Setelah kepergianku Tomy terlihat muram, dia menatap tajam kearah Joan hingga Joan merasa tertekan dan takut dengan tatapan Tomy.
Dengan suara sedikit meninggi dan berat Tomy berbicara
“Pergilah dan jangan muncul di hadapanku lagi! Aku tidak akan bertunangan denganmu.”
Dengan mata berkaca-kaca Joan menatap Tomy, kemudian dia berbicara dengan suara sedikit meninggi
“Kenapa kamu gak bisa menerimaku? Apa baiknya kak Riana sampai kamu mencintainya dari dulu hingga sekarang?! Apa kurangnya aku dari dia? Dari kecil aku bersamamu dan di sisimu, apa kamu tau selama ini hati aku terasa sakit saat ngeliat kalian berdua bermesraan.”
Tomy mengabaikan Joan dan pergi meninggalkannya di dalam villa kemudian dia keluar mencariku dan berusaha terus untuk menghubungiku tetapi tidak satupun telepon darinya yang aku terima. Semua panggilan darinya aku tolak bahkan aku block nomor ponselnya sehingga dia tidak dapat menghubungiku lagi.
Dengan frustasi Tomy memutuskan untuk menelpon Kevin.
“Vin, bantu gue hubungi Nina dan tanya dimana mereka sekarang!“ perintahnya dengan tegas.
“Hubungi aja sendiri! Kan lo ada nomor Nina. “Ujar Kevin dengan cetus.
“Nomor gue di block sama mereka! Buruan cari tau dimana mereka dan kabarin gue secepatnya!” ucapnya
lagi kemudian matikan panggilan tanpa menunggu jawaban Kevin.
Tidak menunggu lama, Kevin mengirimkan lokasi Riana dan Nina berada kepada Tomy. Setelah mendapatkan titik lokasi mereka, Tomy segera meluncur ke lokasi tersebut yang tidak terlalu jauh dari villa.
Nina menyadari kedatangan Tomy langsung meninggalkan Riana yang masih terduduk di atas pasir karena sebelumnya Kevin sudah mengirim pesan ke Nina untuk membiarkan Tomy dan Riana berbicara berdua dan menyelesaikan kesalah pahaman di antara kami.
Tomy duduk di sampingku dan menemaniku menikmati terpaan angin malam hari. Aku tidak menyadari kepergiian Nina sampai saat Tomy memakaikan jasnya padaku. Aku menoleh ke samping sehingga mata kami berdua bertemu dan saling menatap satu sama lain. Tomy melihat kedua mataku yang sembab dan membengkak, hatinya merasakan sakit.
Tomy berdeham pelan kemudian mulai basa-basi.
“Kamu kapan sampainya? Kenapa tidak memberitahuku biar aku bisa menjemputmu di bandara.” Ucapnya lembut.
Aku hanya terdiam dan tidak menjawab bahkan tidak menoleh kearahnya.
“Terima kasih sudah pulang dan menemaniku hari ini. Ini adalah kado terbaik yang aku terima hari ini.” ucapnya sambil tersenyum kecil.
Aku tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun hingga dia mulai risih dengan sikap ku.
“Sayang, apakah kamu mau mendengar penjelasaanku?” dengan suara berat Tomy bertanya.
Aku masih tetap dengan posisiku tadi hingga akhirnya dia mengambil kedua tanganku dan memegangnya dengan erat. Aku berusaha melepaskan tangannya tetapi tidak bisa terlepas karena genggamannya yang erat.
Dengan suara serak aku bertanya kepadanya.
“Penjelasan apa lagi yang mau kamu katakan? Apa kamu akan bilang kalo ini semua hanya kesalah pahaman?”
“Aku bersumpah kalo aku gak pernah hianati kamu dan tadi tuh beneran gak seperti yang kamu lihat.”
Tomy berpindah duduk ke hadapanku dan memegang kedua tanganku dengan erat, dia menatap kedua mataku dengan sungguh-sungguh lalu berkata
“Please percaya sama aku kalo semua ini tidak seperti yang kamu lihat dan aku bisa menjelaskannya.”
Aku dapat melihat kesungguhan dari matanya tapi ciuman mereka tadi terus berulang di ingatanku. Air mataku kembali jatuh saat mengingat kejadian tadi. Tomy mengulurkan tangan ke wajahku dan menghapus air mataku yang jatuh dengan lembut dan kembali berkata dengan pelan.
“Please, jangan menangis lagi.”
Tomy melihatku yang begitu sedih dia menarikku masuk ke dalam pelukannya dan memelukku dengan erat. Aku menangis di pelukannya sampai air mataku membasahi kemeja yang di pakainya. Tomy melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundakku dengan erat lalu berkata dengan lirih.
“Kamu boleh marah dan memukulku sepuasmu tapi berhentilah menangis.”
“Please leave me alone, I’m tired.” Kataku dengan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments