Aku pun tertidur pulas sampai tiba-tiba aku terbangun, dan sudah berada di sebuah rumah. Rumah yang cukup besar aku mengelilingi rumah tersebut. Rumah ini seperti tidak asing bagiku tapi suasananya gelap hanya ada satu lilin kecil yang sedang ku pegang, aku melihat dapur, di dapur itu aku melihat seorang ibu-ibu sudah cukup tua badannya bungkuk dia memasak di kayu sambil duduk meniup kayu-kayu itu, dia tidak melihatku dia hanya fokus ke masakannya saja.
Aku pergi dari dapur ke ruang tengah disana aku melihat teman-temanku duduk tertawa bersama, aku mendekati mereka dan memanggil mereka, namun mereka tidak ada yang melihatku, bahkan tidak menoleh ke arahku. Aku bingung jantungku mulai terasa berdegup lumayan kencang. Karena mereka tidak melihatku, aku kembali jalan ingin mencari pintu keluar karena bagiku tempat ini mulai membuatku terasa sesak.
Aku terus menyusuri ruangan memasuki ruangan tepat di sebelah kiri dari ruang tengah disana aku melihat ibu semang dan suaminya duduk bersama menonton televisi. Mereka seperti tidak melihatku, aku melihat wajah mereka pucat, putih seperti tidak ada darahnya tatapan mereka kosong dan yang lebih anehnya mata mereka tidak berkedip saat melihat televisi di depan mereka.
Aku penasaran dan mencoba lebih dekat lagi ketika aku mendekat tiba-tiba kepala mereka melihatku dengan sangat cepat aku kaget dan jatuh. Syukurnya lilin yang ku pegang tidak jatuh namun aku mencoba kembali berdiri berjalan mundur agak menjauh lalu membalikkan badanku.
Aku ingin menangis sungguh aku bingung aku berada dimana. Tanpa kusadari air mataku sudah jatuh, aku tetap berusaha mencari jalan keluar aku memasuki satu lorong di rumah itu yang ku pikir adalah pintu utamanya. Aku menelusurinya ku buka pintunya setelah ku buka aku dikagetkan lagi dengan wajah yang tiba-tiba muncul di depanku matanya melotot, tapi tersenyum aku kaget dan teriak setelah ku perhatikan ternyata itu patung manekin, patung manekin tanpa baju namun dia bergerak.
Di teriakan ku yang terakhir aku sungguh lelah aku jatuh ku campakkan lilin dan aku menangis dengan kencang bahkan sangat kencang seperti seluruh ruangan terdengar isak tangis ku.
“Aku capek aku capek, ibu, ayah, aku mau pulang.” Ucapku sambil menangis.
“Tuhan bantu aku, tolong aku ku mohon aku lelah.” Ucapku lagi dalam hati.
Tiba-tiba seperti orang yang hampir tidak bernafas aku tersedak dan bangun, air mataku sudah membasahi pipiku, aku melihat semua teman-temanku ada di sekelilingku bahkan abang kelas pun ada di depanku. Dengan posisi Jonathan memegang tangan kananku dan seperti baru menarik ku. Aku bingung dan terdiam tak lama ku lihat Alex dan aku kembali menangis dengan kencang, sambil mengatakan.
“Aku takut, aku takut!!” Ucapku setengah berteriak.
Jonathan dengan spontan memelukku dan mengatakan.
“Gakpapa Jo, kamu aman, gakpapa tenang ya Jo. Kami ada disini,” ucap Jonathan mencoba menenangkanku.
Aku bingung mengapa dia berkata seperti itu, namun dalam pelukannya aku merasa sangat aman dan nyaman wangi bajunya mengingatkanku pada ayah. Tangisanku pun mulai reda saat dalam pelukan Jonathan, aku tersadar dan menarik diriku.
“Maaf bang, maaf,” ucapku gugup kepada Jonathan.
“Gakpapa Jo, santai aja udah baikan kan??” tanya Jonathan.
“Sudah bang, sudah gakpapa kok. Makasih ya, cuma mimpi buruk kok.” Ucapku sambil menunduk malu karena habis menangis.
“Oke, kalau begitu kami balik ke kamar ya.” Ucap Jonathan.
Kulihat Alex sudah berdiri di dekat pintu sambil menatapku dan berkata.
“Makanya berdoa dulu sebelum tidur, tuh kan kualat ngelawan abang kelas.” Ucap Alex sambil tersenyum.
