"Perempuan itu tidak sadarkan diri. Sepertinya tidak apa apa, tak ada luka yang serius, hanya motor scoopy merah nya saja yang rusak parah.."
Ucap laki laki berbaju kotak kotak yang seperti bukan orang biasa dan mengenal dunia kesehatan.
Deg
Deg
"Perempuan??"
"Scopy merah?"
Dito meggeleng, dia tidak ingin berprasangka buruk. Dia tidak ingiin yang di kerumunin orang orang itu adalah Anggi, sahabatnya. Tapi menurut informasi ciri ciri motornya memang mirip punya Anggi.
"Anggi"
"Jenis dan warna motornya sama dengan motor Anggi."
Dito memegangi dada nya, bukan karena sakit jantung tetapi mendengar Bapak berbaju kotak kotak menyebutkan jenis motor dan warna nya, mendadak Dito merasakan sakit di dada nya.
Tanpa memperdulikan orang orang di sekitar, Dito langsung berlari menerobos kerumunan orang orang yang berusaha menolong gadis itu.
Dan
"Anggi....."
Teriak Dito, ketika melihat motor scopy merah dengan plat nomor yang Dito sudah hafal di luar kepala. Dia yakin seribu persen jika perempuan yang di tabrak adalah Anggi, sahabatnya.
Dan ternyata dugaannya benar.
Seseorang telah menggendong Anggi, tetapi bingung mau dibawa ke mana Anggi nya. Sedangkan mobil ambulance belum juga sampai.
"Anggi...."
Dito mendekati orang yang membawa Anggi.
"Pak tolong bawa saja ke mobil saya. Dia adalah sahabatku. Dan bapak amankan motornya.."
Dito merogoh dompet dan memberikan beberapa lembatlr uang merah sebagai ucapan terima kasih.
Dia masih bisa memberikan imbalan kepada orang lain di saat situasi nya seperti ini.
"Anggi bertahanlah.!"
Ucap Dito dengan mengikuti laki laki yang membawa Anggi masuk ke dalam mobilnya.
"Hati hati Pak"
Dito membuka pintu belakang, dan menyuruh laki laki itu untuk merebahkan Anggi di kursi.
"Terima kasih"
Dan Dito langsung meninggalkan lokasi kejadian, untuk segera ke Rumah Sakit dan bersamaa dengan mobil ambilance yang sudah tiba di lokasi kejadian.
"Bertahanlah Anggi....lo harus kuat demi Bunda."
Ucap Dito sembari melafalkan doa untuk Anggi, berharap sahabat nya itu tidak kenapa kenapa. Walaupun di dalam hati nya cemas melanda.
Mobil Dito sudah berada di depan ruang IGD, Dito langsung bergegas membuka pintu dan berteriak.
"Suster....suster.....Dokter....Dokter....tolong!"
Teriak Dito dengan suara lantangnya, hingga perawat dan Dokter berlari menghampiri Dito yang dari tadi berteriak.
"Tolong bantu Sus...."
Dito menggendong Anggi dan membawa nya ke brankar yang sudah di sediakan. Bersamaan dengan datangnya ambulance yang tadi membawa tubuh Sasa. Dan langsung membawa Sasa ke ruang IGD bersama dengan Anggi.
"Bapak tunggu di sini dulu. Biar kami periksa."
Dan Dokter itu menutup pintu IGD.
Dito menunggu di luar, dia sedari tadi mondar mandir tidak jelas. Dito khawatir dengan keadaan Anggi. Laki laki tampan itu duduk dan mencoba tenang. Dia mengambil ponselnya dan berniat untuk menghubungi Bunda Ani, tetapi dia urungkan.
Dito tidak jadi menghubungi Bunda Ani, takut kalau Bunda Ani langsung kaget dan mempengaruhi kondisi nya.
"Nanti saja. Setelah tau kondisi Anggi."
Gumamnya pelan, dengan menengok ke kiri dan ke kanan. Rupanya cuma dia yang ada di depan ruang IGD, tidak ada yang lain lagi.
"Di mana keluarga korban?? apakah sudah di hubungi atau belum? Atau jangan jangan wanita itu tidak mempunyai keluarga. Kasian sekali...."
Dito menggelengkan kepala, dalam hati bersukur dia bisa melintas di jalan tadi dan mendapati Anggi di sana, walaupun melihat Anggi tidak sadarkan diri. Tetapi setidak nya dia bisa menemani Anggi, dan ada pihak dari keluarga Anggi yang menunggunya.
"Bagaimana kalau Bunda yang mendengar berita ini?? aku tidak bisa membayangkan jika Bunda tau keadaan Anggi."
