Episode 4

Baru selangkah memasuki rumah pemadaman listrik terjadi, gelap sekali seluruh desa gelap tidak ada setitik cahaya pun pada malam itu. Ibu semang menyediakan kursi diruang tengah dia menyuruh kami untuk diam dan duduk disana selama dia mencari lilin untuk menerangi rumahnya.

“Nak, duduk disini dulu kalian ya. Barang-barang kalian biarkan saja disana di depan pintu itu, karena itu akan menjadi kamar untuk anak cewe. Ibu menghidupkan lilin dulu supaya kita gak gelap-gelapan begini.” Ucap ibu semang kepada kami.

Aku hanya diam, temanku Anggi menjawab perkataan ibu semang.

“Iya bu, apa perlu kami bantu?” tanya Anggi.

“Tidak usah nak, sebentar saja sabar ya. Maaf ya pertama kali kalian datang sudah seperti ini.” Ucap ibu semang sambil menaruh dan menghidupkan lilin dimeja dimana kami duduk.

Ibu semang kembali berkata.

“Disini emang sering terjadi pemadaman listrik tiba-tiba, biasanya ada tandanya dari lampu yang redup terlebih dahulu, jadi kita bisa langsung bergegas menyalakan lilin. Hari ini langsung mati saja, saya jadi kebingungan.”

“Oh iya bu, kami akan sediakan lilin dikamar. Tapi bu tidak setiap hari kan begini?” tanya Tasya merespon omongan ibu semang.

“Tidak nak, tidak setiap hari tapi pemadaman listrik terkadang tiba-tiba seperti ini.” Jawab ibu semang.

“Tidak apa-apa bu, yang terpenting tidak setiap hari.” Ucap Tasya kembali.

“Kalau begitu, yuk ibu tunjukan kamar kalian semua dan kamar mandi yang mana yang akan kalian pakai.” Kata ibu semang.

Entah mengapa, aku merasa kurang nyaman didekat ibu semang, padahal dia sudah menyediakan tempat bagi kami, seharusnya aku bersyukur ada orang baik sepertinya yang rumahnya mau ditinggali oleh orang asing seperti kami.

Ibu semang menunjukkan kamar untuk cewe-cewe terlebih dahulu.

“Yuk yang cewek-cewek ikuti ibu dan bawa sekalian barang-barang kalian.” Ucap ibu semang kepada kami.

Kami pun berjalan dibelakang ibu semang, mengikuti ibu semang yang menuju salah satu kamar, membuka pintu kamar.

“Ini kamar kalian ya untuk yang cewe-cewe, karena kalian lima orang jadi kamar kalian yang ini. Maaf ya ibu hanya bisa menyediakan tikar dan satu kasur kecil semoga kalian betah ya,” ucap ibu semang kepada kami.

“ Iya bu, terimakasih,” jawab kami serentak.

Kami pun memasukkan barang-barang kami ke dalam kamar kami.

“Kamar mandi kalian yang di dalam ya nak, kamar mandi diluar ibu yang gunakan.” Ucap ibu semang kembali sambil jalan menuju kamar untuk cowo-cowo.

Ibu semang menunjukkan kamar untuk cowo-cowo, kamar mereka lebih kecil dibandingkan dengan kamar kami.

“Ini kamar kalian ya, jangan merokok didalam ya nak, jangan membawa minuman keras. Ada baiknya kita saling menghargai." Ucap ibu semang tegas kepada Alex dan Jo.

“Baik bu, terimakasih.” Jawab Jonathan.

Kami para cewe mendengar hal tersebut dari kamar kami, kami pun tersenyum tipis-tipis, tiba-tiba Ruth berkata.

“Ibu bilang gitu pasti curiga sama si Alex, gimana gak kalau aku yang punya rumah aku juga akan bilang gitu liat perawakan Alex yang seperti preman, malah punya tato lagi di jarinya. Yah, walaupun tato gambar bunga mawar tapi tetap saja pandangan ibu kos kita sudah tidak enak ke dia." Ucap Ruth sambil tertawa.

“Iya sih, kayak mafia yakan wee,” sahut Anggi.

Kami pun tertawa bersama.

“Kalian gak mandi??” tanyaku kepada mereka.

“Mandilah Jo, masa enggak. Emang kamu mau tidur sama kita yang gak mandi??” tanya Irene.

“Enggak sih." Jawabku sambil tersenyum.

“Siapa yang mau mandi diluan??” tanyaku ke teman-teman.

“Terserah, siapa aja diluan aku masih mager soalnya Jo." Ucap Tasya.

