Butuh waktu lima belas menit untuk mereka sampai ke rumah utama keluarga Baskara, kedua adik dan orang tuanya ada di sana, sejak menikah dengan Baskara, Aisyah belum pernah sekalipun berkunjung ke rumah itu, terlebih lagi harus membawa baju seperti ini.
"Selamat datang, Tuan dan Nona." dua orang menyapa di teras rumah.
Baskara mengangguk samar, dia terus berjalan dan Aisyah mengekor di belakangnya. Belum ada yang Aisyah temui di sini, bahkan ibu mertua yang tadinya mau menyambut entah ke mana, kedua adik iparnya juga tidak ada.
Ayah tidak sedang sakit serius, kan?
Aisyah terus melangkah, tiba di depan anak tangga dia terdiam sejenak, kakinya itu mudah sekali tersandung karena dia memakai bawahan yang panjang.
"Pegang tanganku!" titah Baskara tanpa menoleh, hanya tangannya terulur ke belakang.
Tanpa menjawab, Aisyah raih dan bertumpuh di tangan itu, handshock-nya hanya menampilkan bagian jemari, begitu merasakan jemari Aisyah ada yang menempel di kulitnya, Baskara sontak mengendurkan pegangan itu, dia turunkan hingga dia pegang dan cengkram erat pergelangan tangan Aisyah.
Aisyah tahu itu, selain adegan setelah akad di mana Baskara mengecup keningnya dan dia mencium punggung tangan pria itu, Baskara bukan hanya tak berbicara banyak padanya, menjaga jarak padanya dan ini, dia tak serta merta menyentuh dirinya.
Sampailah mereka di depan kamar utama rumah itu, kamar kedua orang tua Baskara, terdengar samar-samar beberapa orang yang tengah berbincang di dalam sana.
Tok, tok, tok.
Begitu pintu terbuka, Aisyah tarik tangannya tanpa sengaja, bukan mau menghindari Baskara, tapi dia terkejut dan belum terbiasa dekat dengan Baskara di depan ibu mertuanya.
"Kalian lama sekali sih, ayah sudah menunggu, ayo masuk!" ujar ibu sambil meraih Aisyah untuk dia peluk singkat. "Ais sudah makan kan ya? Kalau belum, Ibu masak banyak, ahahahah."
Astaga, mana yang sakit? Ayah terlihat segar dan bahkan sibuk menata berkas yang apa itu, terus ada Saka dan Shafiyah yang bergulung di samping ayah, ini kenapa?
Decakan Baskara terdengar samar, Aisyah menoleh pada suaminya itu, sekilas tatapan mereka bertemu, namun cepat Baskara alihkan.
"Bas, bagaimana persiapan pernikahan Sena dan Gina?" tanya ayah mendadak.
Mata Baskara sontak menajam, bagaimana bisa ayah dengan tidak tahu dirinya bertanya masalah Sena dan Gina di depan Aisyah, itu jelas menyakiti hati Aisyah.
Dan, hatinya.
"Bas!"
"Sudah hampir selesai, aku sudah berbicara dengan mama Ira dan Sena, tinggal menunggu proses dari KUA setempat."
Ayah manggut-manggut, dia bukan sakit, malah sibuk mengunyah camilan buatan ibu, begitu juga kedua adik Baskara.
"Kak, Ayah khawatir pernikahan itu tidak berjalan dengan baik dan cepat, padahal kemampuanmu kan bagus, buktinya perbaikan surat nikah atas namamu dan Kak Ais saja cepat selesai, iya kan?" timpal Saka. "Dengar itu, Ayah. Kakak pasti mengurusnya lebih cepat dari kilat."
"Ck, diam, masih bocah banyak bicara!" hardik ayah pada Saka.
"Ahahahahahahh, kasihan kamu, wek!" Shafiyah merangkak ke sisi ayahnya, bersandar di sana begitu manja setelah menyambut hangat kakak ipar manis dan lembutnya itu. "Kak Bas, ada promo cuci rambut yang di salon langganan Ibu loh, itu tertutup tempatnya dan yang melayani juga perempuan, ajak Kak Ais ke sana yuk, nanti kita atur panjang rambut kita biar kembaran, Kak Ais rambutnya seberapa sih?" pertanyaan menjebak untuk Baskara.
Apa! Rambut A-isyah memangnya seberapa? Aku kan tidak tahu.
