Kabar duka

Episode 3

Beberapa jam menunggu, ternyata ayah belum juga pulang. Ibu sudah gundah gulana, sementara Chia terlihat sudah sangat lapar.

Sambil mengelus elus perutnya,Chia kembali bertanya pada ibunya.

"Ibu ayah mana sih? kok belum datang juga? Chia sudah lapar bu." Chia merengek.

"Iya nak, Chia boleh makan dulua saja ya, mungkin ayah mu ada urusan lain." Jawab ibu.

Chiapun akhirnya makan lebih dulu karena rasa lapar diperutnya tak lagi bisa diajak kompromi.

Suasana berganti hening setelah sendok dan garpu saling beradu dipiring makanan Chia, dan ayah belum juga datang, tidak seperti biasanya.

Akhirnya ibu Chia berinisiatif untuk menyusul ayah ke kebun, namun baru separuh perjalanan, tiba-tiba seseorang datang menghampiri ibu Chia.

Dengan napas tersengal dan langkah tergesa seseorang itu memanggil.

"Bu, ibu Shila!" Katanya panik.

Saat menoleh, ternyata yang menghampiri adalah pak RT.

"Ada apa pak RT? kenapa seperti orang ketakutan?" Tanya ibu.

"Begini bu (huh huh huh)." suara napas pak RT memburu bak dikejar binatang buas.

"Iya pak, saya mendengarkan!" Tegas ibunya Chia.

"Bapak tolong tenang dulu, atur napas ya, pelan pelan ya pak." Bimbing ibunya Chia

Pak RT pun menurut pada instruksi ibunya Chia untuk lebih tenang.

"Begini bu Shila, tadi ayah Chia berpesan sama saya, agar ibu tetap dirumah dan tidak menyusul ke kebun." Terang pak RT.

"Iya pak, tapi suami saya belum pulang dari tadi lho pak! Suami saya belum makan siang, sebenarnya apa yang terjadi?" Cecar ibunya Chia mendesak pak RT.

"Sebenarnya..." Pak RT lalu menghentikan ucapannya, yang membuat ibunya Chia semakin khawatir. Sebenarnya apa yang terjadi pada ayah Chia?

"Sudah bu, sebaiknya ibu kembali pulang! Kasihan Chia di rumah pasti cemas juga kan?" Lanjut pak RT.

Kebingungan semakin bertambah, akhirnya ibunya Chia mulai luluh dan mengikuti pesan dari ayah dan saran pak RT.

"Ya sudah bu, kalau begitu saya pamit." Gegas pak RT meninggalkan ibunya Chia.

Ibu Chia pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada pak RT.

Sesampainya di rumah, ternyata anak kesayangannya tertidur di kursi ruang tengah rumahnya.

Dengan perlahan ibu membelai rambut Chia, dan mencium kening anak gadis kesayangannya itu. Sambil tersenyum bercampur cemas karena tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada ayah.

Ibu berkisah bahwa dulu, ayah dan ibu lama menunggu kehadiran seorang anak. Sebelum Chia lahir, ibu Chia sudah sepuluh tahun setelah pernikahannya dengan ayah Chia, belum juga dikaruniai momongan.

Sampai akhirnya Allah menitipkan Chia dalam rahimnya dan lahir sebagai anugerah yang paling dinanti nanti oleh ayah dan ibu Chia.

Rupanya hal itu yang membuat ibu dan ayah, begitu memanjakan dan sangat menyayangi Chiara.

Tak terasa air mata ibu pun jatuh membasahi pipinya.

Chia terbangun dan memeluk ibu, ternyata sedari tadi Chia sudah bangun namun berpura pura tetap tertidur dan menutup matanya.

"Ayah mana bu?" Tanya Chia lagi.

"Ayah sedang ada urusan nak." jawab ibu singkat.

"Oh oke. Kalau gitu ibu makan aja dulu, kan tadi ibu belum sempat makan" lanjut Chia dan ibu mengiyakan.

Sore menjelang malam, ketika senja menyuguhkan keindahannya. dengan lembayung yang memerah, kabut hitam yang menghias manja, seolah menjadi garis siluet penghias senja yang tak ingin luput dari pandangan.

Ayah belum juga datang, hal itu membuat ibu semakin cemas, dan sesekali ibu meneteskan air mata. Meski ia mencoba untuk menyembunyikan kecemasannya dari Chia, namun raut wajah dan sorot matanya tak bisa berbohong.

"Bu..." panggil Chia lirih sambil menelusup kedalam dekapan ibunya Chia berkata ;

"Chia sangat sayang ibu dan Ayah! kalau melihat ibu dan ayah sedih Chia juga sedih bu" Tuturnya manja.

