Bagian 3

Selamat membaca.

Semoga suka karya-karyaku.

Anindyaguna menjalani hari-hari nya seperti biasanya, berangkat pagi, pulang sore itu rutinitas yang di jalani Dya beberapa bulan terakhir, setelah palu hakim di ketuk. Setelah Dya mendapatkan surat cerai dari pengadilan agama.

"Hai Di, kamu tambah cantik saja! apa resepnya kasih tahu aku dog Di."

"Kebiasaan terlalu memuji berlebihan, kamu juga tidak kalah cantik, dan semakin hari malah kamu semakin cantik dan bersinar wajahmu, Ndy."

"Tuh kan kamu itu kalau di gombalin dikit, malah balasnya ke aku kebanyakan, aku malah gimana gitu berasa cantik sendiri, Di hehehe."

Pluk....

"Ihhh jijik amit-amit gayamu kayak tante-tante yang suka mangkal di gang Proliman, Ndy."

Dya tidak bisa tidak untuk tertawa lebar, melihat sahabatnya bergaya aduhai persis tante-tante yang bermake-up tebal.

Ndy masih sibuk memoleskan bedak di pipinya, bedak tipis-tipis itu menjadi pilihan Ndy dalam penampilan kali ini. Sebelum keduanya berangkat ke tempat kerja, karena semalam Dya menginap di kostnya Ndy.

Ndy perempuan dengan warna kulit sawo matang ciri khas perempuan Jawa, walaupun Ndy sendiri emang asli keturunan Jawa. Ndy merantau ke ibu kota untuk mengadu nasib, untuk memperbaiki tingkat perekonomian keluarganya yang tinggal di kampung.

Setelah Ndy merapikan riasannya, sesekali mengamati wajah nya di balik kaca yang selalu di pegang nya.

"Gimana makeup ku Di, udah cantik apa menor seperti tante-tante yang mau mangkal di gang remang-remang?" Ndy bertanya ke sang dan tentang makeup yang di pakainya sebagai riasannya tipisnya supaya nampak bersinar lagi.

"Good looking." Dya mengacungkan jempolnya sebagai pujian terhadap sang sahabat dengan hasil makeup nya.

"Ahhh kamu baik banget Di, sampai aku terharu." Ndy berbicara sangat lebay, berulang-ulang mengusap air mata buaya nya biar seperti adegan di sinetron yang sering di tonton keluarganya di kampung.

"Apa-apaan kamu sih Ndy, entar kalau ada yang lihat kita di sangka lesbi tahu!"

Dya berusaha melepas belitan tangan Ndy yang merengkuhnya sangat mesra, seolah-olah mereka seperti sepasang kekasih.

"Wkkkkwkkkk sory refleks, Di."

******

Arma Group...

Dewa sibuk memeriksa berkas yang baru saja masuk keatas meja kerjanya, berkali-kali Dewa membuka kertas demi kertas yang ada di mejanya. Pandangan matanya sangat fokus, sampai-sampai Dewa sendiri tidak menyadari bahwa di bangku depan mejanya ada seseorang yang mengamati kesibukan nya dengan berkas yang lebih penting.

"Kakak, kok aku di cuekin sih! jauh-jauh aku ke kantor untuk menemui Kakak, malah Kakak cuekin." Ucap Andina Librianty Armadanya, Andin sapaan akrabnya merupakan adik semata wayangnya Dewa.

Bibirnya terus saja mengerucut dengan tangan yang menopang kan dagu lancip nya diatas meja. Ekor matanya terus saja mengamati kesibukan kakaknya, dan memilih mengabaikan dirinya.

"Iihh Kakak suka nggak kenal, Andin malas ahh sama kakak seperti nungguin kekasih tetapi malah di abaikan dan tidak dianggap keberadaan ku, sebel, kesel!"

Cerocos Andin yang mulai awut-awutan berbicaranya, perasaan sang kesal di cuekin seperti ini.

Mendengar ungkapan hati adik kesayangannya, membuat Dewa ingin sekali menertawakan adiknya, sebisa mungkin Dewa menahan tawanya supaya bisa segera menyelesaikan pekerjaan. Supaya bisa meladeni adik manjanya yang mulai merajuk, seperti anak kecil yang ngambek tidak di kasih uang jajan sama ibunya.

