PERTENGKARAN.

...🌿🌿🌿...

Praaaang Praaaang

Pyaaaaar

Suara piring dan gelas yang berhamburan di lantai terdengar sampai ke telinga Nirmala yang masih bergelung di bawah selimutnya.

Bukan suara piring dan gelas yang tidak sengaja terjatuh. Tetapi, suara piring dan gelas yang memang sengaja di banting. Piring dan gelas yang berada di atas meja makan itupun sudah habis berserakan di lantai.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan kedua orang tua Nirmala, yang setiap hari bertengkar.

Nirmala menutupi kepalanya dengan bantal agar suara gaduh yang dibuat kedua orang tuanya itu tidak terdengar lagi olehnya. Namun, bagaimanapun Nirmala berusaha untuk tidak mendengarnya, suara itu malah semakin jelas terdengar. Kini bukan lagi suara piring dan gelas yang di banting. Tetapi, suara kedua orangtuanya yang bersahut-sahutan saling menuduh.

"Hei Kau, dasar tukang selingkuh tidak tahu diri! Sudah ketahuan selingkuh masih saja berani pulang kerumah ini!" Hardik Bu Herni, yang tersulut emosi.

Plaakk...

Satu tamparan keras mendarat di pipi Bu Herni, dari tangan suaminya.

"Berani-beraninya Kau mengataiku tukang selingkuh, lalu dirimu apa hah! Jangan Kau pikir Aku tidak tahu, Kau juga berselingkuh dengan bos mu itu!" Tuduh Pak Dion yang sama emosinya.

"Jangan memutarbalikkan fakta ya!" Tunjuk Bu Herni tepat di wajah suaminya. "Pak Agus itu adalah bos ku, jadi wajar kan kalau Aku sebagai sekertaris nya mengikutinya kemanapun. Tidak seperti Kamu, partner kerja tapi kok sampai nginap di hotel dengan alasan pekerjaan, tidak masuk akal!" Sergah Bu Herni. "Oh atau jangan-jangan kalian sudah berbuat yang tidak-tidak, iya kan!" Teriak Bu Herni.

"Jaga ucapanmu!"

PLAAKKK...

Satu tamparan lagi mendarat di sebelah pipi Bu Herni.

"Dua kali, dua kali Kau menamparku hanya karena Wanita sialan itu! Kenapa Kau begitu membelanya? Oh, atau jangan-jangan ucapanku itu benar, hah! Kau dan Wanita ****** itu sudah....

"Herni! Jaga ucapanmu, berani kau bicara lagi yang tidak-tidak tentang Aku dan Naura, akan Aku tampar mulut mu yang lancang itu!'' Bentak Pak Dion yang tidak terima dengan tuduhan istrinya.

"Oh, jadi namanya Naura, ckck," Bu Herni tersenyum sinis menatap suaminya yang sudah menyebut nama wanita yang sudah diklaimnya sebagai selingkuhan suaminya.

"Wah, apa itu Suamiku? Bahkan Kau dengan fasihnya menyebutkan nama Wanita itu, padahal Aku tidak bertanya siapa namanya, ckckck." Bu Herni menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa maksudmu?"

"Kenapa Kau jadi pura-pura tidak tau, Suamiku! sudah jelas kalian berdua menginap di hotel, dan siapa yang tau kalau kalian berdua sudah tidur bersama,"

"Herni!" Pak Dion mengangkat tangannya akan menampar istrinya lagi, namun tangannya tertahan di udara seiring dengan teriakan putrinya.

"Papa, Mama, hentikan!"

"Nirmala," Ucap Pak Dion dan Bu Herni serentak, menoleh kearah dimana putrinya berdiri. Pak Dion pun menurunkan tangannya yang tadinya akan menampar istrinya lagi.

Nirmala pun menghampiri kedua orang tuanya dengan raut wajah yang sedih melihat kedua orang tuanya itu yang selalu saja bertengkar.

"Ini masih pagi tapi kalian sudah bertengkar, apa kalian tidak capek seperti ini terus? Aku capek Ma, Aku capek Pa mendengar kalian berdua setiap hari terus saja bertengkar seperti anak kecil!" Ucapnya menatap papa dan mamanya bergantian, matanya sudah berkaca-kaca dan mungkin sebentar lagi akan menangis seperti yang sudah-sudah.

"Ini semua gara-gara Papa Kamu yang tukang selingkuh itu, Nirmala!" Bu Herni menunjuk kearah suaminya.

"Jaga ucapanmu, Herni!" Bentak Pak Dion. "Nirmala, jangan dengarkan Mamamu, Mamamu itu yang selingkuh dengan bos nya,"

"Papa mu itu bisanya memutarbalikkan fakta, Nirmala," Lagi, Bu Herni menunjuk suaminya. "Papa mu ini bisanya menuduh Mama karena ingin menutupi kebohongannya sendiri, Papamu yang sudah berselingkuh dengan Wanita yang bernama Naura dan Papamu sudah...,"

"Mama, Papa sudah cukup! Aku mohon tolong hentikan!" Ucap Nirmala, memotong ucapan Mamanya. Akhirnya cairan bening itupun berhasil lolos menuruni pipi Nirmala.