Ibunya pun semakin memeluk dan menciumi pipi dan kening anak gadisnya itu sambil berurai air mata.

Tak lama setelah itu, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah seraya mengucap salam.

"Assalamu'alaikum bu, Chia." Panggil seseorang itu.

"Wa'alaikumsalam..." sahut ibu dan Chia.

Merekapun bergegas ke arah pintu untuk membuka dan melihat siap yang datang.

"Ayah! Chia berlari memeluk ayahnya.

"Ayah kemana aja? Chia dan ibu sudah menunggu ayah dari tadi." Chia memberondong ayahnya dengan pertanyaan.

"Iya yah, kami sudah cemas karna ayah tidak pulang sejak tadi siang" Sambung ibu.

"Oke ayah! Kalau begitu sekarang Chia yang buatkan ayah teh hangat." Kata Chia bersemangat.

Ayahpun mengelus kepala Chia sambil berkata bangga." Terimakasih anak ayah."

Ibu mengajak ayah untuk duduk dan istirahat sejenak sebelum ditagih penjelasan, kemana saja ayah siang tadi.

Gelas minuman pun datang diantar putri kesayangannya, dan ayah segera meminum beberapa teguk sambil menyantap bolu pisang kesukaannya.

Setelah cukup tenang, ayah berkisah bahwa tadi siang sebenarnya ia tidak pergi ke kebun seperti katanya diawal hendak pergi, tapi ayah mengantar seorang warga yang terluka parah karena terkena sabetan benda tajam.

Bersyukur ayah Chia segera datang menyelamatkan dan mengantarkannya ke klinik. Meski sesampai di ruang rawat nyawanya sudah tidak bisa tertolong lagi, karena korban kehilangan banyak darah.

Mau tidak mau ayah Chia pun harus menunggu di klinik sebelum keluarga korban datang.

Usut punya usut korbannya ternyata masih sepupu jauh ayah Chia. Sebelumnya korban bertengkar dengan kakaknya dan terkena luapan emosi kakaknya yang membludak dan khilap, sehingga mengambil benda tajam yang kemudia diayunkan ke arah tangan, perut, dan dada adiknya itu.

Korban itu mengalami beberapa benturan di kepala, sehingga korban tidak lagi bisa bertahan. Namun sebelum itu, korban masih sempat berlari ke jalan yang ternyata arah menuju kebun ayahnya Chia.

Meski masih keluarga jauh, ayah Chia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada masalah itu. Sejak awal maksud nya hanya menolong dan menjalankan perikemanusiaan saja.

Setelah mendapat keterangan dari pihak keluarga, dan memastikan bahwa ada keluarga yang menjemput korban. Ayah Chia pun memutuskan untuk kembali pulang. Sementara kasus itu telah ditangani oleh pihak yang berwajib.

Ibu Chia yang lega pun masih memberi pertanyaan pada ayah Chia;

"Kalau begitu ceritanya, kenapa ayah menitipkan pesan ke pak RT tanpa memberi keterangan?" Tutur ibu Chia penasaran.

Ayah pun menjelaskan bahwa saat itu bajunya terkena darah karna menolong korban. Kebetulan pak RT lewat, dan tidak mungkin ayah Chia menerangkan sesuatu hal, yang belum diketahui apa duduk perkaranya.

Melihat pak RT yang gugup menyaksikan banyak darah, mungkin pak RT mengira ayah Chia yang melakukan kejahatan itu, akhirnya ayah Chia menitipkan pesan bahwa ibu tidak perlu menyusul ke kebun.

Namun hingga kini pak RT yang malang belum mengetahui kejadian sebenarnya, dan mungkin pak RT masih dag dig dug der menyaksikan kejadian tadi siang.

Sungguh kasihan!

Ayah yang sudah lelahpun akhirnya mandi untuk membersihkan diri, kemudian menunaikan sholat dan tidur. Tapi sebelum tidur ayah Chia berpesan pada ibu, untuk mengembalikan baju yang ia kenakan setelah dicuci.

Karena ternyata saat menuju pulang ayah Chia khawatir melihat ibu dan Chia akan ketakutan kalau melihat baju ayah yang penuh darah. jadi pinjam baju tetangga jauh yang rumahnya berdekatan dengan klinik.

Chia bergegas ke kamarnya, ayah dan ibupun pergi ke kamar untuk tidur.

Hari yang sangat menegangkan.

Terpopuler

Comments

gulla li

gulla li

kirain ayah Cia tadi, syukurlah ayah Cia baik baik saja

2022-03-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!