MATA YANG TERCEMAR

...🌿🌿🌿...

Sesampainya dirumah setelah pulang dari club, Nirmala langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya dan langsung terlelap.

Keesokkan harinya...

Keributan yang sama seperti di pagi pagi sebelumnya kembali terdengar ditelinga Nirmala. Dan Nirmala yang sudah jengah mendengar suara keributan orangtuanya itu mengambil ponselnya lalu menghubungi temannya, Lestari.

"Halo Les jemput gue, kita ke kampus hari ini" ucapnya saat sambungan teleponnya tersambung.

"Serius Lo mau ngampus hari ini?" tanya Lestari dari ujung telepon dengan suara khas bangun tidurnya.

"Iya Les, bisa stress aku dirumah dengar keributan mereka terus"

"Ok lah Nir, aku siap-siap dulu abis itu langsung otw jemput Lo"

Tut.. Tut ... Tut ....

Setelah sambungan teleponnya terputus, Nirmala juga bergegas bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.

Sama seperti yang sudah-sudah, Nirmala dan Lestari kembali mendapat teguran dari dosennya karena keseringan bolos masuk kampus dan banyaknya mata kuliah yang mereka berdua lewatkan.

"Apa masih kurang hukuman yang sudah saya berikan? ckckck, ternyata kalian berdua ini sama sekali tidak mempunyai efek jera." dosen tersebut menatap tajam Nirmala dan Lestari bergantian yang sekarang malah tertunduk tidak berani menatap sang dosen apalagi menjawab karena itu memang lah salah mereka.

"Dan kamu Nirmala! apa kamu sudah bisa mengaji?" tanya sang dosen dengan suara lantang nya.

Nirmala menggeleng dengan masih menundukkan kepalanya.

"Saya pikir, beberapa hari kamu tidak masuk kampus itu karena sedang belajar mengaji. Tapi kenyataannya...." sang dosen terdiam sejenak. "Baiklah! saya sudah tidak tau lagi dengan cara apa menegur kalian agar tidak terus melakukan kesalahan, maka dari itu keputusan saya akan memanggil orang tua kalian mungkin itu adalah jalan satu-satunya untuk menyadarkan kalian berdua"

"Jangan pak, aku mohon jangan panggil orang tua kami" Lestari memohon agar orangtuanya tidak dipanggil, bisa-bisa ia diamuki karena ketahuan keseringan bolos masuk kampus.

Dosen itupun langsung pergi setelah mengatakan akan memanggil orang tua Nirmala dan Lestari tanpa mau mendengar permohonan kedua mahasiswi nya itu.

Dan Nirmala pun menjadi sangat Kesal, ia pergi dari kampus itu meninggalkan Lestari disana. Ia tidak memperdulikan teriakkan Lestari yang memanggilnya agar tak pergi.

Dan disini lah Nirmala sekarang berada, cafe andalannya bersama Lestari. Tapi hari ini ia sendiri, dan tidak mengajak Lestari.

5 menit.... 10 menit.... 15 menit.... hingga satu jam kemudian, akhirnya Nirmala merasa bosan disana sendirian dan entah sudah berapa gelas jus jeruk yang ia habiskan. Dan Nirmala pun memutuskan untuk pulang.

Nirmala melangkah keluar dari cafe, namun dari arah luar cafee ada dua orang pria yang berpakaian setelan kantor yang satu berjas dan satunya lagi hanya mengenakan kemeja juga sedang melangkah masuk dengan terburu-buru. Dan bertepatan dengan Nirmala yang akan keluar dan dua pria itu akan masuk.

Brukkkk.....

"Auwwww....."

"Astaghfirullah....." Salah satu pria itu langsung mengalihkan pandangannya kearah lain saat matanya tertuju pada Nirmala yang memakai baju feminim dan celana jeans yang terdapat robekan dibagian paha nya.

"Alamak... Rejeki nomplok disiang bolong" dan pria satunya lagi malah mencuri kesempatan untuk cuci mata katanya.

"Hei! kalo jalan matanya digunain dengan bener dong, masa cewek secantik aku gak kalian lihat" Sergah Nirmala.

"Maaf, kami tidak sengaja kami sedang buru-buru" ucap Evan, tapi matanya masih menatap kearah lain.

"Hei, kamu itu minta maaf sama siapa sih? sama tembok? woi.. Gue, disini, bukan disana. kenapa minta maaf tapi lihatnya kearah lain? Lo pikir gue apaan hah?!"

"Maaf, saya tidak bisa berlama-lama disini karena anda sudah mencemari mata saya. Jika ada kerugian yang harus saya ganti, silahkan konfirmasikan kepada sekertaris saya ini" Ucap Evan dan menunjuk Ardi, sekertaris nya.