“Kalau gitu aku diluan ya teman-teman." Jawabku kembali.

“Oke jo." Ucap Tasya.

Aku pun segera mengambil perlengkapan mandi ku, aku keluar kamar dan menuju kamar mandi. Saat aku berjalan menuju kamar mandi aku berpapasan dengan Jonathan yang baru selesai mandi, dia hanya memakai celana pendek tidak memakai baju.

Gumam ku dalam hati, “apaan sih ni orang, gatau apa dia juga tinggal sama anak cewe.” Gerutuku dalam hati sambil melewatinya tanpa bertegur sapa dan dia hanya melirikku saja.

Aku pun memasuki kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi, alangkah kagetnya aku melihat cermin panjang di belakang pintu yang diletakkan di pintu. Cermin besar setinggi pintu, dari cermin itu kita bisa melihat diri kita mandi dan melihat tubuh kita. Aku sungguh merasa tidak nyaman.

“Kenapa harus ada cermin sebesar ini yang kecil saja kan cukup.” Gumam ku dalam hati dan merasa kesal.

Awalnya aku sudah sangat gerah dan ingin mandi, melihat cermin sebesar itu aku mengurungkan niatku untuk mandi, dikarenakan juga sudah jam 7 malam. Aku memutuskan untuk cuci wajah saja dan mengganti baju, selama aku di dalam kamar mandi aku merasa seperti ada yang memperhatikan aku bulu kudukku terus berdiri, kulihat sekeliling kamar mandi. Tapi aku tidak menemukan apapun yang kulihat hanya plafon, lampu kamar mandi yang terang, tempat sabun, bak mandi dan gayung tidak ada hal aneh.

Selama aku dikamar mandi aku tidak berani melihat ke arah cermin, aku terus membelakangi cermin sampai aku selesai dan keluar dari kamar mandi. Setelah selesai aku bergegas ke kamar, Irene yang sangat mengenalku keheranan dan berkata.

“Tumben kamu cepat mandinya Jo??" tanya Irene kepadaku.

“Iya nih Ren, dingin udah malam lagian. Jadi aku cuci wajah dan ganti baju aja." Jawabku kepada Irene.

“Oh gitu yaudah kalau gitu giliran aku ya." Ucap Irene.

“Oke Ren, jangan lama,” kata Ruth kepada Irene.

“Sip.” Jawab Irene.

Satu persatu temanku mandi namun tidak ada yang lama dikamar mandi, paling lama 20 menit yaitu Ruth. Setiap teman-temanku selesai mandi, malam itu kami semua pandang-pandangan namun tidak ada yang bicara. Kami saling memandang seperti memikirkan hal yang sama setelah semua selesai mandi dan berkumpul di kamar, Tasya membuka pembicaraan.

“Wee, kelen gk ngerasa aneh ada cermin di balik pintu sebesar itu. Jujur ya aku risih banget mandi sendirian kayak gitu seperti ada yang melihatku mandi.” Ucap Tasya.

“Iya sya, aku juga ngerasa gitu risih banget aku tuh, malah aku merinding terus lagi waktu di kamar mandi.” Ucapku menambahi.

“Gimana kalau kita mandi barengan, jangan sendiri-sendiri gantian gitu kita bagi dua, dua orang sekali mandi.” Usul Tasya memberikan solusi.

“Boleh tuh.” Ucapku.

“Boleh juga tuh sya.” Ucap Anggi.

“Oke tuh sya, yaudah kita bagi kelompok ya.” Ucap Irene.

“Aku mandi sendiri aja ya, kalian berempat aja yang bagi kelompok aku susah kalau mandi barengan gitu.” Ucap Ruth kepada kami.

Kami gak heran sih Ruth ngomong gitu, soalnya Ruth bukan anak yang feminim. Dia anak yang perawakan nya seperi laki-laki banget, dari pakaian sampe aksesoris dia kayak laki-laki banget. Rambutnya yang pendek, memiliki postur wajah seperti laki-laki namun juga terkesan manis seperti wanita.

“Jujur aja ya, kalau pun kau bilang nih Ruth mau mandi bareng aku sih ogah ya mandi samamu serasa mandi sama lawan jenis tau.” Ucap Irene sambil memandang Ruth geli.

Tiba-tiba Ruth memandang Irene dengan tatapan menggoda Irene sambil berkata.

“Yakin Ren, lu gamau mandi bareng gue. Yakin deh sekali mandi pasti ketagihan, yuk coba yuk,” goda Ruth kepada Irene.

“Apaan sih Ruth jijik banget deh, awas kau ya kalau tidur dekat-dekat aku.” Ucap Irene.

Kami semua tertawa puas melihat wajah Irene yang bingung dan pipinya yang merona. Tapi tenang sobat, walaupun Ruth berpenampilan begitu dia udah punya pacar yang tampan. Yah walaupun gak dipungkiri tipe-tipe Ruth tipe om-om yang usianya udah 30 tahunan dan maco, yah gak jauh beda deh sama gayanya dia. Karena Ruth sudah punya pacar jadi kami yakin dia masih cewe yang normal walaupun penampilannya laki-laki banget.

“Berarti fix ya wee kita mandi berdua ya sekali mandi." Ucap Tasya.

“Aku oke-oke aja mau mandi sama siapapun.” Ucap Anggi sambil bermain ponsel.

“Iya, aku mandi bareng jo yaa wee,” ucap Irene sambil memelukku yang duduk tidak jauh darinya.

“Oke Ren, Anggi samaku ya,” ucap Tasya.

“Oke sya,” jawab Anggi.

“Woii, yuk lah kita keluar gak enak di kamar terus baru sampe masa di kamar terus, paling gak kita basa basi dikit sama yang punya rumah." Ucap Ruth tiba-tiba.

“Yuk lah,” lanjut Anggi.

“Wee bentar wee, ada lagi yang mau aku omongin nih,” ucap Irene.

Kami pun semua menoleh ke arah Irene memberi isyarat kepadanya untuk dia melanjutkan perkataannya. 3 menit kami hanya memandang Irene dan dia hanya diam sambil juga menatap kami.

“Woi Ren, ngomong dong apaan sih gaje banget lu.” Ucap Ruth tiba-tiba yang buat kami semua kaget karena suaranya yang keras.

“Iya iya, makanya jawab bambang. Jawab kek iya Ren apa yang mau di omongin ini aku malah diliatin terus.” Jawab Irene kepada Ruth.

“Iya, iya Ren, apaan cantik??” tanya Ruth.

“Ih gausah gitu juga bambang, yaudah deh dengerin ya,” ucap Irene.

Irene melanjutkan omongannya.

“Kalian mau makan malam gak sama ibu itu, jujur ya aku ngerasa gak enak, lebih baik kita beli makanan aja biar gak terlalu ngerepotin.” Usul Irene.

“Iya ya Ren, aku setuju,” sela Anggi.

“Bukannya aku mau nuduh, tapi gatau deh apa karna aku parno perasaanku itu gak enak, jadi kalau kita gak masak mending makan diluar aja.” Sambung Irene.

“Oke kalau gitu." Ucapku menyetujui perkataan Irene.

“Oke ya kita bicarakan besok di lapangan, kita liat dulu di sekitar sini lebih baik masak atau beli.” Ucap Irene.

“Oke deh,” jawab kami semua.

Selesai berbicara dan beres-beres, tidak terasa sudah pukul 9 malam, kami keluar kamar, melihat dua laki-laki yang sudah duduk di ruang tengah dan kami ikut bergabung duduk bersama. Ibu Semang kami lewat dan berkata.

“Nak, kalian gak makan malam??” tanya ibu semang.

“Enggak bu, kami tadi sudah makan diperjalanan.” Jawabku spontan ke ibu Semang.

“Oh yang lakik gimana?? Gak makan kalian nak??” tanya ibu semang kembali.

“Enggak bu, kita udah makan kok, makasih bu tawarannya.” Jawab Alex.

Entah mengapa Alex menolak makan malam padahal kami tau mereka juga sepertinya belum makan malam, mungkin karena kami juga menolak.

“Akhirnya dia bicara juga,” gumam ku dalam hati tanpa sadar aku tersenyum.

Aku gak sadar kalau Alex melihatku tersenyum ke arahnya saat dia berpaling dari ibu semang, dia melirikku dan aku langsung tertunduk diam.

“Woii ikal, ngapain lu senyum-senyum gitu liat gue ngomong.” Ucap Alex melihat ke arahku.

Aku terdiam kaget jantungku berdegup kencang, aku merasa aku ketahuan dan aku malu. Aku tidak menjawab sepatah kata pun, aku menjadi jengkel ketika dia tidak menyebutkan namaku malah memberiku panggilan sesukanya.

“Woii, gue tuh ngomong sama lu, iya lu yang rambut ikal kuncir setengah pake kaos kuning, lu siapa lagi disini yang pake kaos kuning kalau enggak lu.” Ucapnya kembali.