Ku tatap Alex dengan tatapan sinis, aku tidak menjawab perkataanya karena sudah sangat lelah bagiku, aku hanya ingin istirahat saja. aku berbaring di tempat aku tidur sambil menatap langit-langit kamar, aku bertanya pada teman-temanku.
“Wee sekarang jam berapa??” tanyaku.
“Jam 2 Jo,” jawab Anggi.
“Maaf ya aku membuat kalian bangun subuh-subuh begini, baru juga awal aku sudah menyusahkan.” Ucapku merasa bersalah kepada teman-teman.
“Gakpapa Jo santai aja, itukan diluar kendalimu." Jawab Tasya.
“Iya Jo, gakpapa kok, kita gakpapa malah kita khawatir sama kamu.” Sambung Ruth.
“Jo, aku dan Tasya sholat dulu ya mumpung sudah bangun dan kamu mengalami mimpi buruk pula, jadi kami sholat dulu ya.” Ucap Anggi sambil menatap Tasya.
“Duh, Nggi aku lagi gak bisa sholat nih kamu aja ya yang sholat. Aku lagi datang tamu bulanan.” Jawab Tasya.
“Oh oke sya, sorry ya aku gatau,” jawab Anggi.
“Gakpapa Nggi, namanya juga gatau. Kan lebih aneh lagi kalau kamu tau tanpa aku kasih tau.” Jawab Tasya sambil tersenyum.
“Iya juga ya.” Jawab Anggi sambil tertawa.
“Yaudah dulu sholat sana gih." Ucap Irene.
“Iya, iya,” jawab Anggi.
“Kau tadi kenapa Jo, kayak ngeri banget loh kau mimpinya badanmu bergetar gitu.” Tanya Irene.
“Aku mimpi buruk Ren, serem banget pokoknya duh aku gamau ingat-ingat lagi ah Ren.” Jawabku.
“Aku pikir aku di dunia nyata, beneran kayak nyata. Setelah aku bangun dan aku tau itu mimpi aku bersyukur banget sama Tuhan hampir gila aku Ren.” Ucapku lagi.
“Udah ah, gausah di bahas dulu Ren, Jo keliatan syok banget tuh. Kita doa dulu yuk bertiga aku yang bawa doa deh. Kayaknya kita diingatkan untuk berdoa tadi aku lupa berdoa sebelum tidur langsung nyenyak aja.” Ucap Ruth.
“Sama Ruth, tadi aku juga gak doa.” Ucap Irene.
“Iya aku juga gak berdoa sebelum tidur tadi.” Ucapku menambahi.
“Yaudah kalau gitu kita doa sama-sama ya, aku bawa doa. Btw ren kamu Protestan atau Katolik? Kamu juga Jo, Protestan atau Katolik??” tanya Ruth kepada kami.
“Aku Katolik,” jawab Irene.
“Aku protestan,” jawabku.
“Kalau gitu kita sama ya Ren,” jawab Ruth.
“Cuma aku sendiri ya yang protestan,” ucapku.
“Belum tentu Jo, tuh dua abang kelas kita juga Kristen tapi gatau deh mereka Protestan atau Katolik.” Jawab Irene.
“Udah ah besok aja kita bahas, doa dulu yuk biar selesai Anggi sholat kita sama-sama tidur ” Ucap Ruth kepadaku dan Irene.
“Oke Ruth.” Jawab Irene.
Aku, Ruth dan Irene berdoa bersama. Dipertengahan kami berdoa Anggi menyelesaikan sholatnya, Anggi tidur duluan karena emang dia sudah sangat ngantuk, disusul oleh Tasya yang tidur di samping Anggi. Kira-kira 15 menit kami selesai berdoa, kami dapati Tasya dan Anggi sudah terlelap aku benar-benar takut lampu dimatikan lagi. Irene seperti mendengar kata hatiku melihatku yang melirik ke arah lampu, dan berkata.
"Jo, lampunya gak akan dimatikan lagi kok tenang aja tidur gih," ucap Irene sambil menatapku dan tersenyum.
“Gakpapa emangnya??” tanyaku pada Ruth dan Irene.
“Enggak, gak apa-apa Jo.” Jawab Ruth.
“Udah yuk kita tidur.” Ucap Irene.
Kami pun semua kembali tertidur dengan pulas, tidak ada yang terbangun lagi hingga pagi tiba.
To be continue.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments