Part 1

Beri Vote, Like jika kalian menyukainya

Happy Reading

***

Siang hari terasa sangat panas sekali, terlihat seorang gadis cantik dengan dress warna putih menampakkan keindahan tubuh seksinya. Gadis itu nampak bergaya menampilkan tubuh seksinya kepada orang yang ada di sekitarnya.

Dengan gaya bak model kelas atas, gadis itu menghampiri meja resepsionis. “Apa Austin ada di dalam ruangannya?” tanya gadis itu kepada repsesionis yang selalu standby melayani orang yang akan berkunjung ke Nero Corp.

Dia adalah Amanda Smith, seorang gadis yang diutus oleh ibunya Austin Nero untuk menemui putranya. Amanda sangat senang dan berantusias ingin segera bertemu dengan seorang ceo yang memiliki sifat dingin dan juga tampan bak titisan dewa Yunani. Kata orang-orang. Disinilah Amanda, datang untuk memastikannya.

 Meskipun tidak suka dengan kehadiran Amanda, resepsionis dengan tersenyum menjawab,“tuan Austin ada di dalam ruangannya, Nona. Silakan datang ke ruangannya.” ucap repsesionis kepada Amanda.

 “Oke.”

Amanda Smith langsung melangkahkan kakinya setelah mengetahui kalau Austin ada di dalam ruangannya.

Sebuah kabar baik, pria itu ada masih berada di kantornya. Semua orang mengenal tabiat Austin, pria itu akan berusaha untuk tidak menampakkan diri jika ibunya berulah untuk menjodohkannya.

Kali ini, ibu Austin memilih Amanda Sminth dan gadis itu menyambut baik niat ibu Austin yang ingin menjodohkannya dengan putra sulungnya. Amanda sangat bersyukur sekali, keluarganya bisa menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Nero.

Kaki jenjang Amanda berhenti di depan pintu ruangan Austin. Ia melirik ke arah meja sekrestaris dan tidak menjumpai siapapun di sana. Amanda akhirnya memutuskan untuk membuka pintu itu. Disaat dirinya memasuki ruangan, betapa terkejutnya dia ketika mendapati Austin yang sedang berpelukan dengan seorang perempuan.

Posisi perempuan itu membelakangi Amanda, jadi Amanda tidak tau siapa perempuan yang

sedang dipeluk oleh Austin. “Oh kau di sini.” ucap Austin tapi masih dalam posisi berdiri dan memeluk perempuan yang tengah duduk membelakangi Amanda.

“Austin!"Kenapa kau berpelukkan dengan gadis lain dihadapan calon tunanganmu?” teriak Amanda tidak terima.

 Amanda mencoba mendekati kursi kerja Austin, tapi pria itu segera menghadang dan segera menarik Amanda menjauh dari meja, sehingga posisi gadis di sana aman dari jangkauan Amanda.

 “Kau siapa? Tunanganku? Kenapa aku tidak mengetahuinya? Kapan kita bertunangan? Aku tidak ingat sama sekali.” ucap Austin.

Pria itu masih menghadang tubuh Amanda agar dia tidak mendekati meja di sana.

Amanda menatap ke arah meja kerja Austin dengan tatapan penuh amarah, lalu mengalihkan pandangannya pada Austin.“Iya, aku tunanganmu! Orang tua kita sudah menjodohkan kita berdua.” jelas Amanda.

Austin menarik nafas pelan dan membuangnya gusar.“Bagaimana ini? Aku tidak mau bertunangan denganmu! Kau lihat sendiri, aku sudah memiliki kekasih dan aku sangat mencintainya.” Ekor mata Austin melirik ke arah meja sana lagi dan ia juga sedang berjuang untuk tidak tertawa di hadapan Amanda.

“Besar cintaku padanya seluas lautan di sana yang tidak dapat terukur oleh alat ukur manapun! Bagaimana mungkin aku tega menghianati kekasihku demi bertunangan denganmu? Tidak ___   aku tidak sejahat itu Amanda.” ucap Austin sambil menatap penuh arti ke arah gadis itu.

“Kau!” Amarah Amanda semakin membuncah, ia menatap sengit ke arah Austin.

 “Ada apa? Kau marah denganku? Tidak masalah, lagian aku tidak akan peduli jika kau marah denganku, karena aku memang tidak menyukaimu.” ucap Austin terang-terangan sambil bersedekap dada.

Amanda merasa kesal sekali ketika mengetahui kalau Austin sangatlah menyebalkan, bahkan dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia benar-benar akan menikah dengan pria yang sudah membuatnya merasa jengkel.

Lain dengan Austin, dia merasa sangat senang sekali saat dirinya berhasil membuat wanita yang ada di hadapannya  merasa kesal padanya. Memang itulah tujuan Austin, membuat Amanda segera hengkang dari

kantornya.

Sudut bibir Austin terangkat, ketika melihat Amanda benar-benar ingin pergi meninggalkan ruangan kantornya.

Raut wajah itu berubah datar kala Amanda berbalik menatapnya sengit.

 “Ada apa?” tanya Austin. Alisnya terangkat menunggu Amanda yang hendak berbicara lagi dengannya.

Amanda tidak menjawab, dengan cepat Amanda menghampiri kursi itu. Dia sangat penasaran sekali, jadi tangannya langsung memutar kursi milik Austin dan melihat seperti apa tampang kekasih dari Austin.

“Cih, lebih cantikkan aku daripada dia!” decih Amanda saat sudah melihat wajah gadis yang sedang tertunduk malu.

