Tetap berusaha menahan Daddy, tapi tidak bisa menolak ke..cupan panas dari Daddy.
Himalaya menatap ke arah jendela tanpa menutup gordennya sengaja ia biarkan terbuka sampai angin masuk begitu saja dan membuat rambutnya di bawah bahu lebih panjang sedikit itu tertiup angin dengan kencangnya.
"Kenapa tidak pakai selimut?" Daddy datang dan menyelimuti tubuhku dari belakang lalu ia memelukku sambil menatap wajahku dan memperbaiki anak rambut yang berantakan menerpa wajahku.
"Gerah Daddy!" jawabku langsung di buka selimut itu dari tubuhku.
Dasar ya Daddy ini ada niatan menyelimuti aku atau tidak sih, bahkan selimutnya sudah ia lipat dengan cepat dan di letakkan di atas tempat tidur, ish.. sebel deh tau begini gak bilang gerah tadi.
"Sudah gak gerah lagi kan, tadi kenapa tidak bilang kegerahan saat Daddy peluk di atas tempat tidur?" pertanyaan yang menyebalkan sekali.
Kenapa sih Daddy selalu tanya hal-hal yang akan membuat kedua pipiku merona.
"Kenapa tidak di jawab, apakah enak Daddy peluk tadi sampai-sampai gak merasa kegerahan sama sekali" Daddy langsung menyibakkan rambutku ke depan.
Cup
"Bau mu harum kesayangan Daddy"
"Masa sih Daddy, aku mandinya tadi sore loh masa masih harum sampai jam segini ini hampir jam sepuluh malam Daddy, jangan bercanda Daddy." Aku rasanya tidak percaya
Pasti Daddy modus lagi mau sedot-sedot lagi, sudah ketahuan Daddy siasat mu.
Aku menahan bulu kudukku berdiri, bibir Daddy benar-benar geli di leherku. Aku tau pasti sebentar lagi bibirku tidak bisa menahannya untuk tidak bersuara malam-malam.
"Em.. Daddy, stop.. geli Daddy." Tuhkan suara manjaku keluar.
Alamat celaka malam ini jika Daddy begitu mahir menyentuh area yang membuat aku geli sana sini.
"Tapi leher kamu beneran harum sayang jika tidak percaya coba cium milik Daddy," Tuhkan apa aku bilang modus lagi kan Daddy.
"Gak mau Daddy, perut Daddy belum six pack Hima tidak mau menciumnya."
Alasanku saja aku buat-buat agar Daddy menjauh.
Aku berusaha memalingkan wajahku agar Daddy marah dan pergi tapi sekarang bukannya marah dan pergi seperti biasanya malah dia mengeratkan pelukannya.
"Akan six pack jika sering kamu cium apalagi.."
"Daddy jangan ngelantur, aku gak mau besok hari pertamaku kerja di kantor Daddy jadi terlambat," aku memilih menjauh dari Daddy dan berniat pindah kamar usai melepas dekapan Daddy.
Tapi justru aku melihat Daddy bergegas pergi.
"Daddy akan kembali ke kamar Daddy, selamat malam kesayangannya Daddy." Daddy meraih daguku dan mencium bibirku lagi.
"Balas.. sayang," permintaannya harus di turuti.
Aku balas saja dari pada Daddy gak mau keluar dari kamarku, takut juga ada yang tau meski selama ini kami berdua sering ber kecupan panas.
"Iya" aku membuka mulutku meski selalu terasa asing saat lidah Daddy menjelajahi gigiku.
Daddy melepas kecupan dan mengusap bibirku dengan sedikit penekanan, aku cukup terkejut tidak seperti biasanya Daddy sesingkat ini meng hisap bibirku.
Rasanya ada yang hilang.
Aku menatap nanar ke arah pintu memang aku ikuti Daddy keluar dari kamarku, pasti hatinya sedih aku tolak lagi.
Tapi aku harus bagaimana, apa mungkin seorang anak pungut harus tau berbalas budi dengan menyerahkan harta satu-satunya yang seharusnya aku berikan untuk suamiku kelak.
PT. PERMADANI GEMILANG
Tak
Tak
Tak
Semua orang menatapku dengan senyum, salam, sopan dan santun. Ada apa sih? apa pakaian yang aku kenakan aneh untuk berkerja hari ini. Pakaian ini pilihan Daddy sesuai dengan kedudukannya.
Terpaksa aku bertanya pada resepsionis yang berada di kantor Daddy.
