Meskipun perceraian itu sudah satu tahun yang lalu, tetapi masih membekas di hatinya Anindyaguna Mahendra. Perempuan cantik, berkulit putih, sayangnya nasib percintaannya tak seputih warn kulitnya.
Kala sedang di kamar sendirian, Dya kembali mengingat peristiwa yang memporak-porandakan hatinya. Hatinya benar-benar hancur tatkala hakim mengetuk palu, bahwa nasib percintaannya harus berakhir di meja hijau pengadilan.
Pernikahan yang seumur jagung, membuat Anindyaguna sedikit menarik diri untuk memulai berkenalan dengan lawan jenis. Rasa trauma masih membumbung tinggi, seakan enggan untuk memulai cerita cinta yang baru.
"Maafkan aku pak, buk tidak berhasil menyelamatkan nasib rumah tangga ku."
ucap Dya mengusap bingkai foto mendiang orang tuanya. Ekor matanya sudah berkaca-kaca hanya saja, Dya berusaha tidak untuk meneteskan air mata untuk sekian kalinya.
Dya berusaha kuat, tegar menjalani hari-hari berikutnya, menata kembali masa depannya yang terenggut akibat perjodohan.
Puas memandangi bingkai foto jadul orang tuanya, Dya meninggalkan begitu saja bingkai foto itu diatas ranjang untuk ke kamar mandi mengambil wudhu. Mungkin dengan berwudhu dan menjalankan perintah-Nya, hatinya akan sedikit lega, bisa mengirimkan doa untuk mendiang bapak ibu.
Setelah mendoakan kedua orang tuanya, hatinya Dya lega, adem seakan beban itu mulai sedikit berkurang. Rasa bersalah pun semakin berlahan mulai Dya kikis pelan-pelan, siap menyongsong hari baru untuk masa depan yang akan datang untuk ia bangkit kembali menapaki jalan yang penuh dengan lika-liku dunia.
Malam ini Dya bisa beristirahat dengan tenang, sedikit curahan hatinya ia sampaikan lewat doa yang ia panjatkan untuk Tuhan pemilik alam semesta ini.
*****
Di perusahaan kecil yang terletak di kota besar Bandung, menjadi tempatnya Dya mengadukan nasibnya menaruh harapan setinggi-tingginya untuk masa depan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dya bekerja sebagai OG di perusahaan tersebut, meskipun hanya sebuah OG itu sudah membuat seorang Dya bahagia. Bahagia setidaknya dirinya bisa untuk bertahan hidup di kota besar ini, kota yang akan menjadi tempatnya menata masa depan.
"Di udah makan belum? kalau belum aku bawa bekal, ayo kita makan berdua pasti kita kenyang aku bawa nya banyak cukup untuk makan berdua." Ajak Septi teman satu OG dengan Dya, kebetulan Septi bukan asli penduduk Bandung, dia merantau ke Bandung untuk mengadu nasib.
"Aku juga bawa bekal kog Sep, ayo kita makan bareng-bareng." Tutur Dya yang menunjukkan bekal bawaannya, keduanya makan bersama di jam istirahat.
"Kamu masak apa Di?"
tanya Septi yang sedikit penasaran dengan lauknya Dya, siapa tau tak sama mereka bisa bertukar lauk.
"Tumis kangkung dan dadar telur, maklum ngirit tanggal tua Septi." jawab Dya apa adanya, sesuai yang ia bawa dari rumah sebagai bekal makan siangnya.
"Wow kog bisa sama ya telurnya, aku juga dadar telur cuma aku pakai oseng-oseng tempe mercon." Kelakar Septi yang rada terkejut dengan lauk telurnya, tidak ada janjian atau apa? Mereka memasak lauk yang sama dengan yang Dya masak.
"Hahahah....haa berarti kita berjodoh dong Sep, lauk nya saja sama, apalagi hati kita pasti sama dalam nya." Ujar Dya yang diiringi dengan kekehan kecil, tetapi penuh dengan syarat makna.
"Betul-betul Di, berjodoh kali telurnya hihi..hiiii..." Septi tidak kalah dengan guyonan Dya yang mengundang tawa untuk keduanya...
Mereka menghabiskan makannya dengan hati yang bahagia, sekian bulan akhirnya Dya bisa tertawa lebar, bisa menemukan lagi semangat hidupnya untuk memulai dari nol.
