Bab 5

Daddy ternyata modus lagi ke aku, tapi entah mengapa aku suka dan nyaman.

"Begini baru benar," Daddy menciumi seluruh wajahku dengan gemasnya.

Tumben wajahnya no bulu-bulu, biasanya cekrik.. cekrik kalau Daddy cium begini.

"Daddy tumben wajah Daddy tanpa bulu? biasanya banyak tumbuh di sekitar sini?" tanyaku menyentuh tempat tumbuhnya bulu baik di atas bibir dan juga di dagu Daddy.

"Kangen ya.. sama bulunya Daddy, baiklah Daddy akan tumbuhkan sedikit bulu dimanakah letak yang kamu suka, jangan lupa nanti bulu yang berada di sini di cek juga ya kesayangannya Daddy!" tersenyum lebar.

Sungguh Daddy sangat romantis tapi mes..um nya juga gak ketulungan masa sih di suruh cek bulu ar..ea i...m gak lucu deh Daddy, di tambah lagi Daddy memperlakukan aku seperti ini.

huftt...

Andai perkataan Daddy kemarin itu nyata tidak candaan pasti aku akan berpikir dan mungkin mengiyakan saja, siapa sih yang tidak tertarik dengan Daddy pria sejuta pesona dan kaya raya.

Walau aku lumayan matre sebab jaman sekarang tidak bisa hidup tanpa uang sebab semua keperluan kecil atau besar butuh namanya uang dan tidak bisa di pungkiri jika hidup butuh uang.

Di tambah lagi dia begitu perhatian dan banyak cinta tercurahkan seperti sekarang yang aku rasakan. Tapi.. entah untuk orang lain aku tidak tau yang jelas saja akhir-akhir ini Daddy begitu berbeda sikapnya untukku, biasanya dia dingin tapi dua bulan terakhir ini dia jadi begini.

"Apa sekarang aku boleh bekerja Daddy, Daddy sebenarnya aku terpaksa bekerja di samping Daddy." Benar saja ucapan ku membuat Daddy langsung menoleh menatap ku dengan tatapan aneh serta tajam seperti belati.

Sepertinya Daddy akan kecewa tapi pekerjaan ini tidak cocok sama sekali dengan diriku, meski begitu Daddy pasti tetap memaksa aku untuk bekerja tanpa menolak perintah, lagi pula umur segini waktu yang tepat untuk merintis karir sebelum menikah nanti.

(Jangan sampai menyesal di kemudian hari.)

Daddy sedari tadi menatapku dengan tatapan tanpa henti. Kenapa ya kira-kira, apa Daddy hawatir aku tidak rajin bekerja di kantornya.

"Kenapa tadi kamu bilang terpaksa bekerja di samping Daddy, tapi kenyataannya kamu mau bekerja gadis kesayangannya Daddy?" Daddy melangkahkan kaki mendekati tempat ku berkerja.

"Daddy.. jangan bertanya lagi jika Hima sudah berkerja!" jawabku acuh.

Lagian kalau ada atasan seperti Daddy yang tidak bisa nahan ini itu, mana ada yang betah sih Daddy kecuali dia tergila-gila pada Daddy.

Selain itu notabene aku hanya gadis yang Daddy pungut sejak sepuluh tahun yang lalu, mana pantas Daddy perlakuan begini.

Aku harus sadar diri juga Daddy jika Daddy tidak dapat aku gapai sampai kapanpun, takutnya setelah berhasil merenggutnya Daddy pergi begitu saja bahkan mencampakkan aku.

"Apa gadisnya Daddy gerogi dan senam jantung ketika di dekat Daddy?" Daddy sengaja mencondongkan badannya agar lebih dekat denganku.

Aku hanya menggeleng saja, padahal dari pertanyaan itu jantung aku berdetak dua kali lipat lebih cepat dan hendak geser ke lambung.

Haduh.. Daddy bisa gak sih gak usah pakai pemanis dan pelet untuk menjeratku, begini saja sudah memporak porandakan hatiku. Leleh Daddy...

"Are you serious my baby?" (apa kamu serius sayangku?)

Daddy mulai lagi.

"Yess, i'm serious dad!" (Ya, aku serius Daddy!)

"Baiklah jika benar-benar tidak senam jantung, coba Daddy dengarkan"

Langsung saja Daddy menempelkan daun telinganya ke dadaku.

"Dad.. aku berkerja, jangan ganggu aku Daddy." Ucapku lirih sambil ku dorong kepala Daddy dari dadaku.

Aku malu sekali, kenapa Daddy hobi sekali menempelkan kepalanya di dadaku, apakah dadaku ini menarik di matanya.

"Ko Daddy rasa semakin besar ya, berapa ukurannya sekarang? Daddy sudah lama tidak mengukurnya?" Hendak menyentuh tapi secepat kilat tangan Daddy aku tampik.

Plak

"Jangan di sentuh Daddy, gak boleh"

"Kenapa tidak boleh? kamu gadis kesayangannya Daddy, maka Daddy berhak menyentuh kamu sayang." Merayu aku lagi.

"Lagi pula, biasanya juga Daddy cek tapi kamu tidak menolaknya, kenapa kali ini menolak?" sambungnya.

Aku menghela nafas panjang, yang waktu itu dan dulu itu adalah kebodohanku yang hakiki dan untuk sekarang aku akan waspada lagi pada Daddy yang me..sum ini.

"Tidak apa-apa, cuma tidak ingin orang salah faham Daddy dan membuat nama Daddy jelek di masyarakat!" aku memilih melanjutkan pekerjaanku sebelum bertemu pertama kali dengan klien Daddy.

"Padahal Daddy..."

Dret

Dret

Daddy langsung menyambar ponselnya yang berada di atas meja tempatinya berkerja.

📞 "Iya.. hallo ada apa, cepat dan tidak usah basa basi lagi."

📞 "...

Volume Daddy berbicara tidak terdengar oleh telingaku aku penasaran siapa orang yang menganggu Daddy pagi-pagi, apa mungkin Aan yang menelponnya.

Daddy menutup telponnya dan melemparkan ponsel itu ke arah tembok sampai suara benturan antara ponsel dan tembok terdengar keras.

Brag

"Daddy, ada apa?" aku segera menghampiri Daddy dan memeluk Daddy.

"Daddy jawab jangan diam saja dad, jangan membuat Hima takut Daddy."

Aku hanya bisa memeluk Daddy kuat-kuat agar emosinya Daddy mereda.

"Besok kita pulang ke rumah Nenek,"

"Besok.. kita ke rumah nenek??"

Astaga ujian apa lagi ini, belum juga selesai menenangkan misi hawa naf..su Daddy sudah berhadapan dengan nenek pula.

Pasti dapat pertanyaan yang sama lagi jika pulang ke sana besok, sudahlah tergantung nenek nanti bertanya apa.

Tinggal jawab saja seadanya dan sebisanya, lagi pula jika ada nenek Daddy tidak berani berbuat macam-macam, jadi aman untuk sementara waktu.

Keesokan harinya.

Hima dan Ezra pergi ke rumah Neneknya sekitar 5 jam dari kediaman Ezra sendiri ke rumah Neneknya, menguras tenaga memang apalagi Hima datang bulan yang membuatnya merintih kesakitan sedari berangkat tadi.

"Masih sakit?" tanya daddy padaku.

Otomatis saja aku tersulut emosi.

"Gak sakit!" ketus jawabku.

Daddy hanya tersenyum lalu membantuku dengan mengusap perutku yang sakit.

"Gadis.. kesayangannya Daddy jangan marah oke, nanti sampai di sana Daddy akan..."

"Tidak usah Daddy," tolak ku.

Lagian bukannya memberikan obat justru menambah sakit.

Tangannya memang hangat tapi setelah itu pasti minta bayaran secara kontan.

"Kenapa tidak usah? Daddy janji tidak akan aneh-aneh deh." Sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Aku hanya memutar bola mata saja, Daddy saja sering ingkar janji ko sekarang janji lagi.

"Tidak usah Daddy, lihat sudah sampai di rumah nenek" Aku memilih turun dari mobil secepat mungkin dari pada aku di gendong Daddy.

Malu sudah besar diberlakukan begini.

Nenek menyambut kedatangan kami berdua dan sopir mengeluarkan dua koper milikku dan milik Daddy.

Kira-kira neneknya Ezra baik atau tidak?

Yuk komen dan memberi dukungannya, terimakasih banyak sudah mampir dan meninggalkan jejak🥰

Terpopuler

Comments

Mamad Cici

Mamad Cici

lnjut tor semagat

2022-01-24

2

Happy Ending

Happy Ending

smoga baik thor

2022-01-24

0

xixi

xixi

ternyata dadynya kuat iman juga

2022-01-24

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!