"Mbak, apa ada yang salah dengan pakaian yang saya kenakan?" sabar Hima.. sabar oke.
"Tidak ada yang salah nona Hima, silahkan!" jawabnya menunjukkan ke arah lift pribadi milik Daddy.
Belum juga aku masuk ke dalam lift.
Tring
"Daddy" aku terkejut begitu juga dengan Daddy.
"Hima.." langsung menarikku ke dalam lift dan membiarkan Aan seperti orang yang tidak di anggap keberadaannya.
"Aku ini siapa.. hiks.. selalu melihat orang sedingin pak bos tapi begitu mesra dan lembut pada gadis tercintanya," bergumam lirih di pojokan lift.
"Tutup telinga, mata dan mulut kamu. Jika tidak" tatapan tajam Daddy ke arah Aan.
Aan langsung mengambil headset, kaca mata hitam dan permen lollipop.
"Sudah pak bos," ada-ada saja Aan ini lucu sekali kenapa juga pakai itu semua.
Bukannya pura-pura tidak tau dan tidak membocorkan ke orang lain sudah cukup.
"Jangan lupa CCTV, sampai saya cek masih ada awas saja kamu." Daddy memerintah Aan.
"Beres pak bos,"
Aku diam terpaku di tempat sambil menahan tangan Daddy yang berada di pinggangku, harus kuat. Tidak mungkin kan Daddy akan melakukan hal-hal aneh di dalam lift meski sudah di hapus datanya saat ini. Tapi.. malu juga kalau sampai Aan melihat langsung meski sudah pakai kacamata hitam dan perlengkapan lainnya.
Tring
Pintu lift terbuka aku mulai melangkah keluar dari lift tentu saja tangan Daddy sedari tadi menggenggam erat takut aku melarikan diri dan kabur, padahal tanpa itu pun aku juga tidak bisa melarikan diri dan juga kabur.
Aku tidak mau di anggap seorang yang di tolong tapi malah menggonggong dan kurang berterima kasih.
"Aan kamu mulai hari ini bekerja di luar." Perintahnya pada Aan.
"Baik pak bos, siap laksanakan. Oh.. ya pak bos apa perlu di persiapkan kamar pribadi sekarang?" Aan benar-benar cerewet dan menguji Daddy.
Aku melihat Daddy yang mengertakkan rahangnya dan marah. Hobi sekali Daddy marah-marah terus, kalau keriput dan tua siapa yang bakalan mau jadi istrinya Daddy nanti.
"Saya pecat kamu kalau bicara lagi,sana cepat kerja dan untuk waktu satu jam ke depan jangan berani menganggu apalagi masuk tanpa permisi"
Peringatan Daddy sepertinya ada yang tidak beres, kenapa jangan menganggu satu jam ke depan.
"Siap pak bos, saya jamin tidak akan ada gangguan sedikit pun hari ini untuk pak bos." Aan benar-benar pandai menguji Ezra.
Ezra tentu saja harus jaga image di depan Himalaya, walau bagaimanapun Himalaya bukan gadis kecilnya dulu sekarang dia tumbuh jadi gadis dewasa bahkan tubuhnya saja begitu berisi tapi tidak kegemukan.
"Daddy hari ini apa pekerjaanku?" aku bertanya pada Daddy saat Daddy menyuruhku menarik kursi untuk duduk di sebelah nya bekerja.
"Kamu akan Daddy jadikan sekretaris kesayangannya Daddy, jadi setiap ada hal-hal penting kamu ikut Daddy!" jawabnya membuat senyumku mengembang.
Setidaknya aku punya pekerjaan meski dengan terpaksa harus berada di samping Daddy.
"Terimakasih Daddy." Aku memeluknya tapi detik berikutnya Daddy mendorong tubuhku.
Aku bertanya-tanya apa ada yang salah dengan ucapan dan tindakan ku barusan kenapa Daddy mendorongku?
"Terimakasih yang benar itu seperti ini sayang," Daddy mulai lagi, cape.. deh.
*
Emak akan buat teman-teman traveling kemana-mana di tambah keromantisan bertabur di karya ini 🤣🤣🤣🤣
Ada pelakor enggak sih mak?
Rencananya tidak ada, tapi lihat saja nanti kalau ide struk mungkin ada ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Jeny Chan
hai kakak.... aku mampir dan semangat up yaah.
2022-02-10
1
Happy Ending
hima kyk sugar baby ajah dehhh
tpi km lucu 🤣
2022-01-24
0
Evi Ephie Lechie
next
2022-01-23
1