******
Pulang dari tempat kerja Dya tidak langsung pulang, Dya dan Septi memilih ingin menghabiskan waktu sorenya untuk jalan-jalan di sekitar taman.
Taman sore yang di penuhi anak-anak kecil yang sedang bermain di sore hari, ada pula anak-anak muda yang hanya sekedar nongkrong, ada pula ibu-ibu sedang momong anak untuk menyuapi makan.
"Rasanya bahagia ya Di mempunyai anak, pasti setiap sore akan aku ajak ke taman seperti ibu-ibu yang ada di sana!" Tutur Septi yang sedang mengkhyalan indah, jari telunjuknya juga menunjuk ke segerombolan ibu-ibu sedang menyuapi makan anak-anaknya.
Septi tersenyum manis meskipun hanya membayangkan saja, masih dalam angan-angan nya untuk memikirkan untuk sekedar kata menikah. Sedang keluarga di kampung menunggu nya untuk sukses dulu, baru dirinya menikah untuk membina rumah tangga sesuai lelaki pilihannya.
"Hemmmm.." Deheman Dya mampu membuat Septi kembali ke alam sadarnya, rasa malu, kikuk menjadi satu membuatnya sedikit salah tingkah.
"Bayangin apa sih sampai diam, sampai senyum-senyum gitu! hayo ngaku ada apa?"
tanya Dya sedikit menggoda Septi, dari tadi di perhatikan nampak sekali kebahagiaan terpancar dari wajahnya Septi.
"Ahhh enggak pa-pa. ayo jalan rasanya aku kehausan lihat yang jual es campur di ujung pohon besar." jawab Septi mulai mengalihkan pembicaraan, perhatian nya sedikit di alihkan supaya Dya tidak curiga tentang apa yang di pikirkan.
Kedua orang bersahabat sejak sama-sama bekerja di OG, membuat pengunjung taman mungkin ada yang bisik tentang kedekatan keduanya. Ada juga yang menyangka bahwa mereka berdua sesuka sesama jenis, di lihat dari gerakan tubuhnya mereka seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta.
Keduanya sangat cuek mendengar bisik-bisik tetangga, yang penting dirinya tak salah berada di tempat umum. Perbuatan, sikap keduanya tidak ada yang perlu di curiga kan, semuanya masih dalam batas kewajaran.
*****
Andara Dewa Armadanya pria tampan pemilik perusahaan ternama di kotanya, Jakarta menjadi tempat Dewa mengembangkan sayapnya di perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang. Dewa panggilan akrab di kalangan pengusaha, dan merupakan panggilan sehari-hari nya.
Arma Group perusahaan terbesar di Jakarta, memiliki beberapa anak cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dewa merupakan anak pertama dari dua bersaudara, mempunyai adik perempuan yang masih kuliah di London. Bukan tanpa alasan, London menjadi kota yang banyak di sukai.
Keduanya terlahir dari pasangan suami istri Tuan Tito Armadanya dan Nyonya Widya Armadanya. Perusahaan yang di rintis dari nol oleh Tuan Tito, kini berkat tangan dingin putranya perusahaan itu maju pesat.
Putranya sangat memiliki ambisi yang sangat besar, sehingga perusahaan yang dulunya kecil kini mulai terkenal di mancanegara. Banyak perusahaan asing yang berinvestasi di perusahaan Arma Group.
Derrrtttttt..
"Mama cantik itu nama yang tertera di layar ponselnya Dewa yang baru saja bergetar, menampilkan nama sang Mama. Perempuan yang sangat Dewa hormati, sayangi sepanjang hidupnya sampai Usia menginjak 29tahun."
"Assalamualaikum Mom.."
sapa Dewa.
"Dimana nak? Mama rindu satu minggu kamu tak pulang ke rumah utama, apa masih betah tinggal di apartemen, tidak kangen sama Mama lagi ya." Tutur Mama Widya di ujung telepon, dengan ekspresi sesedih mungkin supaya putranya tergerak hatinya untuk pulang.
"Kantor Mom, iya-iya nanti aku pulang! jangan lupa Masakin makanan kesukaannya aku Mom."
"Aku tutup dulu Mom, nanti kita sambung lagi di rumah ya, See You Mom."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Semesta17
💜💜
2022-07-30
1
Sristamirin
lanjut thor
2022-01-27
3
Sumawita
lanjut kak
2022-01-27
2