Reyna dan Satria kembali bertemu esok harinya untuk mencari cincin dan selanjutnya mereka di larang bertemu hingga hari pernikahan tiba, pamali kata Mbak May.
Kamis siang Reyna bersiap untuk kembali ke kediaman Mbak May karena esoknya dia harus mengambil undangan dan juga baju toga ditempat Bianca. Hanya Mbak May dan Mas Aris beserta Adam yang akan hadir di acara wisudanya. Pakdhe dan Mas Gandhi masih mengurus syarat pernikahan serta menyebarkan undangan ke kerabat terdekat. Hanya pesta sederhana saja yang akan dihadiri tetangga dan kerabat dekat serta rekan usaha dari kedua belah pihak.
Esok paginya Reyna sudah bertandang ke kontrakan Bianca, sahabat karibnya itu memilih hidup terpisah dari kedua orang tuanya semenjak menempuh pendidikan D3nya. Nasib mereka bertolak belakang tapi bisa dibilang tidak jauh lebih baik. Bianca dilahirkan di keluarga lengkap dan mampu secara ekonomi tapi kedua orang tuanya sering bertengkar dan memilih hidup terpisah di masing-masing kota dengan alasan pekerjaan.
"Biiiii..." seru Reyna saat memasuki pagar rumah. Tak lama sang empu rumah membukakan pintunya.
"Kamu kenapa Bi..." tanya Reyna saat melihat kedua mata sahabatnya itu bengkak.
"Emm.. ga kenapa kenapa. Besok Papa nggak bisa dateng ke wisudaku" sahutnya pelan
"Kan masih ada mama yang datang.. jangan sedih gitu deh ah" hibur Reyna
"Papa ga mau ketemu Mama Rey.. mereka proses cerai" suara serak tercekat Bianca diikuti air mata yang sedari tadi menggenang dimatanya mulai turun ke pipi.
arrghh..ternyata nasibnya tak jauh beruntung dariku gumam Reyna
"Biii.. jangan sedih dong..mau aku kasih surprise biar kamu ga sedih lagi???"
"Apaan"
"Hari Minggu aku nikah"
Plakkkk undangan wisuda melayang ke kepalaku
"Ga lucu...." Bianca memonyongkan mulutnya sambil menyeka air matanya
"Siapa yang ngelucu, benerannn"
Bianca beringsut dari duduknya dan terdiam saat melihat muka Reyna yang tak jauh dari kertas koran di pasar loak.. leceeekkkk
"Kok bisa?"
"Bisalah..emang yak nasib kita ini ga jauh beda...apessss"
"Apes dari Hongkong. Enak dong lulus nggak usah capek-capek lamar kerja sudah ada yang ngelamar,bisa ihik-ihik lagi"
Reyna hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Bianca.
"Mana enaknya nikah dijodohin"
"Enak-enak aja, buktinya Mbak May-mu itu juga bisa sampe punya Adam"
hemmm Mbak May saat itu juga terpaksa menerima lamaran Mas Aris, Mbak May tidak bisa melanjutkan studinya karena keterbatasan ekonomi keluarga saat itu.
"Tapi ini terpaksa Biiii terpaksaaaaa..aaarrghhhh" Reyna mengacak-acak rambutnya frustasi.
Dua jam berikutnya Bianca hanya mengangguk-angguk mendengarkan Reyna berkeluh kesah mengungkapkan alasan kenapa dia harus menerima pernikahannya. Dia sudah melupakan getir hatinya menerima perceraian orang tuanya, toh cepat atau lambat dia sudah bisa menebak suatu hari pasti akan terjadi.
.
.
.
Acara wisuda berlangsung dengan lancar, bisa kulihat binar mata Mbak May yang nampak bangga. Hanya aku yang mampu menempuh pendidikan setinggi ini sedangkan Mas Gandhi dan dia hanya mampu sekolah hingga SMU. Reyna sendiri cukup beruntung karena tidak perlu mengeluarkan biaya kuliah seperserpun dengan adanya bantuan beasiswa.
Setelah puas berswafoto Bianca dan Reyna berbincang sejenak. Bianca tidak bisa menghadiri pernikahan Reyna karena esoknya dia harus bertolak ke kota kelahirannya ,dia memutuskan untuk tinggal bersama mamanya dan membantu usaha keluarganya.
Sore hari rombongan Reyna sudah harus kembali ke kediaman Hermawan untuk bersiap dengan acara pernikahan yang akan diselenggarakan esok hari. Reyna seakan masih tak percaya bahwa sebentar lagi akan menjadi istri orang. Menikah, satu kata berjuta makna yang terngiang-ngiang di benak Reyna saat ini. Hatinya sedih bahkan dia belum sempat ke pusara dua orang tuanya untuk meminta restu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments