Tok... Tok...
Suara seseorang mengetuk pintu. Bude yang sedang memasak didapur bergegas menuju pintu. Seseorang muncul di balik pintu, laki-laki bergaya perlente namun agak selengekan.
"Selamat malam,"sapa Gide yang berada di ambang pintu.
"Malam," jawab Bude.
"Maaf, apa Lika ada dirumah?" Gide tersenyum.
"Ooh, iya... Anak ini siapa ya?" Mata Bude menjelajah setiap sudut penampakan Gide.
"Saya Gide. Teman kampusnya Lika."
"Kalau begitu silakan tunggu sebentar, saya panggilkan Lika"
Bude menuju kamar Lika yang berada di ujung lorong rumah. Lika yang sudah selesai berpakaian menoleh kearah pintu. Bude menunjukkan wajah tak sukanya. Kedua alis Lika bertemu, menerka kedalam manik mata Bude.
"Bude," sapa Lika.
"Ada seseorang yang mencarimu di depan."
"Siapa?" tanya Lika.
"Laki-laki. Tadi dia bilang namanya Gide."
"Gide?" wajah Alika berubah senang. Cerah sekali.
"Ya," jawab Bude singkat. Mata Alika berbinar mendengar Gide datang memenuhi janjinya. Dia merapihkan rambutnya lalu hendak keluar menemui Gide, namun Bude menahan tangannya.
"Lika!" panggil Bude.
"Ya, ada apa Bude?" Alina menghentikan langkahnya dan menoleh pada Bude.
"Kamu hati-hati dengan pemuda itu!"
"Kenapa, Bude?"
"Perasaan Bude mengatakan kalau dia bukan laki-laki yang baik. Bude takut nanti dia menjahatimu."
"Bude tenang saja. Lika bisa jaga diri, Kok. Lika masih tau norma dan batasan susila kita. Sudah, bude tak usah cemas." Lika memegang pipi Bude, menghilangkan kecemasan di hati perempuan paruh baya itu.
Bude adalah sahabat kedua orang tua Lika. Bude yang hidup seorang diri setelah kematian suami dan anak laki-laki nya itu, meminta Lika untuk tinggal menemaninya. Lika sudah tinggal dengan bude sejak SMP. Bude juga mempunyai beberapa pintu kamar kos khusus perempuan di belakang rumahnya. Jadi setiap hari Bude tidak merasa kesepian. Terkadang sesekali putrinya yang sudah menikah dan keluarganya datang menemuinya.
"Hi," sapa Gode ketika melihat Lika keluar dari dalam rumah.
"Hi," sapa Lika sambil tersenyum.
"Maaf aku datang menganggu mu malam-malam begini"
"Ah, tidak apa-apa. Silakan duduk!"
"Terima kasih."
"Tunggu sebentar ya, aku ambilkan minum."
"Ah, tidak usah. Aku tidak lama-lama. Aku hanya ingin melihatmu saja."
"Eeh?" Alika menatap heran kearah laki-laki muda perelente itu.
"Apa kamu besok malam ada waktu?"
"Besok malam??"
"Ya," jawab Gide singkat. Perempuan berambut panjang selengan itu duduk dikursi sebelah Gide.
"Besok sepulang kampus, aku ada siaran di radio sampai pukul delapan."
"Kalau begitu sesudah kamu siaran saja. Aku jemput di stasiun radio ya?!"
"Hmmm ... " Lika mengangguk. Pemuda gagah itu menatap Lika erat-erat, dia mencoba menembus hati perempuan cantik yang duduk disampingnya itu. Lika jadi salah tingkah dibuatnya, namun dia mencoba bersikap tenang dihadapan Gide.
******
Benar saja, besok malam Gide sudah menunggunya di parkiran stasiun radio. Lika yang keluar dari gedung radio tersenyum melihat Gide yang setia menunggunya.
"Kamu sudah dari tadi menunggu ku?" tanya Lika
"Lumayan." Gide menggoda Lika dengan senyuman manisnya.
"Maaf ya, aku tadi ada briving sebentar."
"Tidak, apa-apa, Sayang. Demi kamu apapun aku lakukan."
Gide mulai mengeluarkan rayuan mautnya, kata-kata manis Gide membuat Lika seperti melayang terbang keangkasa. Manis sekali terdengar di telinga nya. Wajah cantik Lika bersemu kemerahan dengar rayuan maut laki-laki petualang wanita itu.
Mereka pergi menuju sebuah warung tenda sederhana di pelataran pertokoan pusat kota. Dua porsi lele bakar dan sambal terasinya serta lalapan segar terhidang dihadapan mereka. Bagi Lika ini adalah kali pertamanya makan berdua dengan laki-laki selain Mas Nabil, kakak kandungnya.
"Lika," Gide memulai perkataanya saat mereka sampai ditaman kota setelah makan malam.
"Ya."
"Boleh aku mengatakan sesuatu padamu?"
"Hmmm..."
"Sejak kita pertemu pertama kali di festival musik kampus kemarin, aku merasa aku menemukan apa yang aku cari, aku menemukan seorang bidadari cantik yang sekarang berdiri dihadapanku. Lika .... Aku mencintaimu. Aku ingin kamu menjadi kekasih ku?" Gide langsung pada sasaran.
Mata Lika melotot karena terkejut mendengar ucapan Gide. Hatinya berdebar-debar saat Gide memegang kedua tangannya. Berlutut dan mencium kedua punggung tangannya.
"Maukah kamu menjadi pacarku?" ulang Gide. Lagi, Lika masih terdiam. Dia mencoba mencerna kata-kata Gide. Mencoba mencari kesungguhan dibalik ucapan laki-laki itu.
"Kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu itu?" tanya Lika.
"Tentu, Sayang"
"Tapi kamu punya banyak perempuan disisimu, Gide. Bagaimana dengan mereka"
"Mereka hanya aku anggap sebagai teman bisa. Seperti seorang fans yang memuji ku berlebihan. Itu saja. Tidak lebih. Tapi cintaku, rasa sayangku, hanya padamu Lika. Percayalah padaku." Gide berusaha meyakinkan Lika dengan kata-kata manisnya itu. Sejenak Lika kembali terdiam. Sampai akhirnya dia membuat suatu keputusan.
"Baiklah, aku percaya padamu. Aku mau jadi pacarmu, Gide."
Rona wajah Gide berubah jadi sumringah, dia senang mendengar ucapan perempuan yang ada dihadapannya itu. Gide hendak memeluk Lika namun Lika menghindar dan menggelengkan kepalanya.
"Maaf," ucap Lika.
Gide hanya tersenyum lalu mengantar Lika pulang. Pukul sebelas malam, waktu yang diluar kebiasaan Lika. Bude sudah menunggunya dengan cemas. Hatinya makin tak karuan ketika melihat Gide mengantar Lika pulang. Bude hanya memberi ekspresi dingin saat Gide berpamitan padanya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
malam² bertamu ke Gide...lain macam ni
2025-04-21
0
Yunerty Blessa
Gombal ..cara untuk menjerat perempuan
2025-04-19
0
Yunerty Blessa
dengar tu Alika
2025-04-19
0