Di tempat lain.
Di sebuah Ruko, yah hanya Ruko (Rumah Toko) seorang gadis cantik yang baru saja menduduki bangku kuliah masih bergelung dengan selimutnya, padahal matahari sudah dari tadi menyinari bumi.
Tok....tok......
"Nggi....kuliah jam berapa? ini sudah siang."
Bunda Ani mengetuk pintu, karena tidak ada suaranya, janda dengan satu orang anak itu langsung masuk, dan kebetulan tidak di kunci pintunya.
"Ya ampun Anggi!!!" teriak Bunda Ani.
Bunda Ani kaget ketika meliihat anak semata wayangnya masih berada di dalam selimut, sepertinya masih asik dengan mimpinya.
"Nggi Anggi, bangun nak. Kuliah jam berapa?"
Bunda Ani menarik selimut Anggi, kemudian menggoyang goyangkan badannya.
"Bunda...."
Anggi kaget, dia melihat ada Bunda di kamarnya dengan wajah yang garang, seperti Kak Ros yang sedang memarahi upin dan ipin.
"Kamu semalam pulang jam berapa? sudah Bunda bilang, gak usah bekerja di Cafe itu Nggi. Biarkan Bunda yang mencari uang." Tutur Bunda lembut.
Anggi menggeleng, dia bukan gadis pembangkang yang tidak menuruti perkaataan orang tuanya, tetapi karena keadaan lah yang membuat Anggi harus ikut membantu mencari uang.
Jika ayahnya masih hidup, mungkin keadaan Anggi dan Bunda Ani tidak semenyedihkan seperti ini. Tetapi mereka masih bersyukur karena masih di berikan tempat tinggal, meskipun tidak semewah rumah nya dulu. Dengan Bunda Ani yang masih bisa memenuhi kehidupan dirinya dan juga Anggi dengan kemampuan Bunda yang bisa membuat kue kue, hingga akhirnya beliau membeli sebuah Ruko, yang atas untuk tempat tinggal, yang bawah untuk toko kue sekaligus dapur untuk membuat kue nya.
Sedangkan Anggi, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke Universitas yang di impikan nya, karena berkat kerja keras belajarnya selama tiga tahun di SMA.
Satu tahun yang lalu. Pabrik Ayah nya mengalami kebakaran yang mengakibatkan Ayah Anggi mengalami kerugian yang sangat besar hingga menyebabkan kebangkrutan.
Karena tidak kuat mendapat tekanan dari para pekeja yang menuntut upah, dan juga rekan bisnis dari Ayah Anggi yang meminta ganti rugi, serta ada yang memutuskan kontrak kerja sama secara sepihak, mengakibatkan Ayah Anggi jatuh sakit dan meninggal dunia.
Kesedihan yang di rasa Anggi dan Bunda Ani tidak sampai di situ saja. Sehari setelah Ayahnya di makamkan, Rumah besar yang sudah belasan tahun di huni harus di tinggalkan nya segera, karena untuk membayar hutan pada pihak Bank, itu pun belum bisa menutup hutang yang di tinggalkan oleh Ayah Anggi.
Alhasil, dengan sisa tabungan Yang Bunda Ani punya, Bunda Ani membeli sebuah Ruko yang letaknya sangat strategis, tentunya dengan harga yang terjangkau sesuai dengan keuangan Bunda saat itu.
Perlahan lahan Bunda Ani dan juga Anggi semakin bangkit, mereka harus tetap semangat menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan teka teki ini. Dengan semagat yang kuat, Bunda Ani bisa membangun toko kue yang bisa di bilang tidak pernah sepi dari pelanggan setiap harinya.
Dan tentunya, sebagian hasil berjualan kue di gunakan untuk mencicil hutang yang suami nya tinggalkan. Begitu juga dengan Anggi yang ikut membantu Bunda Ani dengan bekerja paruh waktu di salah satu cafe yang sangat ramai pengunjug.
Sampai sekarang mereka tentunya masih mengumpulkan uang untuk membayar utang utang yang entah sampai kapan tiap bulannya.
"Nggi?? di tanya Bunda kenapa hanya diam saja? kamu pulang jam berapa? pasti larut sekali nak?"
Bunda Ani membelai rambut Anggi, beliau yang tadi nya mau marah marah, malihat Anggi dengan mata pandanya jadi mengurungkan niatnya.
"Jam sebelas Bunda. Maaf ya Bun. Anggi semalam lembur.."
Bunda langsung memeluk Anggi dengan erat nya, tidak seharusnya Anggi melakukan ini, tapi Bunda sudah melarangnya namun anak itu tetap keras kepala.
"Bunda yang seharusnya meminta maaf, karena Bunda lah kamu menjadi seperti ini, bekerja di cafe, pulang malam. Anak seusia kamu seharusnya menikmati masa masa remaja dengan indah, bukannya malahan bekerja. Kamu berhenti bekerja saja ya? Bunda masih sanggup untuk membiayai kehidupan kita sehari hari.."
Ucap Bunda lembut, merasa kasihan dengan Anggi, gadis yang seharusnya asik bermain dengan teman teman nya kini malahan harus ikut membantu mencari uang.
"Gak Bun... aku gak apa apa. Bunda memang bisa menghidupi aku, aku percaya itu, tetapi bagaiamana dengan cicilan hutang itu?? bulan kemarin kita aja sudah gak bayar, masak besok juga harus gak bayar lagi. Lagian aku kerjanya aman kok Bun dan gak ganggu kuliah aku."
Bunda mengangguk, memeluk Anggi lagi, mengusap lembut rambut Anggi. Beliau tau kalau Anggi anak yang kuat, tetapi beliau juga tau kalau pulang malam itu sangat bahaya.
"Ya sudah. Tapi kalau bisa jangan pulang malam nak, bahaya. Oh ya semalam kamu pulang sama siapa?"
"Sama Dito Bun. Anggi sengaja menelpon Dito, takut juga karena sudah malam, habis ujan lagi pastinya sepi.."
Dito adalah sahabat Anggi sejak kecil, yang dulunya rumah mereka berdekatan, hingga musibah yang menimpanya, mau tidak mau Anggi harus meninggalkan rumah itu.
Tapi, tidak bertetangga lagi bukan membuat hubungan persahabatan Dito dan Anggi menjadi pudar. Bahkan Dito juga pernah menawarkan bantuan kepada Anggi, agar Anggi bekerja menjadi asisten nya di kantor, Tetapi Anggi menolak.
Dito dan Anggi berbeda umur, Dito tujuh tahun lebih tua daripada Anggi, namun dia tidak mau dipanggil dengan kakak ataupun abang, karena kesannya lebih tua.
"Oh.....kirain di anterin sama temen mu siapa itu yang anaknya rada kemanyu...?"
"Boby Bun. Laki laki tapi imut dan lemah gemulai."
Anggi jadi cekikikan sendiri membayangkan salah satu temanny yang bernama Boby itu. Namany aja yang sangar tapi wajahnya enggak.
"Hus...jangan ngetawain. Kasian dia...."
Bunda langsung menyentil kening Anggi karena kedapatan putrinya sedang menertawakan temannya yang lemah gemulai itu.
"Aduh sampai lupa. Ini jam berapa?"
Anggi melihat jam dinding di kamarnya, dan dia masih bernafas lega karena masih satu jam lagi jadwal kuliah nya.
"Aman. Aku mandi dulu ya Bun.?"
"Iya sayang, habis itu langsung turun. Oh sampai lupa, Dito tadi ke sini, nganterin sarapan buat kamu, katanya titipan dari Mamah nya."
"Wah pasti enak tuh masakan buatan Tante Dira.", puji nya yang memang sudah pernah merasakan masakan Mamah Dito.
Anggi mengambil handuk, kemudian bergegas ke kamar mandi, tapi sebelumnya....
"Nggi? kamu beneran gak ada apa apa dengan Dito?"
Tanya Bunda serius, yang membuat Anggi menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri sang Bunda.
"Aku dan Dito murni bersahabat Bun. Kita bahkan sudah seperti saudara. Selain sahabat, aku sudah menganggap Dito sebagai kakak aku, dan sebaliknya Dito sudah menganggap aku sebagai adiknya. Tante Dira pun sudah tau."
"Jadi, Bunda jangan berpikiran macam macam. Lagian juga Dito sudah ada seseorang yang di taksir. Nanti kalau dah dapat pasti di kenalin sama Bunda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 468 Episodes
Comments
Anggi Drt
namanya sama Anggi, apalagi sahabat Ama Dito tapi gk tetangga an jadi serasa novel tentang diri sendiri 😂
2022-05-26
3
Mystera11
mampir..
2022-03-30
0
Neng Win
nyimak
2022-03-20
0