Tidak mendengar lagi suara adiknya yang masih nerocos seperti jalan tol, tiba-tiba suaranya itu hilang tergantikan dengan suara dengkuran halus yang mewarnai ruang kantornya. Lagi-lagi Dewa mengulum senyum melihat adiknya yang sangat nyenyak dalam tidurnya.

"Bilang saja kalau numpang tidur di kantor, pakai acara ambekan seperti anak kecil, tetapi kamu sangat lucu." Dewa berucap lirih, merapikan anak rambut adiknya, gerakannya sangat pelan, takut-takut nya adiknya akan terbangun di dalam gendongan ke kamar pribadinya.

"Tidur yang nyenyak adiknya kakak yang manja, kemanjaan mu membuat Kakak gemas ingin mencubit pipi mu."

Setelah merapikan selimut sebatas dadanya Andin, Dewa kembali ke ruang kerjanya guna untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang tinggal revisi sebelum di bubuhi tanda tangan.

******

Kota Bandung...

Bandung sedang di guyur hujan lebat, Dya dan Ndy sedang berteduh di pinggiran toko pinggir jalan Hujan sangat deras membuatnya kesusahan mencari transportasi yang lewat, sebagian kota Bandung tergenang banjir karena luapan sungai yang tidak mampu menampung air hujan yang lebatnya sangat kebangetan.

"Gimana ini Di? kalau sampai hujannya tak reda, bisa-bisa kita bermalam di emperan toko bangunan ini." Ujar Ndy yang cemas, sampai pukul 8malam pun hujan belum juga ingin reda.

"Sssttt perkataan adalah doa, berdoa saja semoga hujan segera berhenti kita bisa segera mendapatkan transportasi umum untuk mengantarkan kita sampai rumah dengan selamat." Perkataan Dya yang lembut mampu menenangkan Ndy yang sedikit ketakutan, bila sampai harus menginap di tempat seperti ini.

Detikan jam terus saja bergulir, bahkan sudah hampir satu jam mereka berteduh belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan segera reda. Semakin membuat keduanya merapatkan pakaian nya, supaya rasa dinginnya cepat menghilang tergantikan oleh terang.

Hampir dua jam keduanya menunggu, jam 10malam hujan sudah tak sederas tadi hanya tinggal rintik-rintik hujan yang membasahi tanah, jalanan di depannya.

Tin... Tin...

Bunyi klakson mobil yang lewat membuat keduanya semangat untuk segera pulang, dan tidak mereka sangat taksi pun berhenti tak jauh dari tempatnya berteduh. Ada perasaan lega, akhirnya tujuannya untuk pulang ke rumah semakin terbuka lebar.

"Mau naik taksi neng, kebetulan kosong sekalian mau jalan pulang saya nya neng." tawarnya sopir taksi yang sudah nampak sekali gurat kelelahan, di tambah udara malam yang semakin dingin.

"Wahh kebetulan pak, kita dari nunggu taksi yang lewat, tetapi karena hujan tidak ada yang melintas."

Tanpa berfikir dua kali, keduanya menyetujui untuk naik taksi bapak tersebut. Mereka sangat lega, akhirnya keduanya bisa pulang selamat sampai tujuan rumahnya.

Setelah membayar ongkos taksi, keduanya langsung memasuki rumah dengan pakaian yang sedikit basah tetapi tak menghalangi mereka berdua semangat untuk memasuki ke dalam rumah.

Selesai mandi dan berganti pakaian dengan piyama tidurnya, keduanya langsung ambruk diatas tempat tidurnya. Rasa lelah , pening menjadi satu, membuat mereka berdua tak berhenti tidak untuk menguap, suasana yang semakin malam, dingin udaranya keduanya sudah sangat mengantuk .

Tanpa ba-bi-bu mereka langsung tertidur melupakan urusan ponsel yang sudah habis dayanya, ketimbang harus memikirkan ponselnya malah membuat keduanya sakit dan tidak masuk ke tempat kerja. Jangan sampai itu terjadi, bisa-bisanya aku nanti di pecat, mau makan apa aku?

Terpopuler

Comments

Semesta17

Semesta17

💜💜💜

2022-07-30

2

Haira

Haira

kak kata kata nya ada yg perlu di baikin

2022-02-03

2

Sumawita

Sumawita

Jangan lama lama up nya kak

2022-01-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!