"Hiks hiks hiks," Nirmala tersedu-sedu. "Kapan kalian akan berhenti bertengkar? Apa kalian tidak bosan? Aku malu melihat kalian seperti ini terus. Aku juga ingin seperti teman-temanku yang mempunyai keluarga yang harmonis, orang tua yang menyayangi Aku. Apa kalian tidak bisa seperti itu? Kapan kalian akan memperdulikan Aku, jika papa dan Mama saja selalu bertengkar bertengkar dan terus bertengkar. Aku muak dengan keadaan ini, apa tidak bisa sehari saja tidak ada pertengkaran dirumah ini? Papa, Mama jawab Aku? Hiks hiks hiks."

Bukannya menjawab atau menenangkan utrinya yang sedang menangis. Pak Dion dan Bu Herni malah pergi dari ruangan itu meninggalkan Nirmala yang tengah terisak tersedu-sedu. Sungguh keterlaluan mereka.

Dengan masih berurai air mata, Nirmala berjongkok memunguti pecahan piring dan gelas yang berserakan di lantai karena ulah kedua orang tuanya.

"Auuu," Nirmala meringis karena jari telunjuknya terkena pecahan kaca, dia segera mengisap jarinya agar darahnya berhenti keluar.

Hatinya bertambah perih kala mengingat kejadian kemarin di kampus, saat dia dihukum oleh dosennya karena tidak menyelesaikan tugasnya. Hukumannya adalah Nirmala harus mengaji sebanyak 3 jus dihadapan semua teman sekelasnya, dan betapa malunya dia ditertawakan oleh semua teman sekelasnya kecuali Tari, karena tidak bisa membaca bahkan tidak satupun huruf yang dia tahu didalam Al-Qur'an itu.

"Arghhhhhh! Aku benci keadaan ini, Aku benci kalian semua!" Nirmala pun beranjak menuju kamarnya dan membiarkan pecahan kaca itu berserakan. Toh juga nanti akan ada Bibi asisten rumah tangganya yang akan membereskannya nanti.

Entah siapa yang harus ia salahkan sekarang? Apakah kedua orangtuanya yang memang tidak pernah mengajarkannya mengaji dan sebagainya? Ataukah dirinya sendiri yang tidak pernah berinisiatif untuk belajar.

BRUUUKKKK....

Nirmala menutup pintu kamarnya dengan kasar, lalu menjatuhkan tubuhnya diatas ranjangnya.

"Tari, ya Tari," Nirmala pun bangun kembali dan mengambil ponselnya lalu menghubungi temannya itu.

📱"Halo, Nir ada apa Lo nelpon Gue pagi-pagi sekali? " Suara parau Tari diujungn telepon, sepertinya dia masih tidur dan terbangun saat Nirmala menelponnya.

📱"Bangun woi! Masih molor aja,"

📱"Gara-gara siapa Gue kayak gini? Gara-gara Lo juga kan yang semalaman gak mau pulang dari club, padahal Gue udah ngantuk banget,"

📱"Ya udah sana lanjutin tidur Lo, tapi ingat entar sore jemput gue lagi!"

📱"Mau clubbing lagi Lo, Nir? Gila Lo, eh tapi hari ini kita ada mata kuliah gak sih?"

📱"Bodoh amat lah sama mata kuliah, masih kesel Gue sama kejadian kemaren,"

📱"Nah itu dia, bukannya Lo nyari guru ngaji eh malah ngajakin gue ke club lagi. Parah Lo, Nir,"

📱"Bodoh amat lah, entar aja belajar ngajinya. Entar gue nyari Suami yang gelar Ustadz sekalian biar bisa ngajarin Gue ngaji dan semuanya yang Gue gak tau,"

📱"Terserah Lo deh, udah ah Gue masih ngantuk nih,"

📱"Iya, tapi ingat Lo jemput gue entar sore! Pusing Gue dirumah denger keributan terus,"

📱"Iya sama, Gue juga bosen dirumah cuma sama asisten rumah tangga doang. Bokap Gue belum balik dari luar kota, dan Nyokap Gue pergi lagi tadi malam ke puncak, kata Bibi mau pemotretan,"

📱"Ok, charger tuh mata pol pol biar gak ngantuk lagi entar malam!"

Tut Tut Tut....

Setelah sambungan teleponnya terputus, Tari kembali melanjutkan tidurnya begitu juga dengan Nirmala yang juga melanjutkan tidurnya yang terganggu akibat kegaduhan orang tuanya.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Miss GH

Miss GH

aduh paling deg degkan kalau bertengkar pecahin barang barang buat makan. berasa mau lari dari kenyataan. Lanjut

2022-02-16

1

LeoRani

LeoRani

mampirr, terima kasih udah beri dukungan.

2022-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!