Amanda menoleh ke arah Austin. “Mungkin matamu lagi sakit, Austin. Jadi kau tidak bisa melihat wanita cantik sepertiku.” ucap Amanda lagi dengan percaya diri.

“Bibirku akan lebih sakit lagi jika aku mengatakan kalau dirimu itu cantik!" cibir Austin.

“Kau!” Emosi Amanda kian memuncak.

“Apa?” tantang Austin.

“Apa kau tidak merasa bersalah sedikitpun kepadaku?” tanya Amanda.

“Tidak! Aku tidak melakukan apa-apa di sini!! Justru kaulah yang sudah mengusik kebersamaanku dengannya.”

“Ibumu yang memintaku datang kesini, asal kau tau. Bukan menyambutku, kau justru membuatku marah. Aku tidak mau bertunangan dengan laki-laki sepertimu!” final Amanda.

“Sudah kukatakan sebelumnya, kalau aku tidak merasa kalau kau itu adalah tunanganku.”

Amanda tidak ingin menjawab lagi, ia justru mengumpatinya. “Pria sialan. *******!” umpat Amanda sambil menunjukkan jari tengah pada Austin lalu pergi dari sana. Bahkan Amanda menutup pintu dengan keras untuk meluapkan rasa kesalnya yang disebabkan oleh pemilik pintu.

Sepanjang menyusuri kantor Austin, Amanda hanya memberi umpatan di setiap perjalanannya yang ia layangkan kepada Austin.“Dasar Austin keparat. Bajingan. Kenapa Daddy menjodohkanku dengan orang menyebalkan seperti dia?”

“Apa lihat-lihat! Lebih baik kalian mengurus bos kalian yang gila itu daripada menghabiskan waktu kalian dengan menatapku seperti itu!” ucap Amanda yang terlihat marah kepada pegawai Austin yang menatap heran ke arah Amanda.

Begitu juga dengan para resepsionis yang tersenyum dan tertawa ketika Amanda sudah berlalu. Sebenarnya mereka sangat penasaran, apa yang sudah dilakukan bos mereka terhadap wanita itu dan membuat wajah Amanda bisa sampai masam seperti itu.

“Pasti tuan Austin berulah lagi!”

“Aku kasihan sekali terhadapnya dan aku tidak tahu dia sudah jadi korban yang keberapa dari permainan tuan Austin.”

Mereka saling bercerita tentang kelakukan pimpinan mereka terhadap wanita-wanita yang dikirim oleh ibu Austin. Sangat menghibur mereka, kala melihat setiap korban yang pulang dengan muka kesal, marah, muram yang bercampur aduk.

Masih di ruangan kantor Nero Corp, Austin mendekati pintu ruangannya. “Untung harga pintunya mahal, jadi tahan banting.” ucap Austin pelan.

Ia menghela nafas dan mengusap wajahnya gusar. Wanita itu memang sedikit gila, pikir Austin.  Bisa-bisanya dia mengumpati seorang Austin. “Dia yang sialan.” balas Austin.

 “Ya kan sayang.” panggil Austin kepada orang yang masih setia duduk di kursi kerja miliknya.

 Orang itu melirik Austin dengan tajam, sehingga membuat Austin tertawa terbahak-bahak lalu berbaring di sofa yang ada di dalam ruangan itu juga.

Orang itu kemudian berdiri dan menghampiri Austin, lalu membuka wig berwarna blonde itu dan melemparkan kasar ke wajah Austin.

“Brengsek. Kenapa kau malah tertawa sekarang?” Terdengar suara pria.

Bukannya merasa bersalah, Austin justru kembali tertawa. “Suaramu sangat tidak cocok sekali dengan keadaan wajahmu yang sekarang.”

Orang itu memandang sengit ke arah Austin.

 “Baiklah, maafkan aku Roy.” ucap Austin mencoba untuk menahan tawanya.

 Roy duduk di samping Austin, dia sedang kesal.“Lain kali aku tidak akan mau membantumu lagi, Austin. Ingat itu.” ucap Roy sambil membuka kancing dress wanita yang sedang dia pakai itu sehingga dada bidang Roy kini sudah terlihat.

 Roy sempat merasa geli dan jijik saat melihat benda yang bisa membuat buah dada Roy terlihat sedikit berisi itu jatuh ke lantai.

“Ya Tuhan, semalam aku bermimpi apa ya? Kenapa nasibku sial sekali hari ini.” tutur Roy yang di sambut dengan gelaan tawa Austin.

 “Ini pakai lagi, dadamu jadi mengecil lagi.” Ujar Austin.

 Roy segera melayangkan pukulan pelan pada perut Austin untuk meluapkan kekesalannya.

Roy kembali duduk, “untung rambutku tidak sampai dijambak oleh dia! Kalau tidak, semuanya pasti akan jadi kacau balau.” ucap Roy mengingat dirinya yang tengah menyamar dan menggunakan wig. Tentu saja Roy merasa was-was,  bisa saja kan wig itu lepas jika wanita tadi melakukan perlawanan padanya alias baku hantam.

“Paling semua pegawai akan datang melihatmu. Kau akan semakin terkenal.” ledek Austin.

 “Ya, aku akan terkenal, setelah itu aku juga akan mengatakan pada semua orang kalau semua ini ide dari bos Nero Corp hanya karena ingin menghindari perjodohannya.” timpal Roy.

 “Sudahlah. Yang penting rencanaku berhasil. Jangan bahas lagi. Sekali lagi terima kasih!” ucap Austin yang berterima kasih pada Roy.

 “Ya sama-sama. Tapi lain kali aku tidak akan mau membantumu lagi.”

***

TBC

Salam manisku,

Insani Syahputri

22-01-2022

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!