Di kediaman Atmajaya.
Terlihat seorang laki laki nampak lesu. Laki laki matang dan berwajah tampan itu memasuki rumah dengan tatapan mata yang sendu.
Yah, dia adalah Arbian Atmajaya, putra tunggal dari Handoko Atmajaya, atau biasa di kenal dengan Pak Atma.
Pak Atma hanya mempunyai seorang putra, dan tentunya dia yang akan mewarisi seluruh kekayaan Atmajaya.
"Arbi. Dari mana saja kamu nak? sedari tadi Papi menghubungi mu? kamu juga tidak ada di kantor."
Sapa Mami Desi yang sedang duduk di ruang tengah sembari menonton acara televisi kesukaannya. Mami Desi adalah Maminya Arbi, dia sangat menyayangi Arbi.
"Arbi ke luar sebentar tadi Mi. Dan memang sengaja tidak ke kantor.."
Mami Desi beranjak dari duduknya, lalu beliau menghampiri Arbi dan mengajaknya duduk di sofa. Arbi yang penurut mengiyakan ajakan Mami nya walau kepalanya agak sedikit pening karena kepikiran kekasihnya.
"Kamu sakit??"
Tanya Mami Desi dengan sayangnya dan tangan nya terulur untuk menyentuh kening Arbi, memastikan
apakaah anaknya demam atau tidak. Karena tidak biasa biasanya putra tunggal nya itu berwajah masam dan muka nya kusut.
"Aku tidak apa pa Mi."
Bohong Arbi. Tidak mungkin dia berterus terang kalau habis bertengkar dengan Sasa, apalagi Sasa yang belum mau di kenalkan dengan Mami dan Papinya. Arbi masih menyembunyikan hubungan nya dengan Sasa bukan tanpa alasan, karena Sasa sendiri yang meminta nya.
"Syukurlah. Sini duduk. Ada yang ingin Mami dan Papi biacarakan, kita tunggu Papi sebentar."
Arbi mengangguk pasrah, sambil menunggu Papi datang, Arbi membuka ponsel nya. Dan dia membelakkan mata nya ketika melihat banyak nya panggilan tak terjawab dari Sasa. Tidak biasa biasa nya gadia cantik yang sudah di pacari nya selama tiga tahun itu mengubungi nya berkali kali.
"Ada yang tidak beres", gumam nya lirih.
'Astaga, banyak sekali panggilan tak terjawab dari kamu sayank. Ada apa gerangan? kenapa perasaanku jadi tidak enak begini?'
Batin Arbi, dia merasa bersalah telah Meninggalkan Sasa, apalagi melihat banyak nya panggilan dari Sasa. Dan juga perasaan nya kini tidak enak.
Kamu kenapa Sa?
Ada apa dengan mu?
Kenapa aku tiba tiba mengkhawatirkan mu!!
Arbi ingin beranjak dari duduknya dan berniat untuk menghubungi Sasa kembali, tetapi suara salam dari Papi Atma yang baru datang membuat Arbi mengurungkan niat nya.
"Assalamualaikum", ucap Papi Atma yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam", jawab Mami dan juga Arbi bersamaan.
Mami Desi berdiri dan menghampiri Papi Atma, beliau salim dan juga mengambil tas milik Papi.
"Pih...."
Setelah Mami Desi salim, Arbi juga melakukan hal yang salim, namun hanya salim saja tidak cipika cipiki.
"Sudah lama Ar? tadi Papi menghubungi mu tetapi gak bisa. Papi ke kantor juga gak ada kamu."
Ujar Papi lalu duduk di dekat Mami, dan melepas dasinya juga jas nya.
Papi Atma sengaja pulang cepat atau malahan dia hanya mengecek berkas berkas penting ke kantormya, kemudian pulang. Karena memang ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakan dengan Arbi.
Sementara Arbi diam, tubuhnya di sini tetapi pikirannya di mana mana. Dia masih memikirkan Sasa, apalagi Arbi yang sedari tadi mencoba mengirim pesan belum dibaca dan masih centang satu.
"Ada beberapa hal yang ingin Papi dan Mami sampaikan. Dan Papi harap kamu menyetujui nya."
Papi Atma menghela nafas, sudah semakin tua nafas nya pun harsus di kontrol. Banyak nya aktifitas membuatnya tidak sempat berolah raga.
Sedangkan Arbi tiba tiba panik. Tidak biasa biasa nya sang Papi berbicara serius kepada nya. Apalagi memang sengaja tidak ke kantor dan memilih untuk menyampaikan sesuatu kepada Arbi.
'Oh Tuhan, semoga Papi dan Mami tidak membahas masalah pernikahan'
"Arbi. Begini nak, kamu tau kan kalau Kakek mu mempunyai sebuah Universitas ternama di kota ini?"
Arbi mengangguk. Memang sebelum meninggal dunia, Kakek kesayanga nya itu sudah banyak menceritakan tentang berapa banyak kekayaannya kepada Arbi, cucu satu satu nya yang Kakek miliki.
"Nah...kebetulan. Salah satu Dosen yang di sana mengajukan pengunduran diri karena beliau merasa kalau usia nya sudah tua dan kondisi nya juga sering sakit sakitan."
Jujur Papi Atma, memang kenyataannya seperti itu, bukan sebuah rekayasa.
Arbi masih mendengarkan, walau sejujurnya dia sudah paham arah tujuan dari Papi nya itu. Namun, dia mencoba untuk diam dulu sampai Papinya selesai berbicara.
"Maka dari itu. Kamu selaku ahli waris dari keluarga Atmajaya, Papi minta untuk mengajar di sana. Sekalian kamu juga bisa mengecek administrasi di sana. Bagaimana?"
'Gila.... yang beneer saja gue di suruh jadi dosen?? gue paling ogah berinteraksi dengan orang, eh malahan harus ngajar dan pastinya mau tak mau menghadapi benda hidup tiap hari nya.'
"Bagaimana Arbi?"
Tanya ulang Papi, karena belum juga mendapatkan jawaban dari sang putra..
Arbi terlonjal kaget, bukannya dia tidak mendengarkan ucapan Papi nya, tetapi dia sendiri bingung harus menjawab apa, antara iya dan tidak.
Dan pastinya mau tidak mau jawabannya iya tidak boleh tidak.
"Tapi Pi?? Arbi sama sekali tidak mempunyai pengalaman di bidang pendidikan?"
Ucap Arbi pura pura mau tapi batin nya menolak. Dia berdalih seakan akan mau tetapi tidak mempunyai kemampuan di bidang nya.
Alasan
Ya hanya alasan Arbi saja.
"Tidak masalah, lambat laut kamu pasti bisa dengan sendirinya. Lagian yang terpenting adalah kemampuan kamu."
Apes, apes Arbi. Seakan ucapan Papi Atma adalah keputusan yang mutlak dan harus di penuhi, tidak terbantah lagi.
Sementara Mami Desi tersenyum licik, rupanya ada udang di balik bakwan. Bukan hanya sekedar menjadikan Arbi Dosen, tetapi ada maksud yang lainnya.
Mami Desi beranjak dari duduknya, beliau yang melihat putra nya hanya diam saja dan malahan membuat Mami gemas, kemudian duduk di sebelah Arbi.
"Terima saja ya nak, menjadi dosen itu tidaklah buruk, bahkan sangat baik, dan sangat berjasa karena kamu telah menyalurkan ilmu mu kepada orang lain."
Arbi dengan terpaksa mengangguk. Jika Mami nya yang meminta, apalagi berkata dengan lembut, Arbi tidak berani menolaknya.
"Alhamdulillah. Mami tau, kamu susah sekali berinteraksi dengan orang lain, tapi Mami yakin jika kamu mengajar di sana, kamu pasti bisa sedikit demi sedikit mengenal orang."
'Ckk emang selama ini aku kenal nya ma kucing Mi??'
"Dan siapa tau, kamu bisa menemukan seorang gadis cantik di sana Ar."
'Nah nah....Bener kan apa yang aku bilang. Pasti ada udang di balik bakwan.'
"Mami sudah tua Ar. Sudah pengen menggendong cucu."
Ucap Mami dengan menepuk pundak Arbi pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 468 Episodes
Comments
Jeankoeh Tuuk
semangat arbi
km pasti
bisa
2022-06-12
0
Any Lestari
sip
2022-06-02
0
Fauziah Rahma
enak dimakan
2022-02-13
0