Rara dengan mulut penuh, dan segera menelannya, "mau?" tawarnya pada temannya seraya menyodorkan sayur yang memang dia wadahkan berpisah dengan nasi dan lauk.
"Ngga, terima kasih. Buat lu aja," tolak temannya tadi. Rania, temannya tadi mengeluarkan bekal yang dia beli sebelum berangkat tadi.
"Mau?" Rania ganti menawari Rara, Rara tersenyum lalu menggeleng. Rania berdecak, tangannya dengan sigap menyendok sayur itu dan meletakkan di atas nasi yang Rara makan, dan Rania mengambil sayur dan lauk yang Rara tawarkan tadi.
"Terima kasih," Rara menyunggingkan senyum tulus yang di balas anggukan oleh Rania. Rania sangat hafal, Rara tidak akan mau di beri jika dia masih punya sesuatu, seperti timbal balik istilahnya. Rara tidak mau berhutang istilah yang Rania gunakan.
"Keadaan ayah lu gimana?" tanya Rania di sela-sela dia mengunyah, "harus di operasi segera," Rara berusaha tidak menunjukkan kesedihannya.
"Lu udah ada duit?" Rara menggeleng ragu, benar kan dia belum punya uang, berberda cerita jika besok atau nanti 'pacar sewaan' nya memberi uang untuk operasi sang ayah.
"Lu udah pinjam Pak Bos?" Rara kembali menggeleng, "utang gue masih banyak, gue mau sampingan kerja yang lain," jawab Rara dengan nada sendu.
"Adik lu thu jangan terlalu di manja, lu jadi susah sendiri kan!" seru Rania kesal, entah bodoh atau lugu temannya ini.
"Dia udah nyari kerja, tapi belum ketemu, Ran," Rara berdalih dan membela adiknya.
"Kalau niat kerja, ya nyari se ketemunya aja. Ngga usah milih-milih," lagi Rania bertambah kesal saat melihat dna mendengar temannya ini selalu membela adiknya yang tidak tahu diri, selalu menyusahkan kakak nya.
Ria, adik dari Rara baru lulus kemarin, dan sudah melamar kerja di perusahaan-perusahaan besar, berharap mendapatkan gaji yang besae katanya. Dia tidak mau berkerja seperti sang kakak, dan selama menunggu panggilan wawancara itu, Ria adik dari Rara hanya di rumah.
Bukan Rara yang kesal, tapi Rania, temannya sekaligus tetangga dekatnya. Apalagi si Ria di rumah tidak mau membantu Rara berberes, atau pun menjaga ayahnya di rumah sakit. Membuat Rania bertambah kesal dan sebal pada adik temannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments