...***...
Alea duduk di atas bed cover, menunggu Iqbal yang terlihat mondar mandir mencari sesuatu. Mungkin Iqbal sedang mencari kotak p3k. Begitulah yang ada di pikiran Alea.
Sementara itu Ny. Indah memutuskan keluar kamar, membiarkan Iqbal mengenal lebih dekat tentang susternya, Alea.
Di sisi lain, Alea tersenyum melihat tingkah Iqbal. Dimana kala itu tangan Iqbal tidak bisa diam memukul-mukul kepalanya sendiri yang seolah sedang menyalahkan diri sendiri.
"Iqbal, kamu lagi cari apa?" tanya Alea.
"Iqbal lagi cari sesuatu ... iya, sesuatu. Tapi Iqbal lupa apa yang sebenarnya Iqbal cari," jawab Iqbal, yang membuat Alea menggeleng-gelengkan kepala dan tak berhenti tersenyum.
Alea tau saat ini Iqbal sedang mencari kotak p3k. Tapi Alea memaklumi mental Iqbal terganggu makannya Iqbal sering lupa apa yang sedang dilakukannya.
"Biar suster bantu cari ya," ucap Alea, bergegas untuk bangkit dari tempat duduknya.
"Hey suster, jangan berdiri," sahut Iqbal yang seketika langsung berlari menghampiri Alea dan mendudukkan Alea kembali di atas bed cover.
"Suster harus duduk. Jangan berdiri," peringat Iqbal, lalu duduk di samping Alea.
"Terus suster harus ngapain kalau gak boleh berdiri?" tanya Alea.
"Suster hanya perlu diam," timpal Iqbal dengan ekspresi wajah datar namun imut ketika dipandang oleh Alea.
Ya, saat ini Alea memandang lekat setiap inci wajah Iqbal. Hidung ... mata ... pipi, semuanya terlihat indah.
Namun, wajah Iqbal yang kumal dan dipenuhi oleh spidol, membuat siapapun yang melihatnya akan lari terbirit-birit. Sama halnya dengan Alea ketika pertama kali melihat sosok Iqbal. Ia sempat menyangka Iqbal adalah seorang monster.
Dan ya, bukan hanya wajah Iqbal saja yang kumal dan kotor, melainkan sekujur tubuh Iqbal juga ikut terbawa kotor. Entah kapan Iqbal terakhir kali mandi.
Namun yang pasti Alea ingin sekali melihat sosok Iqbal yang bersih. Alea penasaran seperti apa nantinya jika Iqbal dimandikan.
Brttt ....
Mata Alea membulat saat melihat Iqbal tiba-tiba merobek ujung baju yang dipakainya.
"Apa yang kamu lakukan, Iqbal? Kenapa kamu merobek bajumu?" tanya Alea to the point.
"Stttt ...." Iqbal meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri, mengisyaratkan Alea untuk tetap diam.
Alea hanya bisa menurut. Entah apa yang akan dilakukan Iqbal nantinya. Namun yang jelas Alea kembali dikejutkan ketika Iqbal mengikat sobekan baju itu pada telapak tangannya yang berdarah.
Deg!
Jantung Alea mulai berdetak tak karuan. Melihat Iqbal perhatian seperti ini padanya, membuat Alea tersenyum haru.
Andai saja Iqbal tidak gila, mungkin Alea akan menceritakan banyak hal kepada Iqbal mengenai dirinya.
"Iqbal, suster boleh bertanya nggak?"
Iqbal hanya menhawab dengan anggukan, karena ia masih sibuk mengikat sobekan baju pada lengan Alea yang satunya lagi.
"Apa kamu mempunyai teman selain Mama dan suster?" Rasanya canggung sekali bertanya hal itu, namun bagaimanapun juga Alea harus bertanya untuk memastikan.
Iqbal menggeleng pelan. "Enggak ada. Teman Iqbal cuma Mama dan suster doang. Yang lainnya orang jahat," kesal Iqbal.
