Keesokkan harinya...
Seperti katanya kemarin, hari ini Nirmala akan mendatangi kantor Evan untuk meminta penyelesaiannya. Nirmala pergi seorang diri menggunakan ojek online, entah kenapa ia merasa enggan untuk mengajak Lestari di urusannya kali ini.
Sesampainya di kantor Evan, Nirmala mencari-cari keberadaan Evan namun sayangnya ia tak menemukannya.
"Huftt... Dimana sih tu orang?" mata Nirmala terus mencari-cari sosok yang dicarinya disekitaran lobi.
Nirmala celingak-celinguk mencari sosok Evan, dan itu membuat satpam yang sedang lewat segera menghampirinya.
"Maaf mba, cari siapa ya?" tanya pak satpam.
"Ini pak, saya mencari ini" Nirmala menunjukkan kepada pak satpam, kartu nama yang diberikan oleh Evan kemarin.
Pak satpam itupun melihat kartu nama tersebut. "Oh pak Evan"
"Iya pak, saya mencari Evan. Dimana saya bisa menemukannya?" tanya Nirmala.
Pak satpam itu memperhatikan penampilan Nirmala yang sangat feminim dan berkata dalam hatinya.
"Sebenarnya siapa ya mba ini? kenapa dia mencari pak Evan? bukankah pak Evan tidak mau berurusan dengan wanita model beginian."
"Silahkan kebagian resepsionis saja mba, silahkan mba mari saya antar" pak satpam pun menawarkan untuk mengantar Nirmala kebagian resepsionis.
"Terima kasih pak" ucap Nirmala tersenyum saat sudah sampai dibagian resepsionis.
"Sama-sama mba" pak satpam itupun pergi.
Nirmala kembali tersenyum. "Maaf mba, saya mau bertemu dengan Evan" ucap Nirmala.
"Maaf, apa anda sudah membuat janji?"
Sok penting banget sih nih si Evan itu, mau ketemu dia aja harus buat janji dulu. Ah, mendingan gue bohongin aja nih si resepsionis. Batin Nirmala. Eh, kok bohong sih. Gue kan emang diminta Evan datang ke kantornya kemarin.
"Iya mba saya sudah membuat janji sama Evan, ini mba" Nirmala menunjukkan kartu nama Evan.
"Kalau begitu silahkan mba langsung naik saja kelantai 5, nanti disana ada sekertaris pak Evan yang akan mengantar mba keruangan pak Evan."
"Terima kasih ya mba"
Resepsionis itu tersenyum dan mengangguk, matanya terus menatap Nirmala yang sudah melangkah menjauh.
"Siapa ya mba itu? pakaiannya sangat melanggar peraturan kantor ini, apa iya pak Evan mau bertemu dengan nya?"
Nirmala melangkah menuju lift, dan saat sudah berada didalam lift Nirmala menekan tombol angka 5. Setelah sampai dilantai 5, Nirmala pun berjalan mencari keberadaan si sekertaris.
"Wah... luas dan mewah juga kantor ini" Gumam Nirmala sambil terus berjalan.
Tak lama, Nirmala pun menemukan Ardi yang sedang serius menatap layar komputernya.
Hai... Selamat siang, Dimana majikan Lo itu?"
Ardi langsung menghentikan aktivitasnya, lalu menatap orang yang menyapanya.
"Gawat nih, ternyata dia beneran datang dan tidak menuruti perkataan Evan kemarin yang memintanya datang tapi dengan pakaian yang sopan" Batin Ardi.
"Majikan? maksudnya Pak Evan?" ucap Ardi memicingkan matanya.
"Iya Evan, Dimana majikan Lo itu?" dan Nirmala membelalakkan matanya.
"Maaf ya mba, Pak Evan itu bos saya pemilik perusahaan ini bukannya majikan saya"
"Ya elah kan sama aja, Lo kan sekertaris nya"
"Maaf mba, tapi kata majikan itu untuk seorang asisten rumah tangga bukannya sekertaris seperti saya" Bantah Ardi.
"Sama aja cerewet banget sih! udah cepetan kasih tau dimana si Evan itu, gue gak punya banyak waktu"
"Iya, tapi...."
"Tapi apa!?" Nirmala menatap tajam Ardi.
Ardi menelan Saliva nya. "Busyet dah ni cewek galak amat."
"Kamu gak ingat? kemaren kan Pak Evan bilang, kamu disuruh datang ke kantor tapi dengan pakaian yang sopan"
"Aduh... Kurasa itu bukan urusan kalian, badan badan gue jadi terserah gue dong mau pake pakaian apa aja"
"Tapi kan...."
"Udah deh Lo dari tadi berisik banget, cepetan antarin gue keruangan bos Lo itu"
"Ya udah ayo" Ardi pun melangkah menuju ruangan Evan, dan diikuti Nirmala dibelakangnya.
Tok... tok... tok... Ardi mengetuk pintu ruangan Evan.
"Masuk" ucap Evan dari dalam ruangannya.
Baru saja Ardi membuka pintu ruangan itu, dan Nirmala langsung saja menyelonong masuk. Dan Evan yang lagi-lagi melihat Nirmala langsung mengalihkan pandangannya.
"Astaghfirullah" ucap Evan mengelus dadanya.
"Hebat ya kamu, mau bertemu denganmu saja harus membuat janji dulu ckckck." Nirmala berdecak kagum sekaligus kesal.
"Bukankah sudah saya bilang kemarin, untuk datang dengan pakaian yang sopan" kini Evan berdiri didekat jendela dan menatap langit yang sedang cerah siang itu.
"Maaf pak, kalau begitu saya permisi kembali melanjutkan pekerjaan saya" baru saja beberapa langkah Ardi melangkah hendak keluar dari ruangan itu namun langkahnya tertahan oleh Evan.
"Tunggu Ardi, kau harus tetap disini selagi masih ada wanita itu" ucap Evan yang masih menatap kearah langit.
Ardi pun menurut dan kembali ke tempatnya semula, huh ia sampai lupa dalam situasi apa sekarang bos nya itu.
"Hei namaku Nirmala, bukan wanita itu" Kesal Nirmala. "Dan bisa tidak sih, kalau sedang berbicara itu tatap lawan bicaranya"
"Baiklah" Evan pun melepaskan jas nya lalu melemparkannya pada Ardi untuk diberikan pada Nirmala.
"Pakai jas itu sebelum kita berbicara lebih lanjut"
"Hufss... ternyata ada ya manusia rempong seperti kamu" walaupun kesal namun Nirmala tetap memakai jas itu. "Sudah" ucapnya setelah jas berwarna hitam milik Evan itu melekat ditubuhnya.
Evan pun berbalik, dan tatapan matanya langsung tertuju pada Nirmala. "Subhanallah, ciptaan-MU itu sungguh elok rupawan nya, namun sayangnya dia tidak pandai menutupi auratnya" Ucap Evan dalam hati.
Evan jadi membayangkan, bagaimana kalau tubuh Nirmala itu terbalut pakaian syar'i seperti Mama nya.
Namun, lagi-lagi Evan segera mengalihkan pandangannya saat melihat bagian kaki Nirmala yang mengenakan celana jeans yang terdapat sobekan dibagian paha nya.
"Cepat katakan bagaimana caranya aku harus mengganti rugi karena sudah menabrak mu kemarin?" tanya Evan kemudian, ia tidak bisa jika Nirmala berlama-lama di dalam ruangannya.
"Em.... "Nirmala berpikir sejenak. "Sepertinya aku harus kasih pelajaran nih sama cowok sok alim ini"
"Pacaran" ucap Nirmala singkat padat dan jelas.
"Apa...? Hem, maaf saya tidak mengenal yang namanya pacaran. Jika saya menyukai wanita maka saya akan langsung menikahi nya, bukan mengajaknya pacaran."
"Kalau begitu nikahi aku" ucap Nirmala lagi dan semakin membuat Evan terkejut.
"Kenapa terkejut? sekarang pilih, pacaran atau nikahi aku"
"Maaf, sepertinya tidak kedua nya. Saya hanya secara tidak sengaja menabrak anda, dan kurasa permintaan anda itu berlebihan"
"Itu tidak berlebihan, kemarin kau sudah menabrakku dan positif kuli kita bersentuhan kan?"
Deg... Evan terperangah mendengar kalimat itu.
"Nah maka dari itu aku meminta penyelesaiannya dengan kita pacaran atau kau nikahi aku, karena kau adalah Lelaki pertama yang menyentuh kulit ku"
Ardi menunggu satu kalimat lagi yang mungkin bisa membuat tawanya meledak, karena melihat ekspresi wajah bos nya yang tidak bisa lagi diartikan ekspresi apa namanya itu.
"Katanya kamu Lelaki mengerti agama, tidak boleh kan Lelaki dan Wanita bukan muhrimnya bersentuhan. Maka itu adalah penyelesaiannya, Pacaran atau nikahi."
Dan tawa Ardi pun akhirnya meledak melihat ekspresi wajah Evan yang semakin sulit diartikan.
"Pfttt... hahahaha...."
"Ardi...."
"Maaf Pak, saya kelepasan" Ardi pun membungkam mulutnya.
"Saya memang menabrak anda, dan secara tidak sengaja saya menyentuh anda tapi itu tidak merusak citra anda kan? jadi penyelesaiannya tidak seperti yang anda katakan tadi"
"Eh..... Kam...
Drt.... drt.... drt.... Ponsel Nirmala berdering.
"Nir, Lo ke kampus sekarang juga!" ucap Lestari diujung telepon.
"Ada apa Les....
Tut...tut...tut...
"Ck, eh ini belum selesai ya." Nirmala menatap Evan. "Sekarang gue harus pergi dulu, nanti gue bakal datang lagi" Nirmala pun langsung pergi dengan masih mengenakan jas Evan ditubuhnya.
"Eh mba jas nya..... " Teriak Ardi, namun Nirmala sudah pergi.
"Udah gak apa-apa Di, itu lebih baik dia menggunakannya untuk menutupi tubuhnya." ucap Evan menatap pintu ruangan yang baru saja di lewati Nirmala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Paulina H. Alamsyah Asir
Nikah no pacaran😛
2022-03-10
0