Shafiyah terus melirik ibu yang menahan tawa di dekat Aisyah, sementara yang punya rambut bingung mau memberi kode pada suaminya bagaimana, Baskara kan belum pernah melihat rambutnya, tentu Baskara tidak tahu.
Ekhem ....
Aisyah berdeham, dia ingin suaminya itu melihat ke arahnya, dia mau memberi tanda di sana seberapa panjang rambut berkilaunya itu. Tapi, Baskara tak melihatnya sama sekali, tak sadar dan masih betah dengan keterbingungannya.
"Ahahahaha, Bas ... kamu kok tegang sama pertanyaaannya Sofi, dia itu suka iseng memang." ibu memecah suasana tegang ini. "Sofiiii, Kak Bas kan ya malu kalau kamu tanya masalah begitu, semua yang ada di Kak Ais kan rahasianya Kak Bas, dia suaminya dan cuman dia yang tahu Kak Ais itu bagaimana, iya kan, Bas?" ibu berbalik mencekik Baskara dengan pertanyaan tambahan itu.
Ayah dan Saka melirik Baskara, keduanya bergeleng, tampak jelas bagaimana dan betapa bodohnya wajah Baskara, dia sudah menikah, tapi tidak tahu panjang rambut istrinya itu panjang atau tidak.
Apa yang dia lakukan setelah menikah memangnya, cih, dasar anak bodoh! ayah.
***
Ah, ini kamar suamiku? Ini benar kamar Kakak ya? Rapi sekali sih, mana dekor dan penataannya bagus sekali. Eh, itu foto Kakak jaman masih kecil dan muda ya, ya ampun ... aku jadi ingat waktu itu, aku masih ingat sekali.
Aisyah sibuk dengan keributan di batinnya sendiri hingga dia tak sadar Baskara sudah masuk ke kamar itu, melepas kaos kakinya, lalu dia duduk di sofa santai sudut kamar, masih menghabiskan minuman kaleng yang Saka berikan padanya.
Ayah tidak sakit, ini hanya ide mereka agar Baskara membawa Aisyah menginap di rumah ini.
"Huuh, hampir saja tertusuk, aku lupa mengaitkannya sejak tadi." Aisyah buka pengait hijabnya, hampir melukai lehernya kalau terlalu lama dipakai. "Huuhh, lega sekali rasanya, nanti kalau kakak masuk, baru aku pakai, dia kan-"
"Pakai hijabmu, A-isyah. Aku di sini."
Aisyah rapatkan lagi, dia tahan dengan tangannya, berbalik dan terbelalak melihat Baskara ada di kamar ini.
Sejak kapan dia masuk ke sini?
"Kalau kesakitan memakai itu, bongkar tasmu dan cari hijab yang mudah!" imbuh Baskara.
Tidak, tidak akan aku lakukan, Kak!
Lima menit hanya ada suara dengungan nyamuk dan pijakan cicak, sehening itu ketika mereka bersama, Aisyah masih diam dan tak mengubah apapun, dia justru mengendurkan tangannya.
"Lihat aku, Kak!" pintanya, hijab di kepalanya sontak jatuh ke pangkuannya.
"Kakak berhak tahu rambutku seberapa, warnanya apa, modelnya bagaimana dan tipis atau tidak. Lihatlah Aku!" imbuhnya dengan suara lembut.
Baskara belum bergeming, dia menatap lurus ke arah lain, baginya ini menyakiti Aisyah, lewat pertanyaan ibu dan adik perempuannya, mau tidak mau Aisyah harus melakukan ini di depannya, bukan karena kemauan hati Aisyah sendiri.
Aisyah burai rambutnya, dia berjalan mendekat ke sofa itu penuh keberanian, walau kakinya gemetar, namun langkahnya tak goyah, dia mendekati suaminya, bukan orang asing.
"Berhenti, A-isyah!" titah Baskara tanpa melihat ke arah Aisyah.
Tidak, kamu suamiku, kamu berhak tahu aku seperti apa, bahkan kulit di sekujur tubuhku dan mungkin bekas luka yang ada, kamu berhak tahu, Kak. Lihatlah aku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Adfazha
sofii sng bgt godain abangmu si kanebo kering 😂
2022-01-30
1
Endah S
cupu kamu Bas.. masa lihat rambut istri ajah ga berani.. hhaaayyooo 🤭🤭🤭
2022-01-27
2
Jurina Yusof
asik,...aisyah mula brani ya...
2022-01-27
1