Alea tersenyum. Dalam hati Alea penasaran masa lalu apa yang membuat mental Iqbal tergganggu, dan siapa orang jahat yang dimaksud Iqbal.
Tring!
Alea merasakan handphone-nya bergetar, menandakan ada pesan whatsapp yang muncul. Alea segera memeriksa handphone-nya.
"Sebentar ya, Iqbal." Alea meminta izin terlebih dulu. Sedang Iqbal merespon dengan anggukan, kemudian ia beralih duduk di atas lantai sembari memainkan puzzle yang belum tersusun.
Alea membuka layar handphone-nya. Ternyata pesan whatsaap dari Ny. Indah. Alea pun segera membukanya.
[Alea, Tante keluar rumah dulu sebentar. Tante minta tolong sama kamu untuk mandikan Iqbal biar dia kelihatan rapi dan bersih.]
Alea melototkan matanya melihat pesan permintaan Ny. Indah.
'Hah? Mandikan Iqbal? Aku, mandiin dia?' batin Alea, lalu memandang Iqbal dengan tatapan tak biasa.
Alea tak habis pikir bagaimana jadinya jika dia memandikan Iqbal. Ah, tidak. Alea segera menyingkirkan pikiran kotornya.
'TANTE ... MATA ALEA MASIH SUCI.' teriak alea dalam hati.
Alea pun segera bangkit dari tempat duduknya untuk menelpon Lisa. Tentunya Alea ingin meminta bantuan sahabatnya itu.
"Suster, mau kemana?" tanya Iqbal seraya menghentikan aktivitas bermain puzzle-nya kala Alea melintasinya.
Alea menepuk dahinya sekilas. Ia lupa untuk meminta izin dulu kepada Iqbal. Akhirnya Alea kembali menghampiri Iqbal, lalu berjongkok di sampingnya.
"Hmm, itu ... apa ... suster mau menelpon dulu teman suster sebentar aja. Nanti suster kembali lagi ke sini secepatnya. Suster janji. Tapi Iqbal jangan kemana-mana ya." Alea memberi pengertian pada Iqbal dengan nada lembut.
Iqbal mengangguk sekilas, kemudian bermain puzzle kembali. Sedang Alea merasa lega karena Iqbal tidak marah padanya ataupun melarangnya untuk pergi.
Alea sejenak tersenyum seraya membelai lembut rambut Iqbal. Setelah itu, Alea segera beranjak keluar dari kamar.
***
Alea kini berada di dekat dapur. Lalu ia mengeluarkan handphone dari dalam tas kecil untuk menghubungi Lisa.
[Assalamualaikum, Lis.]
[Waalaikumsalam, Ya. Tumben lo nelpon, ada apa?]
[Posisi lo ada di mana, Lis? Gue pengen minta bantuan lo nih.]
[Lah gue di apotek, Ya. Kan lo nyuruh gue buat gantiin posisi lo, dan alhamdulillah pemilik apoteknya nerima gue buat kerja di sana. Emangnya bantuan apa?]
[Alhamdulillah gue ikut seneng dengernya. Jadi gini Lis, gue 'kan punya temen cowok, lo bisa gak mandiin dia?]
[Apa? Mandiin temen lo yang cowok? Lo gila ya? Masa gue mandiin cowok sih. Ogah ah, gue gak mau. Emangnya lo ada di mana sih sekarang? Ohh ... atau jangan-jangan lo ....]
[Jangan-jangan apa? Udah deh, jangan mikir yang macem-macem. Lo bisa gak bantuin gue? Kalau gak bisa, ya udah gak papa.]
[Maaf Ya, gue gak bisa. Mata gue masih suci. Gue ....]
Tuttt ....
Alea sengaja mematikan sambungan telpon dengan Lisa setelah temannya itu tidak bisa membantunya. Akhirnya Alea memutuskan untuk memberitau Ny. Indah kalau ia tidak bisa memenuhi permintaannya.
