Almira berusaha menghindar.
“Jangan peluk saya!!! Saya tidak mau dipeluk oleh lelaki yang sudah menghianati saya, apalagi dipeluk di depan kekasih, Mas. Hargai perasaan Tita, Mas!” seru Almira.
“Tapi Mas sayang dan cintanya hanya sama kamu,” kata Tomy yang terus berusaha untuk memeluk Almira.
“Kalau Mas cinta dan sayang pada Almira, Mas tidak akan melakukan itu semuanya!” seru Almira dengan kesal.
“Terus sekarang Mas harus bagaimana Almira?” tanya Tomy yang mulai putus asa.
“Nikahi Tita dan ceraikan saya!” jawab Almira.
“Tidak….tidak….Mas tidak mau menceraikanmu. Mas sangat cinta padamu, Almira,” kata Tomy yang tidak setuju.
“Kalau Mas mencintai Almira, Mas tidak akan menyeleweng!!” seru Almira.
“Sudah Mas katakan, Mas dijebak oleh klien Mas,” kata Tomy yang tetap dengan pendiriannya.
Almira beralih ke Tita.
“Tita, apakah benar yang Pak Tomy katakan?” tanya Almira.
Tita melirik ke arah Tomy. Dan Tomy sepertinya memberikan tanda.
“Jangan lirik-lirik ke Pak Tomy!!! Sekarang kamu jawab pertanyaan saya!!!” seru Almira.
“Pak Tomy yang memintanya dan merayu saya, Bu. Katanya Ibu Almira belum bisa memberikan Pak Tomy keturunan,” jawab Tita kemudian kembali menunduk.
“Sudah saya duga, pasti itu yang jadi alasannya,” kata Almira.
Almira langsung berdiri.
”Urus segera perceraian kita!!!! Saya tidak akan menuntut harta gono gini. Rumah ini Mas Tomy beli dengan uang Mas Tomy sendiri. Mudah-mudahan dipermudah perceraian kita,” kata Almira lalu pergi ke kamarnya.
Tomy langsung memeluk istrinya dari belakang.
“Lepaskan tanganmu, Mas!!!! Atau kalau tidak saya akan berteriak!!!!” ancam Almira.
“Jangan begitu Almira!! Beri Mas kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini,” bujuk Tomy.
Almira membalikkan badannya menghadap ke Tomy.
“Maksud, Mas apa?” tanya Almira.
“Setelah bayi itu lahir kita urus anaknya, tanpa Mas harus menikahi Tita,” jawab Tomy.
“Mas pikir hati Almira terbuat dari apa? Dari batu?” tanya Almira.
“Almira tidak sanggup setiap hari melihat anak hasil dari perselingkuhan Mas dengan Tita. Sakit hati Almira,” kata Almira.
“Keputusan Almira sudah bulat, Mas. Ceraikan Almira sekarang juga!!!!” seru Almira.
“Kalau kamu minta cerai, kamu mau pergi kemana? Kamu sudah tidak punya orang tua,” kata Tomy.
Benar kata Tomy, Almira tidak ada tempat untuk pergi. Rumah mendiang orang tuanya sedang ia kontrakkan, satu-satunya tempatnya untuk pulang adalah rumah Paman dan Bibinya. Itu berarti ia akan merepotkan Paman dan Bibinya lagi. Tapi itu lebih baik daripada ia tinggal di sini menjadi istri Tomy yang telah menghianatinya.
“Kemanapun Almira pergi bukan urusan Mas Tomy. Lebih baik merepotkan Paman dan Bibi daripada menjadi istri Tomy Tirta,” jawab Almira lalu membalikkan badannya dan masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintunya.
Di dalam kamar Almira menangis di atas tempat tidurnya, tapi bukan menangisi suaminya. Ia menangis karena betapa malang nasibnya. Masih segar ingatannya ketika ia meminta ijin kepada Pamannya untuk menikah dengan Tomy. Pamannya berulang kali mengatakan “Pikirkan sekali lagi, jangan sampai menyesal kemudian,”
Mungkin Paman sudah memiliki firasat jika Tomy bukan calon suami yang baik untuk Almira. Almirapun menangis, ia menyesal tidak mau mendengarkan perkataan Pamannya. Waktu itu ia benar-benar dibutakan oleh cinta. Kalau saja pada saat itu ia menurut pada Pamannya, hali ini pasti tidak akan terjadi.
Seperapat jam kemudian terdengar pintu kamarnya ada yang mengetuk.
“Non…..Non…..buka pintunya, Non!” suara Mbok Silah dari balik pintu.
Almira membukakan pintu lalu menoleh ke arah ruang tamu.
“Bapak dan Non Tita sudah pergi, Non,” kata Mbok Silah seolah tahu kalau Almira mencari mereka.
“Syukurlah kalau mereka sudah pergi,” kata Almira.
“Non makan dulu. Mbok bawakan ke kamar, ya?” kata Mbok Silah.
“Saya tidak selera makan Mbok,” jawab Almira.
“Nggak boleh begitu, Non harus makan nanti sakit.”
“Biarin Mbok, kalau saya sakit tidak ada yang mengkhawatirkan saya,” kata Almira lalu ia duduk di tepi tempat tidurnya.
“Si Mbok yang menkhawatirkan, Non. Paman dan Bibi Non juga pasti mengkhawatirkan Non,” jawab Mbok Silah.
Alimira menghela nafas.
“Saya menyesal Mbok, mengapa dulu saya tidak mau mendengarkan perkataan Paman. Padahal Paman sudah berulang kali mengingatkan saya untuk berpikir ulang ketika hendak menikah dengan Mas Tomy, tapi saya yang sudah dibutakan oleh cinta,” kata Almira.
“Orang tua memang begitu, Non. Selalu ada firasat jika ada hal buruk yang akan terjadi pada anaknya. Sekarang Non sholat dulu. Serahkan semuanya kepada Allah SWT. Minta diberikan jalan keluar yang terbaik dari permasalahan ini,” ujar Mbok Silah.
“Iya, Mbok.”
“Setelah itu Non makan. Mau makan dimana? Di kamar atau ruang makan?” tanya Mbok Silah.
“Di ruang makan saja, Mbok,” jawab Almira.
“Ya sudah, Mbok siapkan dulu makanannya.” Mbok Silah meninggalkan kamar Almira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓫𝓪𝓰𝓾𝓼 𝓜𝓲𝓻𝓪 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓽𝓮𝓰𝓪𝓼 💪💪💪💪
2023-04-18
1
Si mamahx anak anak
klu cuma sekedar pacaran sih mungkin bs termaafkn.tp bg aq klu sdh sampai thap berhubungn badan,,,,,,aaagggghhh tiada maaf bagimu!!!!
2023-01-24
1
Maulina Kasih
bentar pake kata saya bentar pake kata almira...🤦
2022-04-07
1