Dan Ardi pun senang karena Evan memberikan tanggung jawab itu padanya.

"Hahahaha" Tawa Nirmala menggema. "Apa Lo bilang? mata Lo tercemar? sini gue lihat, dibagian mana mata Lo yang tercemar." Nirmala pun melangkah mendekati Evan dan langsung menangkup wajah Evan.

Dan Evan yang terkejut karena tindakan Nirmala hanya bisa memejamkan matanya dan mengangkat kedua tangannya agar tidak sampai menyentuh Nirmala.

"Tolong lepaskan tanganmu itu dari wajahku, aku akan bayar berapapun ganti ruginya karena sudah menabrakmu tadi." Evan bergetar karena ini kali pertamanya ia disentuh wanita selain Mama nya.

"Tidak semudah itu, aku penasaran dibagian mana matamu yang tercemar? ayo buka matamu, kenapa merem? kau pikir aku hantu hah" Nirmala semakin mencengkram erat wajah Evan.

"Baiklah aku akan buka mataku, tapi kau lepaskan dulu tanganmu dari wajahku"

"Ok baiklah" Nirmala pun melepaskan cengkraman tangannya dari wajah Evan.

Dan Ardi yang menyaksikan itu hanya bisa menahan tawanya, karena begitulah sosok Evan setiap kali mendapat klien wanita yang berpakaian ketat atau feminim ia malah melimpahkan tanggung jawab itu pada Ardi

Evan pun membuka matanya, ia hanya melirik Nirmala sekilas lalu melihat kearah lain lagi.

Dan Nirmala yang kesal melihat tingkah Evan yang selalu mengalihkan pandangannya darinya, langsung menarik lengan Evan untuk mendekat padanya.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Evan lagi-lagi terkejut dengan perbuatan Nirmala itu.

"Bisa nggak kalau lagi ngomong sama orang itu ya orang nya dilihat, kenapa sih kayaknya Lo takut banget liat gue?"

"Maaf, saya tidak bisa melihat wanita yang berpakaian tidak tertutup seperti Anda"

"Dasar cowok aneh! Biasanya laki-laki itu senang lihat perempuan berpakaian seperti gue, lah kamu malah bilang mata kamu tercemar. Ckckck ada-ada aja."

"Maaf mbak, bos saya ini emang seperti itu. Bahkan setiap kali mendapat klien wanita yang berpakaian kurang tertutup, bos saya ini langsung memberikan tanggung jawab itu pada saya dan bos saya ini hanya meladeni klien laki-laki atau wanita yang berpakaian sopan. Bahkan dikantor, semua karyawan wanita harus mengenakan pakaian yang tertutup dan untuk yang tidak berhijab pun tidak boleh mengenakan pakaian yang feminim." ucap Ardi panjang lebar menjelaskan pada Nirmala.

"Oh gitu, ckckck sayang sekali ya. Aku jadi berpikir kau ini mempunyai kelainan" Nirmala menatap Evan dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Maaf mbak, bos saya ini pria tulen kok. Hanya saja bos saya ini menjaga batasannya sebagai lelaki yang mengerti agama, tidak baik menatap lawan jenis apalagi dengan pakaian yang terbuka." Ucap Ardi lagi.

"Sok alim" Nirmala menatap sinis Evan.

"Sudah jelas kan, kalau begitu biarkan saya pergi dan sekertaris saya yang akan mengurus ganti ruginya." Evan pun beranjak pergi namun lagi-lagi Nirmala menarik tangannya.

"Eh gak bisa gitu dong. Lo yang nabrak gue jadi ini urusan Lo dan bukan urusan dia. Jadi Lo yang harus tanggung jawab bukan dia"

"Tapi kan dia sekertaris saya, jadi itu juga sudah pekerjaan dia"

"Gue gak mau tau, pokoknya Lo yang harus menyelesaikannya dan gue gak mau pake perantara."

"Ok baiklah" Evan pun mengeluarkan kertas kecil dari dalam dompetnya. "Ini kartu nama saya, silahkan datang ke kantor saya untuk penyelesaiannya tapi saya mohon datanglah dengan pakaian yang sopan"

"Evan Sanjaya, nama yang bagus" baiklah besok gue akan datang ke kantor Lo" Nirmala pun pergi setelah diberikan kartu nama oleh Evan.

Lalu Evan dan Ardi pun masuk kedalam cafe karena sedang ada meeting dengan klien di cafe itu.

"Maaf pak, karena sudah lama menunggu"

"Oh tidak apa-apa pak Evan, santai saja saya juga belum lama sampai" ucap pak Edward, klien Evan.

Terpopuler

Comments

ig. jian_antares1

ig. jian_antares1

lanju thorr

2022-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!