[Assalamualaikum, Tante. Tante, maaf nih. Alea gak bisa memenuhi permintaan Tante. Alea ....]
Alea tidak tau harus ketik apa lagi, akhirnya Alea send pesannya itu. Berharap Ny. Indah segera membaca dan membalas pesannya itu.
Tring!
Selang 2 menit, notice balasan dari Ny. Indah muncul dari layar handphone Alea. Alea pun segera membacanya.
[Waalaikumsalam, Alea. Nak, Tante bisa mengerti alasanmu itu. Tapi saat ini Tante ada keperluan sebentar di luar dan kemungkinan pulang nanti sore. Nah, Tante kepengen sekali melihat penampilan Iqbal sangat rapi. Tapi tidak apa-apa. Sepulang sore nanti Tante akan mandikan Iqbal. Kamu tolong jaga Iqbal ya, dan jangan lupa beri Iqbal makan.]
"Kasihan juga Tante Indah, dia kepengen lihat Iqbal berpenampilan rapi setelah keperluannya selesai. Gue harus bantu Tante Indah. Tapi gimana caranya?" Saat ini Alea benar-benar bingung. Ia berusaha memikirkan jalan keluarnya.
Ting!
Nama seseorang yang mungkin bisa membantunya muncul begitu saja di pikiran Alea. Cepat-cepat Alea mengirimkan pesan kepada orang itu.
Dan untungnya Alea masih men-save nomor orang itu.
[Assalamualaikum, Doni. Ini Alea. Lo pasti masih inget gue 'kan. Gimana kabar lo? Lo bisa bantu gue gak? Kalau bisa, tolong datang ya ke alamat ini ***]
Send!
Alea menutup matanya sekilas berharap teman semasa SMA-nya itu mau membantunya.
Ya, Doni Fauzan--cowok yang dulunya terkenal culun waktu SMA. Meski culun, tapi Doni mempunyai cukup banyak teman di sekolahan, termasuk Alea dan Lisa.
Tring!
Pesan muncul dari layar handphone Alea. Setelah dilihat, ternyata balasan dari Doni.
[Waalaikumsakam, Alea. Ya ampun Alea, udah lama ya kita gak chatingan. Tentunya masih inget dong, masa ke pacar halu gak inget hehe. Alhamdulillah, kabar aku baik. Dan ya mana mungkin aku nolak, tentu saja aku akan bantu kamu. Sebentar ya, aku siap-siap dulu.]
Alea menghela napas lega, akhirnya ada orang yang mau membantunya. Dan mengenai Iqbal ... Alea akan menceritakan mengenai Iqbal kepada Doni belakangan.
"Astaga, Iqbal." Alea teringat dengan Iqbal. Sepuluh menit yang lalu Alea meninggalkannya di kamar.
"Gue harus ke kamar secepatnya," ucap Alea, lalu berlari kecil menaiki tangga dan memasuki sebuah kamar yang ada di pojok rumah.
***
"Iqbal, maaf. Tadi suster agak lama nelpon tem ...."
Alea menggantung ucapannya saat melihat tidak ada Iqbal di dalam kamar. Melainkan seisi kamar yang tampak berantakan dan puzzle yang berserakan di sembarang tempat.
Tentu saja Alea mulai merasa cemas tak karuan.
"Ya Tuhan, kemana Iqbal pergi? Apa jangan-jangan ...." Alea melototkan matanya setelah berpikir yang tidak-tidak mengenai keberadaan Iqbal.
Iqbal menghilang?
"IQBAL ... KAMU DIMANA?" teriak Alea, lalu berlari keluar kamar untuk mencari sosok Iqbal.
...TBC .......
...Jangan Lupa Kasih Dukungan Buat Author ya ❤...
...Tinggalkan jejak kalian 🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yuni Widariati
jangan kabut iqbal
2022-02-08
3
Yunia Abdullah
JD suster nanggung hrs dah siap kerja bgtu niatin az nolong orang krn Allah
2022-01-31
3