Ceklek
Dokter yang memeriksa Anggi keluar dari ruang IGD. Dito yang melihatnya langsung menghampiri Dokter yang tidak diketahui namanya.
"Bagaimana kondisi nya Dok?"
Tanya Dito yang sudah menarik nafas dalam dalam dan siap untuk mendengarkan keadaan Anggi.
"Anda?"
"Saya keluarga nya."
Dokter diam sejenak. "Salah satu pasien tidak apa apa, hanya sok saja. Tetapi...."
"Tetapi apa Dok?"
Dito sudah di buat ketar ketir. Dia lebih baik menghadapi klien galak daripada harus berhadapan dengan seorang Dokter. Apalagi Dokter itu tidak segera menyampaikan kondisi pasien satu nya lagi. Yah walau bagaimana pun, mau kenal apa tidak, Dito harus tau kondisi wanita yang satu nya lagi.
"Salah satu pasien lagi harus segera di operasi. Ada penggumpalan darah di otaknya."
"Apakah Anda keluarga nya??tolong segera ke bagian administrasi dan menandatangani surat pernyataan, karena pasien harus segera di operasi dan tidak bisa bertahan lama."
Deg
"Operasi??"
"Keluarga nya?"
Dokter itu menepuk pundak Dito, dan pergi meninggalkan Dito yang masih berdiri di depan pintu. Dito masih melamun, mendengar ucapan Dokter yang mengatakan salah satu pasien harus segera di operasi, dia yakin jika itu bukan Anggi.
"Tapi jika bukan Anggi, aku harus berbuat apa?? sedangkan di sini tidak ada yang menunggu wanita itu. sementara wanita itu harus segera di operasi untuk menyelamatkan nyawanya"
"Maaf Pak, pasien harus segera di pindahkan ke ruangannya.."
Dito tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah Anggi yang masih terpejam dengan kepala di perban.
"Anggi..."
Seketika Dito meneteskan air matanya dia mengikuti suster yang membawa Anggi ke ruangan VIP di mana ruangan itu telah di pesan sebelum nya oleh Dito.
Anggi sudah berada di rungannya, dengan mata terpejam. Walaupun seperti itu Dito bersyukur setidak nya Anggi masih bisadi selamatkan.
"Bagaimana keadaan Anggi Dok?"
Tanya Dito kepada Dokter yang memeriksa Anggi.
"Pasien tidak apa apa, sebentar lagi siuman"
Dito lega, tetapi ada yang mengganjal, kenapa kepala Anggi di perban seperti itu? apa ada yang parah?
"Lalu kenapa itu di perban?"
Dokter bername tag Susi tersenyum, "Tidak ada yang parah Pak, tadi keningnya robek dan harus di jahit."
Dito menggaruk kepalanya yang tidak gatal, malu...kenapa dia menjadi bodoh saat ini.
"Oh ya bapak sebaiknya segera menandatangi surat pernyataan, karena pasien yang satu nya lagi tidak bisa menunggu lama."
"Baik lah Dok."
Tanpa menunggu lama, Dito megiyakan ucapan Dokter yang menyuruhnya untuk segera menandatangani surat pernyataan.
Yang ada dipikirannya saat ini adalah kesembuhan wanita itu. Kalau menunggu keluarga nya datang, bisa bisa nyawanya tidak tertolong lagi.
"Mari Pak"
Dan di jawab Dito dengan anggukan kepala, kemudian keluar untuk mengurus semua nya.
"Bismillah. Semoga keputusan yang aku ambil tepat."
Ujar nya dengan menandatangani surat pernyataan.
Setelah mengurus keperluan untuk wanita Yang Dito sendiri belum tau siapa namanya, Dito mau tidak mau menghubungi Bunda Ani. Ingin nya Dito menjemput Bunda langsung tetapi, tidak ada siapa siapa yang menunggu Anggi ataupun wanita itu.
Laki laki berparas tampan itu mengambil ponselnya, bukan menghubungi Bunda Ani tetapi menghubungi Sari untuk menyampaikan kondisi Anggi secara pelan pelan, dan tidak perlu khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 468 Episodes
Comments
Tintin Suasih
msih nyimak thoor..kayanya menarik jg nih alurnya..👍👍mangaat trus thoorr..💪💪♥️♥️
2022-06-18
0
Yulie
kyak y ntar Dito bakalan jodoh Sasa....
bisa jadi judul y kbalik jadi jodoh yg tertukar 🤭
smngat otor...
2022-02-12
5
Windy
semngatt
2022-02-11
0