Aku menatapnya serius, ingin marah karena nada bicaranya yang sombong tapi aku mencoba menjawabnya dengan tatapan tajam.

“Apaan sih norak gue lu, ini medan gausah bawa-bawa logat-logat sana. Oia aku punya nama, jangan asal manggil dong baru juga saling liat udah gak sopan, sopan dikit dong!” jawabku ketus.

“Wah emang nih anak sama seniornya gak sopan." Jawab Alex sambil duduk sedikit maju menatapku.

“Apaan sih, senior-senior.” Ucapku sambil duduk tegak menatapnya dengan mata jengkel.

Teman-temanku sangat kaget melihatku seperti itu, Irene yang mengenalku sudah ketar ketir karena dia tau kalau aku marah, aku benar-benar sulit mengontrolnya.

“Wah wah gak sopan nih bocah." Ucap Alex dengan tatapan sinis namun seperti meledek.

Aku pun berdiri dan mendorong kursi ku karena rasa kesalku sudah sampai ke ubun-ubun melihat tatapannya, cara bicaranya yang bagiku sangat memuakkan.

“Apa?? Kalau kau mau dihargai, di hormati. Hormati dulu dan hargai dulu orang lain, mau kau disini udah senior apalah itu bagiku, aku dan kau sama, sama-sama sedang belajar.” Jawabku tegas sambil pergi masuk ke kamar.

Alex terdiam, baru kali ini ada yang berani berbicara dan menatapnya dengan tegas selama ia berkuliah dan menjadi senior, belum ada juniornya yang berani melawannya saat dia berbicara. Itu karena penampilannya yang sangat rock n rol, celana sobek, atau pendek, kaos oblong, tangan bertato, wajahnya yang sangar dan tatapannya yang tajam membuat dia banyak ditakuti junior-juniornya.

“Wah lex, ada lawan tuh.” Ucap Jonathan sambil tertawa.

Alex tersenyum melihatku yang marah dan berkata, “boleh juga nih cewe."

Jonathan pun tertawa.

Yang lain hanya bisa terdiam melihat pertengkaran kecil itu, Ruth pun tiba-tiba bicara.

“Maaf nih ya bang, tapi tolong deh jaga sikap. Kita bakal tinggal serumah 44 hari ke depan tolonglah kerjasamanya. Oia besok kita bakal ngumpul di aula desa membicarakan hal penting tentang peraturan kita selama tinggal bareng, kalau kalian mau bergabung dengan kami silahkan jika kalian tidak bergabung maka kami anggap dalam hal apapun kita masing-masing ya bang. Jadi tolong jangan saling buat gak nyaman.” Ucap Ruth kepada mereka.

“Oke dek, kalau boleh tau jam berapa ya??” jawab Jonathan.

“Jam 10 bang.” Jawab Ruth singkat.

“Oke-oke,” jawab Jonathan kembali.

“Kita masuk diluan ya bang.” Ucap Ruth sebelum pergi.

Ruth berdiri dan bersiap masuk ke kamar diikuti oleh teman-temanku yang lain, sampai di kamar hanya Ruth yang berani bertanya ke aku.

“Jo, gakpapa?? Lupain aja jangan buat lu jadi badmood sampe ni PKL selesai.” Ucap Ruth.

“Iya Ruth, tadi aku kesal dikit aja kok, aku tidur yaa. Good night teman-teman.” Jawabku.

“Night too Jo.” Jawab teman-teman.

Akhirnya kami semua memutuskan untuk tidur, Irene mematikan lampu kamar sebelum dia hendak tidur. Kami semua mengambil posisi masing-masing aku tidur tepat di tengah-tengah antara Ruth dan Irene. Aku benci gelap tapi aku tau, aku gak boleh banyak permintaan, aku gamau hanya karena aku seorang teman-temanku tidak bisa tidur karena mereka terbiasa tidur dengan lampu yang mati.

Aku memutuskan tidur di samping Ruth karena dia yang paling berani dari kami semua, jadi aku sedikit merasa aman tidur disampingnya. Saat hendak memejamkan mata kudengar pintu terbuka dan kembali tertutup, itu tandanya kakak senior pun sudah memasuki kamar dan hendak tidur. Aku tertidur dan aku lupa untuk berdoa.

Kira-kira selanjutnya apa yang akan mereka alami ya,

tungguin cerita selajutnya ya.

To be continue.

Terpopuler

Comments

ChaManda

ChaManda

koreksi ya Kak, cewek-cewek.

2023-01-14

2

Moms Shofia

Moms Shofia

bagus ceritanya

2022-06-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!